4

12K 452 26
                                    

"Lov, bangun" Bisik Leo lembut, mencium rahang Alana yang berbecak merah. Hanya gumaman tidak jelas yang keluar dari mulut Alana yang setengah terbuka.

Leo melihat keindahan yang terlukis di tubuh Alana, bercak-bercak merah yang berubah menjadi ungu, darah keparawanan yang mengering di area paha, dan rambut yang berantakan. Oh Tuhan, begitu indah miliknya ini.

"Lov?," Bibir Leo mengecup kulit yang lecet di bawah daun telinga Alana. "Ini sudah siang," 

"Mmm. . ." Jawab Alana tanpa membuka mata.

Bibir atas Leo terangkat sedikit, membentuk senyum tipis. Alana begitu menggemaskan. Semalam adalah malam paling indah dalam hidupnya setelah memasuki istana terdalam Alana, jeritan kesakitan dan tangisan mewarnai percintaan mereka.

"Makan dulu," Leo memeluk punggung Alana yang polos, kehangatan dan reaksi gilanya langsung menjalar di tubuhnya, menelusuri kulit polos Alana dengan jari telunjuknya.

Alana bergerak dalam tidurnya, mencari kenyamanan. 

"Love?" Bisik Leo kembali.

Alana perlahan membuka kedua matanya, mata yang sayu dan polos menatapa langsung sepasang bola mata yang hidup, mencari-cari jiwa Alana. 

"Hangat," Leo mendorong sebelah tangannya ke bawah perut Alana, menyentuh segitiga Alana yang sedikit berbeda.

"L-leo-?" Alana mengerang, masih jelas kesakitan semalam yang membuatnya ketakutan.

"Hanya menyentuh saja," Leo tersenyum.

Benar, hanya menyentuh. Leo tidak sedikitpun meloloskan kulit Alana dari sentuhannya. Bahkan rencananya yang ingin membangunkan Alana untuk mengisi perut berakhir dengan sentuhan panjang seharian, membiarkan Alana tidak sekalipun meninggalkan ranjangnya.

"Aku ingin keluar sebentar," Alana sudah siap dengan pakaian santainya, wajahnya kelihatan pucat namun masih cantik dan anggun.

Leo berhenti membaca beberapa file kerjanya, mendongak lalu menatap Alana, "Ke-?"

"Aku harus membeli buku, ada tugas yang harus di selesaikan dengan buku itu" Alana memasang wajah jujur, walau itu bukan tujuan sebenarnya. Sejam lalu, ada pesan dari Duma.

"Baik, satu jam cukup untukmu" Tanpa melihat Alana, Leo kembali memeriksa berkas-berkas. "Kurang atau terlalu lama?" 

"Tidak," Alana mundur, lalu berbalik membuka pintu kerja Leo. Setelah kepergian Alana, Leo dengan cepat menghubungi seseorang.

-

Duma berjalan mondar mandir di lorong Rumah Sakit, sudah lebih dari dua jam sahabatnya belum juga datang. Seharusnya dia, sebagai kekasihnya yang menemaninya disini. Bukan dirinya yang hanya sebatas 'Hey' setiap bertemu. Tiga jam lalu, dia tidak sengaja melihat kecelakaan di dekat tempat tinggal kosnya.

Leopard KusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang