Prolog

75 11 0
                                    

Kau terlalu dingin, namun aku suka menatapmu. Senyum khasmu yang manis, memanah hati yang pesimis. Aku pernah trauma luar biasa dalam hal cinta, namun kehadiranmu menjadi obat penerpa dan penghapus semua luka yang menjalar dalam dada.

Sungguh, jikalau kau tahu.
Darimu aku benar-benar merasa bahwa cinta tetap ada, meski objek tak mengetahui bahwa subjek sedang menerangkannya.

Ini tentangku, dan telapak tangan yang selalu menengadah menopang untaian kata yang kuucap, sebagai bentuk curahan pada Allah SWT di setiap malam sunyi.

Kuharap, Allah membalikkan hatimu dengan segera, tanpa perlu aku menanti lebih lama.

Gak akan panjang-panjang prolognya.
Biar penasaran hehe
Jangan lupa next reading on chapter one yaaa :)

Salam penulis pemula,
Nurul Fadilla Al Rasyid
@penarasa_

TSUMETAI HITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang