Fauza(dith) 12 - Si Cantik Bulu Mata Melentik

105 16 0
                                    

"Saat ini, aku hanya ingin melewati perjalanan menghapus. Untuk mendapatkan lagi, aku masih belum siap."
-Lia-

***

"Lia, kok diem?"

Aku tersadar dari lamunanku saat Papa menegurku. Rasanya aku sangat pusing untuk menjawab pertanyaan Papa, tidak mungkin aku bilang kalau Adith memutuskan aku karena dia selingkuh.

"Gapapa, Pah." Sanggahku seraya masih sibuk menatap majalah yang ada di tanganku sambil bersadar di pundak Papa.

line

Ponsel ku berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Tapi aku tidak memperdulikannya, karena aku ingin menghabiskan waktu bersama Papa sebelum aku ke London.

"Kenapa ga di cek Lia, siapa tau Adith?" tanya Papa, lagi-lagi menyinggung masalah Adith. Papa memang sangat menyukai Adith, karena kata Papa jika dia melihat Adith, dia seperti melihat dirinya waktu muda dulu.

"Bukan Pa." Ucapku lirih.

Papa mengelus lembut puncak kepalaku seraya tersenyum simpul, "kalian lagi marahan ya?"

Aku hanya memilih diam dari pada menjawab pertanyaan Papa, kemudian menggeleng pelan.

"Cek aja dulu Nak, tau dari mana kalau itu bukan Adith?! ntar Adithnya marah, ngadu sama Papa." Aku masih terdiam, luka ini sudah sangat menyakitkan untuk diungkit kembali. Rasa sakitnya yang hampir memudar jangan sampai kembali melukai.

Adith kenapa lo harus mencuri perhatian Papa kemudian lo ninggalin gue? gue ga mau Papa kecewa, seperti gue kecewa sama lo.

"Lia jangan gitu dong Nak, Adith itu--"

"Lia udah putus sama Adith Pa." Celutukku memotong ucapan Papa. Aku mendengus kesal karena tidak tahan lagi, Papa terus membahas Adith.

"Lho putus?! Kapan, kenapa?!" Tanya Papa bertubi-tubi membuat aku semakin bingung harus memulai dari mana.

Astagah, duh mulut bego! keceplosan lagi

Aku hanya terdiam, tidak tau harus mengatakan apa kepada Papa yang memperlihatkan ekspresi teliti membuat aku takut.

Saat aku melihat Mama mendekat ke arahku dan Papa, aku mengambil kesempatan itu untuk pergi dari hadapan Papa seraya meraih ponsel ku yang ada di atas meja.

***

Dikamar, aku mondar-mandir di depan pintu. Aku benar-benar kehabisan ide untuk menangani hal ini. Akhirnya aku memutuskan untuk meminta bantuan kepada Fauzan. Ku raih Ponsel ku dan mencoba menghubungi Fauzan. Ternyata pesan yang masuk tadi adalah pesan dari Dia.

FznAhmadian: Cumi, lo dimana?

Alfiyeraliani: Ke tumah sekarang!

Alfiyeraliani: ehe typo, ke rumah sekarang!

FznAhmadian: Kenapa, kengen ya :-)?

Aku memutar malas bola mataku, Fauzan benar-benar tidak bisa di ajak serius.

Alfiyeraliani: Serius cina! Papa di rumah.

FznAhmadian: Oh ok, otw

Tidak berselang waktu lama, dari balik jendela aku melihat sebuah mobil BMW hitam memasuki halaman rumahku dan Fauzan keluar dari pintu kemudi di ikuti dua orang di belakangnya.

"Astagah! ngapain Ozan ngajak Om Nino sama Tante Sari segala sih?" Aku menggaruk kesal tekuk leherku yang tidak gatal.

Cukup Papa yang membuat aku panik dan Fauzan malah menambah dua orang lagi. Bukannya membantuku menyelesaikan masalah malah dia makin menambah masalahku.

Fauzadith #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang