“Shel!Ashel menoleh ke sumber suara yang memanggil. Tampak Ayesha tengah menaruh pot-pot bunga ke rak tingkat yang sengaja ditempel di dinding teras belakang rumah. Entah sejak kapan rak itu terpajang di sana. Dinidng terlihat sangat indah dengan hiasan pot bunga yang disusun oleh Ayesha. Meskipun Ashel kurang menyukai Ayesha semenjak pengakuan itu, tapi Ashel mengakui kalau Ayesha memang kreatif.
“Ya, Kak?” sahut Ashel yang kini tengah menjemur pakaian di belakang rumahnya.
“Bisa minta tolong sebentar?” tanya Ayesha dengan seulas senyum.
Kalau menolong orang lain itu dimubahkan, Ashel lebih memilih tidak menolong Ayesha. Disaat deketan dengan Ayesha, bawaannya kesel mulu, sih. Ashel membatin.
“Minta tolong apa?” sahut Ashel lagi.
“Kamu kesini, dong!” Ayesha melambaikan tangan.
Ashel mengangguk dan berjalan mendekati Ayesha.
Ayesha menaiki tangga yang sejak tadi sudah ngejogrok di dekatnya berdiri.
“Shel, kamu tolong operin pot-pot bunganya ke aku, ya! Biar kupasang di rak.”
Ashel mengangguk. Ia mulai mengambil pot bunga dan memberikannya kepada Ayesha di atas. Ayesha menyambut pot-pot bunga yang Ashel serahkan satu persatu dan menyusunnya ke rak paling atas.
“Reihan emangnya kemana, Kak? Kok, Kakak nggak minta bantuin dia?”
“Kamu udah tau jawabannya tanpa kujawab, Shel. Pekerjaan kayak begini seharusnya dikerjakan asisten rumah tangga, tapi aku sengaja melakukannya sendiri. Kalau perlu, aku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian. Tujuannya Cuma satu, aku ingin menyibukkan diri biar nggak stres. Aku nggak nyaman deket terus sama Mas Reihan.”
Ashel mendesah. Nasib Ashel dan Reihan sama. Bedanya, Reihan tidak tahu kalau pasangannya tidak mencintainya. Ayesha begitu rapi menyimpan perasaannya hingga apa yang ia rasakan tidak terbaca oleh lawannya.
“Jangan yang itu dulu, Shel. Yang sebelah sana itu, loh.”
“Yang mana, Kak?” Ashel mencari pot yang Ayesha tunjuk.
“Pot yang warna pink.”
“Yang ini, Kak?”
“Bukan. Yang itu.”
Ashel menatap pot berwarna pink lengkap dengan bunga yang juga pink.
“Oh.. yang ini.”
Bukan.”
“Jadi?” Ashel mencari-cari pot warna pink lainnya. Ada banyak pot warna pink. “Ya udah deh, biar aku aja yang di atas, Kak. Aku nggak ngerti pot mana yang Kakak pilih.”
Mereka bertukar posisi. Ayesha segera turun dari tangga digantikan Ashel yang langsung menaiki tangga. Ayesha memberikan pot bunga dan langsung disusun oleh Ashel atas arahan yang diberikan Ayesha.
“Awh!” pekik Ayesha tiba-tiba. Ia melihat ke telapak kaki dan mendapati darah segar yang menetes setelah sebelumnya kakinya tersebut menginjak paku. “Astaghfirullah. Aduuh..” Ayesha terduduk merasakan kakinya yang mendadak nyeri. Tusukan paku tersebut cukup dalam.
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi ‘kreeek’ yang bersumber dari kaki tangga.
Ashel langsung jongkok di atas tangga saat sadar tangga yang ia naiki miring, hampir tumbang. Andai ia bergerak turun dari tangga, dipastikan tangga tersebut akan kehilangan keseimbangan dan Ashel dijamin jatuh.
Ya ampun Maaaak, muka cantik anakmu bisa gepeng kalau ambruk dari atas tangga ke lantai. Gawat. Pikir Ashel sembari bergidik ngeri menatap lantai di bawah.
“Toloooong... Tangganya mau tumbang,” pekik Ashel seiring dengan Ayesha yang merintih menahan sakit di kakinya.
Tepat pada saat itu, Ashel melihat bala bantuan datang, Fariz menyembul memasuki halaman belakang rumahnya. Ashel agak lega, ketakutannya tidak akan terjadi karena sebentar lagi ia akan ditangkap oleh Fariz.
Fariz berlari mendekati tempat kejadian perkara. Tapi tidak seperti yang Ashel harapkan, Fariz justru mendekati Ayesha dan memberikan pertolongan pada gadis itu. Ia jongkok di sisi Ayesha, menatap luka di kaki perempuan itu.
“Hei, apa nggak ada orang disini? Ayesha terluka!” teriak Fariz dengan nada emosi, kesal karena diantara banyaknya penghuni rumah besar Reihan, tidak ada seorang pun yang memberi bantuan pada Ayesha.
Tidak ada yang mendengar teriakannya, Fariz langsung membopong tubuh Ayesha ke dalam rumah. Seiring dengan itu, bunyi keras terdengar menghantam lantai.
Gubrak!
Tangga yang sudah semakin miring pun tumbang bersama tubuh Ashel di atasnya. Bokong dan punggung Ashel rasanya nyeri bukan main. Bukan sakit di bokong dan punggung yang membuat air mata Ashel menetes, tapi sakit hatinya jauh mengalahkan sakit di badannya. Fariz lebih memilih menolong Ayesha dari pada dirinya yang jelas-jelas sangat membutuhkan pertolongan. Tuhan, adilkah ini?
***
Bersambung
Janjiku terpenuhi, kita ketemu di hari kamis.
Masih nungguin ga?
Fariz tambah nyebelin apa ngegemesin? 🤔🤔
Nunggu vote sampe 1,5 rb baru update next chapter.
Adil ga ya? 😂😂😂😂Yg baca sampe ribuan, adil dong buatku utk minta vote sama yg pada baca. 😋😋
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit)
SpiritualBISA DIPESAN DI SHOPEE. Status Fariz yang awalnya adalah senior Ashel saat SMA, kini berubah jadi atasan di kantor setelah lima tahun berlalu. Pertemuan Ashel dan Fariz membuat Ashel jatuh cinta. Tapi sifat Fariz sulit ditebak, membuat Ashel jadi s...