Segelas susu coklat hangat di pagi hari yang sedikit mendung adalah salah satu momen favoritku. Terlebih ada secangkir kopi susu, yang sedang disesap perlahan oleh seorang lelaki tampan yang kini sibuk membaca setumpuk berkas. Kombinasi yang sempurna!
Aku memperhatikannya lagi. Surai hitamnya yang terpotong rapi, matanya yang cemerlang, hidungnya tinggi menjulang, serta bajunya yang rapi, hasil setrikaanku.
Aahh... Tapi jika ku amati lebih jelas, pipinya jadi sedikit tirus dan kantung mata menghiasi wajah tampannya itu. Hatiku sedikit berdesir melihatnya.
Apakah dia sangat lelah? Apakah dia bekerja terlalu keras? Pertanyaan itu berputar di kepalaku. Melihatnya seperti itu, aku merasa bersalah karena tidak bisa mengurusnya dengan baik.
"Sayang...", aku memanggilnya pelan.
Tak ada respon. Dia tetap sibuk memandangi kertas itu. Ku goyangkan tangannya. Dia tersentak kaget, lalu memandangku. Aku menampilkan senyum termanisku. Dia ikut tersenyum. Sungguh senyumnya sangat manis!
"Ohh.... Kau memanggilku, sayang? Maaf aku terlalu fokus pada berkas ini." dia berkata sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Rotinya dimakan dulu. Aku bahkan sudah membuatkan roti manis kesukaanmu. Atau kau ingin makan yang lain?" tanyaku sambil tersenyum.
"Iyaa, nanti aku makan yaa sayang. Aku baca berkas ini dulu, nanti ada meeting, jadi aku harus mempelajari ini dulu. Nanti aku makan ya?", dia menjawab sambil mengusap pipiku dengan halus.
Aku hanya menghembuskan nafas. Kalau seperti ini terus, dia bisa sakit karena selalu menunda makannya.
"Apa sangat berat? Apa kau sangat lelah?", tanyaku pelan.
"Tidak, sayang. Aku tidak lelah. Aku baik-baik saja." dia meletakkan berkasnya. Lalu memegang kedua tanganku, berusaha meyakinkan kalau dia baik-baik saja.
"Belakangan ini kau jarang makan. Lihatlah, pipimu jadi tirus! Kantung matamu membengkak, dan kau sekarang mirip zombi! Kau juga selalu tidur larut malam."
"Eh? Apakah aku terlihat seperti itu?" dia menjawab sebisanya.
"Iya. Kau bahkan kerja di hari minggu. Kau tau? Kau selalu membaca dokumen setiap sarapan akhir-akhir ini. Kau jarang makan malam karena pulang lebih dari jam 10. Dan kau... Kau... Kau mengabaikanku...", mataku terasa panas. Sungguh, aku tidak kau menangis seperti ini.
"Eh? Jadi sekarang istriku sedang cemburu dengan dokumen-dokumen ini?" dia tersenyum. Berusaha menggodaku.
"Akuu... Aku tidak cemburu. Aku hanya khawatir denganmu. Kau jangan terlalu memaksakan diri. Apa gunanya jadi CEO kalau kau harus selalu turun langsung dalam setiap proyek pekerjaan eoh?"
Greb.
Dia menarikku dalam pelukannya. Menciumi pucuk kepalaku dengan sayang. Lalu menempelkan pipinya pada kepalaku. Hangat. Aku suka pelukannya.
"Kim Hana. Istriku yang sangat ku cintai, maafkan aku ya? Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini sampai sedikit mengabaikanmu. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud demikian. Sungguh, aku sangat menyayangimu, tidak ada sedikitpun niatan mengabaikanmu. Aku turun tangan langsung karena aku pemimpinnya, sayang. Aku tidak ingin ada yang luput dari pengawasanku. Bukankah kau yang selalu bilang kepadaku untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab kan?" dia meyakinkanku dengan kata-kata lembutnya. Tangannya tidak henti mengelus kepalaku dengan lembut.
"Aku... Aku hanya..."
"Sstt... Iyaa, tak usah kau jelaskan... Aku paham maksudmu. Maafkan aku ya?"
Aku melepaskan pelukanku. Lalu memandang netra suamiku itu, mencari kesungguhan di matanya yang indah. Sorot matanya melembut, dan tidak ada kebohongan disana. Dia benar-benar serius. Lalu, aku mengangguk pelan, tanda aku mengerti.
"Cha... Sekarang sudah tidak marah lagi?"
"Iyaa... Maafkan aku terlalu sensitif.."
"Haha, tak apa.. Aku suka kalau kau ngambek begini, sungguh kau jadi imut sekali." dia meledekku lagi.
Aku hanya tersenyum malu menanggapi perkataannya.
"Aku suapi yaa? Kau membaca saja, aku yang suapi. Agar kau tidak lemas saat meeting nanti.", tawarku.
"Okee, aku akan makan jika kau yang menyuapi", katanya sambil tersenyum.
Akhirnya dia berhasil menyelesaikan sarapannya. Kini dia sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Aku segera merapikan dasinya dan memasangkan jas. Oohh.... Kenapa dia jadi semakin tampan? Aku hampir pingsan melihatnya.
"Akhir minggu ini kita jalan-jalan ya? Aku ingin liburan bersamamu. Hitung-hitung honeymoon lagi, hehe.."
"Boleh... Asal kau tidak tiba-tiba lupa lagi dengan janjimu itu"
"Aku janji..." lalu dia mengecup kening dan pipiku. Berjalan ke arah pintu sambil menenteng tasnya.
ooh astagaa.... Dia meninggalkan kunci mobil dan HP nya sekarang. Aku hanya bisa menghembuskan nafas pelan.
Satu...
Dua....
Ceklek.
"Sayang, aku....", ucapannya terpotong ketika melihatku mengacungkan HP dan kunci mobilnya.
Dia lalu mendekat ke arahku sambill menampakkan senyum yang membuat pipinya mencetak dimpel yang sangaat maniis. Dia mengambil kedua benda itu, lalu mengecup pipiku lagi.
"Terima kasih... Saranghae, Kim Hana!"
"Nado saranghae, Kim Namjoon..."Dia lalu bergegas berangkat lagi. Meninggalkanku yang masih senyum-senyum sendiri atas tingkahnya itu.
Ooh Kim Namjoon, suamiku tercinta... Kenapa kau sangat ceroboh?? Tapi tak apa, aku tetap menyayangimu. Sungguh, aku tidak berbohong!!
***
Halo!!
Ada bonus pict Namjoom fav akuu
Selamat malam, selamat istirahatLovely_dina 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Cake [End]
FanfictionKue itu manis kan? Iya, manis. Seperti kisah di bawah ini Ceritanya OneShoot aja per membernya. Cast: Kim Namjoon Kim Seokjin Min Yoongi Jung Hoseok Park Jimin Kim Taehyung Jeon Jungkook Start: 18 Nov 2018 End: 17 Feb 2019