3. Libra, Surat Terakhir, dan Orang-Orang yang Tak Pernah Melintas Dalam Pikiran

50 5 5
                                    

"MANG* OCHAAAN BAKSO SATU BAKSO URAT PAKE SEMUA NGGAK PAKE SAUS KECAPNYA SEDIKIT SAMBALNYA BANYAKIN KALAU BISA SAMPAI AKU MENCRET JANGAN SAMPAI SALAH KALAU SALAH AKU RETUURRR!"

Lalu dirinya duduk begitu saja, seperti tak merasa telah membuat jantung-jantung lompat dari tempatnya, seperti tak peduli berpasang-pasang mata menatap sebal dan tajam ke arahnya, sama sekali tak menghiraukan ceracau dan serapah yang melayang-layang di udara. Tiarma Lor Cakrabangsa benar-benar sesuatu.

"Kamu mau makan apa, Bhum?" tanya Kitkat, mengalihkan fokusku dari Tiarma yang kini sudah sibuk dengan majalahnya. Kulihat Kitkat dan Bang Jack sama sekali tak terganggu dengan kelakuan Tiarma yang persis siamang beberapa saat lalu, membuatku heran sendiri. Maksudku, aku berteman dengannya hampir seumur hidupku, sedang mereka dua tahun saja belum genap.

"Biasa, Kit."

Kitkat mengangguk mengerti, membalas senyumku lebih lebar lagi. Namun, sebelum ia benar-benar berbalik pergi, Bang Jack menahannya. "Tunggu. Aku ikut."

Aku tak bisa menahan seringai ketika Kitkat melemparkan pandangan memohon ke arahku. Aku hanya mengangkat bahu, berharap itu bisa menenangkan dan menyemangatinya. Kekeh puas meluncur melewati bibir ketika kulihat Kitkat dengan bahu agak merosot berjalan mengekori sosok Bang Jack yang persis preman. Aku hanya berharap mereka bisa saling bersikap baik. Atau setidaknya terbiasa dengan satu sama lain.

"Sialan!" maki Tiarma tiba-tiba, kini jantungku dan hanya jantungku yang hampir lepas dari tempatnya. "Aku tahu bakal ada 'sesuatu' hari ini."

Nyaris kulempar itu botol Tupperware milik Kitkat ke kepalanya. "Apa lagi, sih?"

"Nih! Lihat!" desaknya, menyurukkan majalah itu—yang, yap, benar sekali, terbuka tepat di bagian astrologi—ke bawah hidungku. "Tak ada pekan yang lebih aneh bagi Libra selain pekan ini. Kau akan beruntung sekali dalam hal percintaan—seakan kau memiliki satu truk besar semanggi berdaun empat, atau mungkin berlusin-lusin sepatu kuda. Ajakan kencanmu disambut dengan antusias, permintaan maafmu diterima selapang-lapangnya dada, dan pernyataan cintamu akan dibalas dengan rasa yang sama besar, sama akbar. Segala urusan yang ada sangkut-pautnya dengan kekasih atau orang yang kaukasihi akan menjadi berkali lipat lebih mudah dan menyenangkan. Boleh jadi karena Venus, planet yang menguasai zodiakmu, tengah bersinar teramat indah pekan ini."

"Bagus, dong?" potongku cepat, sama sekali tak tertarik apalagi percaya. "Kok kamu sampai misuh-misuh begitu?"

"Oh, iya. Aku salah baca. Yang ini, nih. Namun, jangan senang dulu. Mars sang Dewa Perang menunggu dalam bayang-bayang. Hanya sebentar, beberapa jenak saja, sampai keseimbangan yang mati-matian kau perjuangkan, kau rawat sedemikian hebat, lesap dan ranap menjadi bukan apa-apa. Lihat sekelilingmu, karena akan selalu ada pemicu. Bisa musuh yang tiba-tiba datang kembali, keputusan-keputusan sembronomu di masa lampau, kesalahan-kesalahan yang pernah kau rencanakan, atau barangkali orang-orang yang tak pernah melintas dalam pikiran. Satu yang mesti nyalar dalam kepala Libra: selalu siap sedia."

"Wow. That's a complete bullshit about your life. Masak, sih, kamu percaya, Yar?"

Tiarma balas menatapku tajam. Usai berdecak sebal, dirinya menghela napas keras. "Eh, dengar, ya. Kolumnis astrologi ini sudah terbukti tokcer. Malah, kudengar-dengar, oplah majalah ini naik dan naik terus semenjak kolom astrologi yang awalnya hanya terbit bulanan sekarang menjadi mingguan. Menurutmu orang waras mana yang secara masif mau membeli 'bullshit' yang barusan kamu bilang?"

"Terserah," tandasku tak peduli. Kuraih botol Tupperware hitam itu, penasaran apa yang Kitkat bawa kali ini. Meski kemampuan meracik makanannya jauh di atas rata-rata, Kitkat hampir bisa dibilang tidak waras ketika berkesperimen dengan minuman. Terakhir: tomat, bawang putih dan bawang merah yang masing-masing seperempat siung, cabai rawit, apel malang, serta melon, diblendernya menjadi satu. Rasanya—meski Kitkat dan Bang Jack bilang enak—sungguh tak dapat dijelaskan.

Whatever Float My BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang