51. Kejam

12.1K 1.7K 1K
                                    


Fariz merekatkan handiplast ke telapak kaki Ayesha setelah mengolesinya dengan obat dan menutupnya dengan kain kasa.  Fariz tadi sudah memencet area sekitar kaki yang terkena paku supaya darahnya keluar. 

Kini, pandangan Fariz mengedar ke wajah-wajah asisten rumah tangga yang berkumpul dengan wajah menunduk di sana.

“Apa kerja kalian?  Dari tadi saya panggilin nggak ada yang datang?  Apa kalian tau majikan kalian terluka?  Lain kali ready, dong!” ucap Fariz tegas.

Ayesha menatap wajah Fariz dengan seksama.  Lelaki yang ia cintai itu ternyata begitu perduli padanya.  Bahkan kini mengomeli asisten rumah tangga karena dianggap kurang perduli pada majikan.

“Fariz, udah!  Bukan salah mereka juga, kok,” ujar Ayesha lembut.

Fariz menarik napas dalam-dalam menyadari sudah kebablasan.  Efek cemas berlebihan, emosinya pun tidak terkontrol.  Gaje banget.  Ya Tuhan, kenapa ia bisa searogan itu demi Ayesha?  Gerakannya juga reflek langsung mengurus Ayesha tanpa berpikir panjang. 

Sejurus pandangan mengarah pada Reihan yang memasuki ruangan sambil melipat ujung lengan kemeja.  Pria yang tidak tahu menahu pasal kejadian, terlihat santai bergerak menuju ke arah Ayesha yang tengah duduk dengan kaki selonjor di atas sofa.  Ekspresi Reihan mulai bingung saat menatap para asisten rumah tangganya berkumpul mengelilingi Ayesha dan Fariz.

“Ada apa ini?” tanya Reihan yang terlihat begitu segar karena baru saja mandi pagi.  Wajar saja ia tidak mendengar kegaduhan yang terjadi di belakang rumahnya tadi, rumahnya terlalu besar hingga dinding-dinding yang menghalangi membuatnya tidak mampu mendengar.  “Kok, pada ngumpul di sini?” Reihan menatap wajah para asisten rumah tangganya.

“Kalian bubar!” perintah Ayesha dengan nada lembut pada para asisten rumah tangga.

Para asisten pun bubar menuruti perintah majikan.

“Ayesha terluka,” terang Fariz sembari menunjuk kaki Ayesha yang telah dibalut perban.

Reihan yang baru melihat luka itu, bergegas mendekati Ayesha dengan raut cemas.  “Sayang, kamu kena apa?  Ini kenapa bisa sampai dibalut gini?”

“Aku nggak pa-pa, Mas.  Cuma kena paku doang.”

“Apa?  Paku?  Itu bahaya, loh.  Ayo, aku antar kamu ke dokter,” ujar Reihan dengan kekhawatiran yang luar biasa. 

Fariz menyingkir dan memberikan akses luas pada Reihan untuk bisa leluasa pada Ayesha, wanita yang beberapa minggu terakhir sedang berusaha ia lupakan.  Melihat keperdulian dan kecemasan Reihan yang begitu besar terhadap Ayesha, Fariz kini sadar kalau ada pria yang lebih berhak atas Ayesha.  Ya, Ayesha sudah mendapatkan pria yang sanggup menjaganya. 

“Sekarang udah mendingan kok, Mas.  Kamu nggak usah cemas gitu.  Bentar lagi aku juga bakalan berangkat kerja.”

“Jangan kerja, plis.”

“Oke oke.  Aku nggak kerja.  Hari ini aku akan cek lokasi yang bakalan jadi aset baru, di sana aku akan bangun restoran.”

Reihan duduk di sisi Ayesha sembari mengamati telapak kaki istrinya.  “Ayolah, jangan bandel.  Aku nggak mau kamu kenapa-napa.”

“Idih, kamu yang bandel.  Siapa bilang aku bakalan kenapa-napa.  Aku udah nurutin kamu nggak masuk kerja.  Aku hanya akan ngecek lokasi aja.”

“Ya udah, aku ijinin.  Tapi perlu kamu tau, paku bisa bikin tetanus, loh.”

“Tadi Fariz udah keluarin banyak darah dari kakiku.  Dia yang nolongin aku, Mas.  Aku yakin kakiku nggak akan kenapa-napa.”

Reihan menoleh ke arah Fariz untuk segera mengucapkan terima kasih, namun ia tidak mendapati pria itu lagi di sana.  Saking sibuk memperhatikan Ayesha, ia sampai tidak sadar kapan Fariz pergi.

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang