Sudah genap 7 hari sejak hari dramatis itu terjadi. Yap, hari senin kembali hadir.
Sinar matahari menyilaukan Tasa kali ini. Tidak seperti biasanya, pagi ini rasanya seperti siang. Terlalu cerah.
Cahaya silau itu menerpa Tasa yang sedang tertawa bersama laki-laki di sampingnya, Renjun.
Sudah 7 hari semenjak hari itu, suasana hatinya kini sangat-sangat membaik. Hubungannya juga semakin membaik. Hal-hal yang biasanya ia lakukan bersama Jeno kini Tasa lakukan dengan Renjun, bahkan lebih.
Pernah satu hari Taeyong harus pergi menyusul Jaehyun di rumah orang tuanya, ia bilang untuk mengejar deadline tugas.
Dan Renjun mendapat amanah untuk menjaga adik sekaligus pacarnya itu. Setelah itu mereka malah berkeliling kota dari sore hingga pagi, duduk-duduk di restoran 24 jam sambil bersenda gurau, hingga akhirnya mati tergeletak di atas kasurnya masing-masing. Mereka melakukan itu semua juga atas izin Winwin. Winwin percaya walau awalnya tidak.
"Masih jam 6 padahal, tapi udah kayak siang begini" ucap Tasa sambil menutupi mukanya dengan telapak tangan.
"Biasa, ngikutin suasana hati kamu kan biasanya. Lagi seneng banget ya?" Tanya Renjun. Sementara Tasa hanya tersenyum.
"Sok tau deh! Ini mah bukan cerah tapi panas, suasana hati aku emang lagi panas? Panas mah cemburu" bantahnya.
"Halah, berarti kamu overload bahagianya, Sa!" Renjun tertawa lalu memakaikan jaket yang sedari tadi ia tenteng ke kepala Tasa.
"Mau hujan kali ya?" Gumam Tasa. Mendengar itu, tiba-tiba saja Renjun teringat sesuatu.
Hari ini Jeno kembali ke sekolah. Walaupun belum tentu, tapi kemungkinan besar seperti itu mengingat kalau isi dari surat izin yang orang tuanya serahkan itu memang begitu adanya.
"Yaudah kita misah di sini ya, aku mau fotokopi tugas dulu" kata Tasa sesampainya di depan pintu masuk menuju gedung sekolahnya.
"Yakin nggak mau aku temenin?" Tanya Renjun.
"Dih, mulai kan bucinnya. Udah santai aja" ia berusaha meyakini Renjun, lalu kemudian segera bergegas ke fotokopian.
Renjun pun akhirnya mengalah dan pergi menaiki tangga menuju kelasnya. Setelah menginjakkan kakinya di lantai 3, ia melihat berisik sekaligus ramenya depan kelas 11 Ipa 4.
"WELKOM BEK JEN UWW!!!" Kata para ciwi-ciwi kelas itu.
"Eh iya, makasih hehe"
Biasa, anak-anak 11 Ipa 4 memang begini adanya. Jika ada yang tak masuk lebih dari 3 hari, pasti akan disambut heboh. Bahkan kini salah satu temannya memegang karton yang terbuka lebar dengan tulisan 'welkom tu mai yutub cenel', tapi tulisan itu dicoret dan dibawahnya ditulis ulang dengan tulisan 'welcome to rumah kedua (sekolah) lu JENO!' Sedihnya, Jeno harus membawa pulang karton penuh kenangan tapi tak penting ini nanti.
"JEN ENTAR GUA TRAKTIER BUBUOER KANTIN MAO GAK?"
"Gak usah, gua bawa bekel kok" Jeno tersenyum.
"Oi, lama amat pulkamnya" Renjun merangkul dari belakang, sementara Jeno hanya menatap tak percaya.
"Udah minggir2, ayuk tuan, gua kasih contekan tugas-tugas minggu kemaren"
Mereka berjalan hingga sampailah di bangku mereka. Lalu Jeno langsung membuka buku tugas kimianya dan menyalin tugas Renjun.
Melihat itu Renjun tersenyum, ia merasa lebih baik karena sudah baikan secara tidak langsung dengan Jeno, meski ia tau bahwa Jeno agak terkejut dengan sikapnya.