Waktu itu semuanya berjalan baik-baik saja, kuliah berjalan, dan kerjaan juga allhamdulillah lancar, tidak lupa ada sosok wanita berdiri d belakang yg selalu mendukung setiap apa yg aku jalani
Yah, kami menjalin hubungan, bahkan sudah lumayan jauh dan lama, aku udh di kenalin ke ortunya begitupun sebaliknya. Selayaknya orang pacaran pada umumnya kami sering berselisih faham, tapi dengan membicarakan kembali ketika suasana mulai dingin masalah itu selalu bisa kami lewati
Waktu merambat begitu cepat, aku lulus kuliah dan mencoba mencari peruntungan dengan ijazah dan disiplin ilmu yg aku dapatkan ketika kuliah
Aku berangkat ke bekasi, dengan modal hasil melelang semua alat aoutdoor kesayanganku, tapi tak apalah demi cita2 dan wanita yg aku agendakan untuk rencana lebih serius lg
Satu minggu, dua minggu, satu bulan belum dapet kerjaan juga, tapi dengan support dari dia aku bisa bertahan dan tetap semangat
Ternyata gak cukup modal pendidikan tinggi, dibalik itu harus juga punya koneksi, family, money.
Aku tidak patah semangat, dan mencari peruntungan ke kota lain, sore itu aku lanjutkan berangkat ke tanggerang, dengan modal hasil pinjaman
Dan hasilnya sama, tanpa koneksi, tanpa money, kerjaan hanya sebatas hayalan, sebulan genap luntang lantung di tanggerang
Lebih parahnya lagi dia mulai beda, dan aku bisa merasakan perbedaan itu meski jarak dan waktu menspasikan kami
Dari mulai marah2 gak jelas sampai chat yg di just read beberapa hari. Jangan ditanya kenapa, karena cewe pasti jawab gapapa.
Aku mencoba acuh dan tetap fokus pada misi utama; kerja!
Tapi disaat itu pula dia mulai jujur tentang penyebab dia menjadi seperti itu
Kata dia; makin sini makin banyak orang lebih asik, dan makin banyak orang yang lebih baik.
Pesan itu cukup membuat langitku roboh dan siangku menjadi gelap
Aku hanya bisa menghela nafas tanpa bisa berbuat apa-apa, aku yang sedang susah payah di perantauan akan kalah dengan orang yang selalu ada, memberi apa-apa yg dia perlukan cukup membuat relasi yg sudah sangat jauh menjadi pudar dan dan lebam menghitam
Tapi semesta berkata lain, aku di terima di sebuah PT di daerah jakarta barat, kabar itu lumayan membuat langitku gak mendung lagi
Dan hubungan kami kembali baik-baik saja
Kerja; masuk gelap pulang gelap, masuk jam 6 pagi pulang jam 10 malem, kadang jam 11. Badan beberapa kali drop dan aku coba paksakan
Untung gajinya harian jadi ada buat nyambung idup, sisanya tabungin buat rencana kedepannya (married) Ck, kalo ada lebih terkadang suka d transfer buat kebutuhan dia
Tapi takdir berkata lain, badan kurusku tidak cukup kuat untuk terus bekerja disana, badanku terus drop dan dengan beberapa pertimbangan aku memutuskan untuk resign dari kerjaan itu
Aku kembali ke kontrakan yg ada di tanggerang yg juga ada sodara yg juga ngontrak disana
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, aku resign dari kerjaan dan nganggur lagi, dan lebih parahnya beberapa minggu kemudian dia memberikan pernyataan yang cukup untuk membuat hariku mati, dan langkahku patah
(Wanita mana yg bisa bertahan dengan lelaki yg tidak punya pekerjaan) pesan itu seketika menjadi petir di siang bolong
Aku akui, wanita bukan matre, tapi kebutuhan, aku sangat memahaminya.
Tapi adakah mimpi2 besar yang hanya bisa dibangun semalaman?
Ilmuan menemukan penelitian ilmiahnya dengan mudah? Dengan hanya beberapa kali percobaan?
Bahkan Joseph Swan dan Thomas alva edison seorang penemu lampu bolham perlu ribuan kali untuk menyempurnakan karya ilmiahnya
Dan aku? Ah sudahlah....
Planning hanya sekedar ambisi, selebihnya uang yang menentukan!
Dan pada akhirnya; kita memutuskan untuk mengambil statment masing-masing, tentang kemana arah langkah kita, juga rumah kita
Pada suatu titik yang sudah sangat jauh kita telah menemukan pengakuan masing-masing, bahwa relasi akan memudar tanpa komunikasi, bahwa hubungan akan membias tanpa kepercayaan.