“ARKA!” panggil gue dari depan pintu kelas.
“Kelas sebelah itu woi!” teriak Dito.
“Oh, RAKA!”
“Kenapa?” Raka tiba-tiba muncul di belakang gue, gue refleks menoleh ke belakang. Kemudian tercengang melihatnya. Gue masih menatapinya dari atas sampai bawah. Nggak karuan, GILA!
“Kenapa lihat-lihat? Terpesona sama gue?” tanyanya.
Gue menggelengkan kepala cepat, “Lo gila ya.”
“Apa? Karena lo ketua komisi displin, lihat gue gini aja ngatain gue gila. Bandingin sama lo, nggak bisa bedain mana orang waras dan mana orang gila, orang waras kayak gue lo katain gila, jadi sebenarnya yang gila itu siapa?” ucapnya sambil berlalu masuk ke dalam kelas.
Gue mematung di tempat. Jatuh harga diri gue sebagai ketua komisi disiplin, masa’ sama cowok kayak dia aja kalah. Nggak!
Lihat aja besok...
* * *
“Devin, Luis, Johan. Kalian membolos lagi? Ibu itu sampe capek, bingung mau kasih hukuman apalagi sama kalian. Kalian ini buka—"
Pintu BK dibuka oleh Raka. Bersama dengan Greeta di belakangnya yang tersenyum puas.
“Lho, Raka juga?” tanya Bu Siska, guru BK.
“Iya, dia ketahuan bolos di rooftop Bu,” jawab gue.
“Nyatanya Greeta juga, dia nyari saya sampe bolos satu jam pelajaran.” sahut
Raka.Gue menatap Raka heran. Bisa-bisanya dia bilang begitu. Dia tahu dari mana, oh mati gue!
“Loh, kamu itu bukannya memberi contoh kepada yang lain...”
Mulai ceramah panjang lebar hadiah dari Bu Siska. Rencana satu, gagal.
SKIP >>>
“Semangat dong Ta, masa’ ketua komisi disiplin loyo begitu.” Ucap Devin.
“Diem lo!” sentak gue.
Devin langsung diam. Kembali ke pekerjaanya. Di sinilah gue, terjebak menyiram tanaman bersama empat tukang rusuh yang selalu membuat gue emosi.
“Nyolotan!” ucap Raka.
“Apa lo bilang?!” gue menyemprotkan air ke wajah Raka.
“Rasain lo!”
“Berani lo sama gue?!” Raka balik menyemrotkan air ke wajah gue.
Akhirnya, bukannya menyiram tanaman, kami berempat basah kuyup, dan sialnya Bu Siska melihat kami berempat yang sedang bermain-main dengan air.
“KALIAN BEREMPAT!!” teriak Bu Siska dengan tatapan mata yang dingin di balik kacamatanya.
Gue hanya bisa diam ketika kembali diceramahi oleh Bu Siska. Beliau adalah guru yang paling ramah diantara guru BK yang lain. Tapi, sekali beliau marah, bakal kelar hidup kalian.
Gue keluar BK dengan lesu, dengan keadaan basah kuyup begini, mana mungkin gue rapat hari ini.
“Lo habis mandi? Bwahahaha!” Varo yang berjalan keluar kelas.
“Terus, ketawa sampe puas!”
“Lo kenapa bisa basah kuyup gitu, Bwahaha!”
“Ceritanya panjang, dah. Gue mau pulang.” Ucap gue masuk ke dalam kelas hendak mengambil tas.
“Ta!”
Gue menoleh, Varo melempari gue handuk tepat di wajah gue dan langsung pergi begitu saja.
Gue mengeringkan rambut gue dengan handuk yang diberikan Varo sambil berjalan ke dalam kelas. Sudah kosong, ah iya, Arin ada latihan tari. Gue melihat jaket di atas tas gue dengan kertas kecil bertuliskan R.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Regrets
Teen FictionPenyesalan selalu datang di akhir. Ini penyesalan terbesar dan akan menjadi yang terakhir dalam hidup gue. Karena gue akan berhenti berharap, gue akan berhenti untuk mencintai lo. Buat segalanya, gue ucapin terimakasih. Dari mencintai lo, gue belaja...