'owek owek owek' kedua bayi kembar berada jenis kelamin itu menangis bersamaan. Seakan satu sakit yang lain bisa merasakan.
"Duh ma bagaimana ini. Kinal badannya panas" Mario panik dia menempelkan telapak tangannya pada dahi Kinal kecil yang berada di gendongannya. Ya, dia Mario. Lebih lengkapnya Mario Genoveva Putra seorang juragan muda dan juga pengusaha kebun teh terbesar di Lembang, Bandung barat.
Dia memiliki seorang istri bernama. Okta. Lebih lengkapnya Ayu Safira Oktaviani wanita cantik masih berkepala dua dan memiliki dua anak kembar berbeda jenis kelamin.
"Kinan juga pa. Badannya juga panas. Syusyusyu" Okta mendekap Kinan kecil di gendongannya.
"Sebaiknya kita bawa mereka ke puskesmas tuan" ujar Sisil khawatir. Dia seorang pembantu rumah tangga yang berusia kepala dua. Dia bekerja di rumah ini bersama sang suami -Sakti- dan anak perempuan nya yang masih berusia lima tahun -Melody-.
"Bu" panik Melody kecil memegangi ujung baju ibunya.
'owek owek owek'
Tangisan kedua anak kembar itu tak menyurut, malam semakin larut dan membuat tangisan itu kian meraung.
"Syusyusyu" Mario mencoba menenangkan Kinal bayi yang menangis dengan suara yang lebih besar.
Seorang laki-laki berkepala tiga datang menghampiri mereka.
"Hah tuan mobilnya sudah saya hah siapkan" ucapnya dengan nafas tersengal. Dia Sakti suami dari Sisil dan ayahnya Melody.
Sakti sudah mengabdi pada keluarga putra sejak dia kecil. Makanya hidup dan matinya sudah dia berikan pada keluarga putra yang telah berbaik hati menerimanya menjadi pekerja di keluarga mereka. Dan juga sebagai bals budi karena keluarga putra telah menyelamatkan keluarga sakti dari kelaparan di waktu itu.
"Ayo" ajak Mario pada Okta beserta Sakti. Tentu Sakti yang menjadi supirnya.
'ting tong ting tong'
Disaat mereka hendak melangkah menuju pintu utama, bel berbunyi.
Mereka saling tatap dengan kebingungan.
Siapakah malam-malam seperti ini yang akan bertamu?
Sakti berlari membukakan pintu.
Saat pintu di buka hanya kekosongan yang di dapat. Tidak ada seorang pun disana.
Hendak sakti berbalik tapi diurungkannya karena sebuah amplop di bawah kakinya.
Dengan cepat dia mengambil amplop itu dan berlari menuju Mario, Okta ,dan Sisil yang masih berdiri di ruang tengah rumah besar ini.
"Ini tuan" serah Sakti pada Mario.
"Kamu yang buka. Saya tidak bisa, ada Kinal di gendongan saya"
Okta mendekat kearah Mario. Sedangkan Sisil juga mendekat kearah Sakti di ikuti Melody yang masih khawatir dengan kedua bayi majikannya.
"Sebuah surat tuan"
"Bacakan!" Perintah Mario cepat.
Dengan sedikit gemetar sakti membawa kertas itu keluar dari amplop nya.
"Jika ingin kedua anakmu selamat, datanglah ke pojok kota. Disana ada sebuah rumah terpencil dengan dua lampu semprong di kedua sisi samping pintu. Jika kalian tidak cepat, kalian akan kehilangan anak kalian!"
Sakti langsung memandang Mario yang terkejut.
"Bagaimana pa? Kita harus kemana? Badan keduanya sangat panas" khawatir Okta yang masih menenangkan bayi Kinan yang terus menangis.