Kembali lagi sama author kece.
Hahahaha canda.
Sok atuh, selamat membaca.
"Dasar dosen laknat!" Umpat Vino kesal. Dia sedang berjalan di koridor kampus dengan selembar kertas di tangan kanannya. Di dalam lembaran kertas itu terdapat beberapa judul buku yang harus dia dapatkan.
Melihat beberapa deretan coretan di sana membuat wajah tampan itu di lipat.
"Buku sebanyak ini nyuruh gue sendirian?! Yang bener aja! Ck!" Dumelnya semakin kesal.
Meski begitu, kaki jangkungnya dia langkah kan menuju perpustakaan.
"Gue sumpahin tu dosen jadi baek. Aamiin"
______
Shani sedang mencari buku untuk tugasnya di perpustakaan kampus siang ini.
'drrrttttt drrrttttttt' dia sedikit menjauh dari beberapa mahasiswa yang sedang membaca untuk mengangkat sebuah telpon yang tiba-tiba masuk.
"Iya, hallo ma" ternyata Treesye, mamanya yang menelpon.
"(...)"
"Apa?" Pintanya ulang
"Iya, tapi aku ke apartemen dulu baru kerumah"
"(...)"
"Hmmmm"
"(...)"
"Iya ma, iya"
"(...)"
"Aku di perpustakaan nih, aku tutup dulu ya ma. Dah mama! Love you! Sampai ketemu di rumah"
'klik'
Sambungan itu terputus.
Shani kembali lagi pada barisan awal dimana dia berada.
Mata cantik itu sangat fokus akan tulisan-tulisan judul perbuku. Jari jemarinya menyentuh susunan buku dengan lembutnya.
100 meter dari jaraknya berada ada seorang penjaga perpustakaan yang sedang menyusun buku rak bagian atas menggunakan tangga.
Shani terus berjalan dengan seksama hingga mendekati petugas.
"Mana ya bukunya?"
Shania terus berjalan. Tiba-tiba ada beberapa buku yang akan jatuh karena tumpukan nya yang terlalu banyak.
Tak sempat lagi mengelak tumpukan buku itu tak mampu di selamatkan.
Petugas perpustakaan terkejut karena tumpukan buku itu akan terjatuh dan akan menimpa seseorang di bawahnya.
'brakkk'
Beberapa buku sukses mendarat di kepala seseorang.
Shani yang tak bisa berbuat apa-apa hanya menunduk dan memejamkan mata dengan rapat. Dia tak kuasa jika buku itu menimpa kepalanya. Dan bisa di pastikan jika itu terjadi, kepalanya akan terluka.
Shani sedikit demi sedikit membuka matanya disaat tak merasakan apa-apa.
Ketika dia membuka mata, sebuah dada bidang menjadi suguhan pertama.
Ya, sepertinya ada seseorang yang menolong Shani lagi kali ini.
Dengan perlahan Shani mengangkat kepala. Sebuah senyuman terbaik menjadi pandangan utamanya.
"Vin"
"Kamu gapapa?" Tanya laki-laki itu dengan wajah tak terbaca.
Sebenarnya Vino menahan rasa sakit di kepalanya akibat kejatuhan buku. Karena orang yang di tolong adalah orang penting dalam hatinya, mau tidak mau dia harus menampilkan wajah biasa saja.