WHEN YOUR GONE

18 2 1
                                    

               Ketika kasih sayang dianugrahkan didalam hati, merasakannya sungguh luar biasa. Ketika aku menyayanginya, aku sangat bahagia. Lelaki yang selalu menjadi kebanggaan bagi keluarga. Bekerja keras tanpa kenal lelah. Berjuang membahagiakan orang yang ia sayangnginya. Dia adalah ayah yang aku sangat sayangi. Dia paling dekat denganku dari pada mama. Curhat dan mengadu pun aku dengan ayah. Hal yang paling terburuk dalam hidupku adalah ketika aku jauh dari ayah. Aku selalu memiliki masalah dan selaluku ceritakan dengana ayah. Setiap malam, sebelum aku tidur aku bercerita dulu dengan ayah.

"Ayah, sebentar lagi aku akan ujian nasional tingkat SMP, menurut Ayah jika nanti Raisa sudah lulus, Ayah pengen Raisa melanjutkannya dimana?" Tanyaku kepada ayah.

Ayah mengelus kepalaku sembari tersenyum penuh makna "Ayah tak menuntutmu akan melanjutkan sekolah yang bagus atau populer, yang jelas Ayah ingin Raisa selalu fokus dengan pelajaran, tapi soal sekolah yang bagus, Ayah rasa sekolah yang cocok untuk anak Ayah adalah SMA 2."

"Ayah, aku rasa aku agak ragu dengan sekolah itu, soalnya sekolah itu terkenal akan kepintaran yang dimilikinya, dan sekolah itu tidak sembarang siswa yang diterima. Aku takut kalau aku mendaftar tak lulus." Ujarku kepada ayah.

"Aku rasa anak Ayah pintar deh." Ujarnya sambil mencubit pipiku.

"Apaan sih Ayah." Ujarku sambil memegang pipi yang merah telah dicubit ayah.

Beberapa bulan menuju ujian nasional tingkat SMP. Ayah mendapat musibah dari pekerjaannya. Ia diberhentikan atau boleh dikata dipecat dari pekerjaannya yang saat ini menjabat menjadi Direktur Perusahaan Daerah. Dan lebih buruknya ayah difitnah oleh rekan kerjanya telah korupsi uang 7 milyar. Aku sangat marah dengan rekan kerja ayah. Entah apa yang ada dibenakku. Seandainya aku seumuran dengan rekan kerja ayah sudah aku hajar orang itu. Batinku orang itu iri dengan jabatan ayah yang telah diberikan dari bupati. Sehingga dia mengadu domba ayah kepada bupati dan akhirnya ayah harus dipecat. Ayah sabar dan bersikap enjoy dihadapanku. Tapi aku tahu dalam batin ayah, sebenarnya ayah tak suka dengan hal ini. Ayah bilang kepadaku, kita harus sabar menghadapinya, kita harus terima semua ini. Ini adalah takdir Tuhan, kita harus menerimanya. Itulah yang aku suka dari ayah. Selalu sabar dan menerima apa yang telah terjadi. Ayah lalu mengajakku beserta adik-adikku juga mama, dan ayah mengajak salah satu temannya ke kampung sekalian liburan, sebenarnya aku merasa aneh dengan temannya itu. Aku merasa curiga dengan kehadirannya dalam liburan kita nanti, tapi aku acuh karena aku hanya ingin ketika nanti kita liburan. Ayah sudah melupakan masalahnya. Kita ke Bandung. Ayah mengajak kami berlibur, melepaskan masalah. Aku sebenarnya tak bisa karena sebentar lagi aku akan ujian. Tapi aku juga sayang sama ayah. Aku tak mau ayah kecewa. Kami pun berangkat ke Bandung.

Setalah di Bandung, beberapa hari kemudian. Kami diajak kekeluarga ayah, bahkan ayah mengajak kami ke Jakarta bertemu dengan adik bungsu ayah yaitu Tatan. Aku senang dengan liburan ini. Tapi ketika aku melihat anak sekolah aku juga merasa sedih. Aku kangen dengan sekolahku, dengan sahabatku Aci juga disana.

Aku senang ketika ayah bilang seminggu lagi kita akan pulang. Adik-adikku turut senang dengan hal itu, bagaimana tidak kami rindu dengan sekolah. Tiba-tiba ketika ayah memanggil temannya di kamar. Temannya itu sudah tak ada. ayah kaget, ayah lalu terburu-buru kekamar dan mencari tas yang berisi uang. Ternyata uang itu sudah tak ada. Ayah merasa sudah tertipu untuk kedua kalinya.

"Astagfirullah!!, Dia telah membawa lari uang pulang kita." Kaget ayah sembari mengelus dadanya.

"Ya Tuhan, mengapa teman Ayah seperti itu?" Sedih mama sambil menangis.

Adik-adikku juga ikut menangis. Aku juga menangis, betapa sakitnya. Aku menagis bukan karena uang itu sudah tak ada. Aku menangis bagaimana dengan sekolahku dan sekolah adik-adikku disana. Apalagi sebentar lagi aku akan ujian nasional. Tuhan mengapa cobaan ini sungguh berat. Bagaimana kami pulang, kami tak memiliki uang lagi. Tak mungkin kami meminta uang dengan keluarga ayah dengan jumlah yang banyak. Dan ayah juga baru-baru telah dipecat. Tuhan apa maksud dari semua ini, aku merasa tak kuat lagi.

When Your GoneWhere stories live. Discover now