47. Marionette

1.6K 80 10
                                    

Happy Reading ^^

*

Beberapa saat sebelum semua di mulai

..

Wajah Catalina sedikit menegang membaca pesan singkat itu.

Sialan!

Setelah susah payah melakukan semua ini, kenapa harus sekarang?!

"Ekspresi lo jelek banget" sindiran kecil itu berhasil membangkitkan amarahnya untuk tidak melempar benda apapun yang ada di dekatnya.

"Ups! Meleset!" perempuan di depannya terkikik kecil, mengejek tentu saja karena belum apa-apa dia sudah kalah satu babak.

"Sialan!"

Bagaimana bisa ini terjadi? Dia menggigit jarinya kesal. RAJA SIALAN! Bisa-bisanya orang itu bertindak ceroboh.

"Kalah dengan mudah ya" perempuan itu, seandainya Catalina tidak ingat jika dia adalah adik Raja, sudah pasti akan habis dengannya saat itu juga.

Dreeekkk...

Suara pintu yang terbuka membuat keduanya menoleh kaget. Berbeda dengan Catalina yang tersenyum cerah, perempuan itu justru terkejut melihat sosok di hadapan mereka sekarang.

"Anyone miss me?"

Senyum kemenangan terukir di bibir Catalina, "Tentu, gue kira lo bakal ngelewatin sesuatu yang seru"

Sesuatu yang seru.. Raja senang mendengar hal itu.

Dia berjalan masuk melepas topeng porselen yang dipakainya lalu menatap sang adik yang tidak menyambut kedatangannya sama sekali.

BUGH!

Satu pukulan itu sedikit membuat perempuan itu terhuyung.

"Mungkin gue harus ngasih lo pelajaran karena berani nolong cewek itu tanpa izin" Raja berkata dingin. Mencekal leher itu dengan kuat membuat perempuan itu kesulitan bernapas.

Akan tetapi perempuan itu tidak takut. Toh sebentar lagi hidupnya akan habis di tangan kakaknya sendiri.

"Raja" Catalina menahan tangan Raja, "Mereka sudah menunggu"

Diliriknya layar monitor yang terpasang disana. Menyeringai puas karena seseorang yang ditunggunya berhasil masuk ke dalam sana.

BUGHHH!

Tanpa rasa bersalah dia menjatuhkan adiknya ke lantai. Perempuan itu terbatuk pelan. Menatap nyalang sang kakak yang tidak sedikit pun menatap iba padanya.

"Berpikirlah dua kali sebelum berkhianat" Raja menatap sinis, "Hidup mu ada di tanganku, Poppy Kamilia Mahesa"

Marah, Poppy justru mencekal kaki Raja, menariknya hingga cowok itu terjatuh lalu dengan cepat menjatuhkannya dan mengarahkan pistol tepat ke kepalanya. Sayangnya Poppy lupa jika ada Catalina disini dan mengarahkan sebilah pedang tepat di lehernya.

"HAHAHAHAA!!" Raja tertawa puas, "Lihat, disini, lo hanya seekor marionette kecil yang tidak penting"

Poppy menggeram marah. Menurunkan pistolnya, "Satu hal kecil saja, tolong, biarkan Kayla keluar darisini dengan selamat"

Raja tersenyum miring. Menepuk kepala Poppy pelan sebelum menamparnya keras, "Jangan memerintah" titahnya, "Disini, gue adalah Raja"

Mata nyalang Raja menusuknya tepat, menatapnya seakan ia adalah mangsa yang siap dimakan hidup-hidup.

Seharusnya mungkin sejak awal dia tidak pernah datang kemari saat mendengar jika kakaknya masih hidup.

Benar...

Kakaknya itu.. seharusnya tidak pernah hidup atau mungkin dia yang terlalu bodoh percaya jika kakaknya masih hidup dan berada di depannya.

Poppy berdecih, meludah sebelum kemudian sebuah pukulan mentah mengarah padanya.

"Raja" Catalina menenangkan membuat cowok itu mengurungkan niat menghabisi perempuan di depannya.

Catalina memasukkan pedangnya kembali. Berdiri di belakang Raja yang kini kembali memasang topeng porselennya. Memberi aba-aba pada mereka untuk segera melakukan tugas sesuai rencana.

"Let's start the game"

*

Saat ini di lantai 2

Alif bosan! Sejak tadi dia hanya menghindari pukulan yang di layangkan padanya sambil sesekali membalas dengan pukulan ringan.

Hanya pukulan ringat, haduhh.. kenapa mereka bisa pingsan semudah itu?

PLETAK!

Alif berjengat kaget saat Gusti tau-tau memukul kepalanya.

"ABANG JAHAT! Sakit tau!"

Ingin sekali Gusti melempar cowok itu keluar jendela seandainya mereka tidak berada di situasi seperti ini. "Serius, siput! Mereka semakin banyak!"

Alif cemberut. Dengan cepat menarik tangan pasukan di belakangnya dan membanting tubuh orang itu ke lantai.

"Payah" Alif berkata. Seeorang memukul kepalanya dengan kayu. Untuk sesaat Alif tidak bergerak sampai secara tiba-tiba dia menghajar orang itu habis-habisan. "Kalian harus dengerin baik-baik satu hal"

Ditariknya orang-orang itu dengan kasar, membanting, sebelum menendang tepat pelipisnya hingga orang itu pingsan, "Lebih sakit jitakan Gusti daripada pukulan kalian barusan"

Tersindir, Gusti justru membalas dengan memberi tanda jika sebentar lagi apa yang dia lakukan pada pasukan yang sedang di hajarnya akan terjadi pada Alif.

"Sudah" Chandra menatap mereka semua yang berhasil di kalahkan. Mengikatnya menjadi satu lalu menghajar siapapun di antara mereka yang masih sadar.

Mereka menatap ruangan terakhir yang mereka masuki sekarang. Dari seluruh tempat, tidak ada satu pun tempat yang terhubung dengan ruangan yang Damar masuki.

Sial! Bagaimana bisa mereka masuk ke dalam dan membantu Damar?

"Sebentar" Radit merasa ada sesuatu yang janggal. Di tatapnya tulisan besar yang terbuat dari cat pilox berwarna hitam di tembok.

"5 kali 3 ?" Alif berucap. "Jawabannya lima belas kan?"

"Empat belas, goblok!"

"Elo yang goblok! Jawabannya ya lima belas monyet!" Chandra berseru kesal. "Lo tau apa maksudnya?"

Radit menggeleng pelan. Kemudian kedua matanya membulat menatap jam dinding yang ada disana berhenti di angka tiga.

"ITU DIA!" Serunya menghampiri jam itu dan berdiri di depannya.

"Lima belas!" Radit berseru lagi.

"Lo berhasil ketularan virus bodohnya si Alif?" Gusti menunjuk, "Itu angka 3 bukan 15"

CK! Radit berdecak. Di lepasnya jam dinding yang ada disana dan menunjukkan sebuah tombol berwarna merah.

"Ruangan rahasia?!" pekik mereka tidak percaya.

Radit menekan tombol itu pelan sampai suara bip terdengar dan tembok yang terbuat dari kayu terbuka pelan membuat Alif terkejut setengah mati.

"Gue kira ruangan rahasia cuma ada di film atau novel"

Daripada menjawab ucapan gila Alif, mereka memilih masuk lebih dulu ke dalam lift. Pintu berdenting pelan, tertutup, lalu turun membawa mereka entah kemana.

Entah kematian, atau..

..

keabadian.

*

BelindAbl | Revisi 22 September 2019

Senior Junior [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang