Sementara sendiri @Sirifa

70 7 25
                                    

Nama : Sirifa

Judul : sementara sendiri

Songfic: sementara sendiri-Geisha

Tok.tok.tok

Suara ketukan dari pintu depan membuyarkan lamunanku, aku segera bangkit untuk membuka pintu. Selama berjalan ke pintu depan anganku tidak juga berhenti berpikir membayangkan hubungan jarak jauh Weleri-Yogyakarta. Huft! aku menghela nafas panjang.

Tok.tok.tok.tok

Pintu rumahku diketuk lagi untuk kedua kalinya, kali ini ada suara yang tidak asing memanggil namaku, aku mempercepat langkah kakiku.

Seperti dugaan ku, Mas Asmarandana sudah ada di depan rumahku.

"Dek, lama banget buka pintunya?" sapa mas Asmarandana mengawali perbincangan.

"Maaf mas, Kinan ndak denger," jawabku acuh tak acuh.

"Kamu masih marah sama mas ya?" tanyanya kemudian, "kok tumben sepi banget di rumah, bapak, ibu, dek Sisi kemana?" Lanjutnya.

"Masuk mas, ndak enak dilihat tetangga," kataku tanpa menghiraukan mas Asmarandana bicara.

Aku pun berjalan mendahului mas Asmarandana. Rasanya enggan bertemu dengannya saat ini. Sejak dia tidak berani melamarku. Semua terasa berbeda. Lelaki yang selalu aku banggakan dan aku yakini kelak kan jadi imam yang baik buatku dan anak-anak ku, tidak berani melamarku dengan 1001 alasan. Padahal aku tidak meminta lebih, hanya menginginkan dia bicara dengan orang tuaku, menegaskan arah hubungan kami, ndodog lawang istilah jawa nya.Tapi jagoanku ternyata bernyali ciut. Jangankan bicara dengan orang tuaku tentang hubungan kami. Dia cuma bisa senyam-senyum salah tingkah setiap bapak atau ibuku menyapa dia. Bahkan sampai sekarang aku belum dikenalkan kedua orangtuanya, alasannya selalu sama.

"Mama sama papa mas itu sibuk dek di Jakarta, jadi nggak bisa datang sesuka hatinya ke Jogja. Nanti kalau sudah nggak sibuk pasti mas kenalin dek Kinanti ke orang tua mas."

Aku hanya bisa tersenyum dan mengedikkan bahu setiap dia memberi alasan yang itu itu saja. Dan sejak semalam aku mengambil keputusan untuk jadi guru bantu di Weleri tempat Budhe mengajar. Aku rela tidak dibayar asalkan bisa pergi jauh dari Jogjakarta.

"Dek, dek Kinan!" ucap Mas Asmarandana sedikit keras.

"Oh maaf, ada apa mas," kataku. Dari tadi aku sibuk melamun sampai tidak mendengar apa yang mas Asmarandana bicarakan.

"Kenapa sih, Dek. Mas minta banget dek Kinan memikirkan lagi soal jadi guru bantu di Weleri. Itu terlalu jauh dek dari Jogja, mas takut adek kenapa-napa disana."

"Mas tahu kan apa yang bisa menahanku supaya membatalkan ini semua. Kinanti ndak minta apa -apa kok, cuma minta mas bicara ke bapak supaya bapak yakin kalau mas serius sama Kinan.Orang jawa kalau sudah berumur 20 lebih dan punya pacar wajib ndodok lawang mas tujuannya hanya untuk memastikan kalau perempuan itu sudah ada yang punya, jadi pas tiba-tiba ada yang melamar , orang tua bisa memberi alasan yang jelas. Kalau mas begini, takut bicara sama bapak, jangan salahkan keluarga Kinan kalau bapak terima pinangan orang lain. Pantang menolak pinangan bagi orang Jawa, apalagi pinangan untuk pertama kalinya." Jelas ku.

"Jangan gitu dong dek, orangtua mas kan belum siap. Mereka juga sedang sibuk mengurusi Intan untuk masuk Universitas. Mas mohon pengertian adek kali ini saja, jangan egois, buang jauh sifat keras kepala adek. Kalau memang apa yang dibilang adek terjadi itu artinya selama ini adek nggak benar-benar tulus sayang sama mas, karena dengan mudahnya akan menerima pinangan orang lain, adat macam apa itu, Dek. Keputusan sepihak yang membuat pihak lain terluka. Pernikahan itu kita yang bakal jalani dek, bukan keluarga kita. Adek sudah dewasa bisa melihat mana yang terbaik buat adek bukan malah nurut gitu aja sama bapak. "

Aku memejamkan mata dan menutup wajahku dengan kedua tanganku. Seegois inikah mas Asmarandana, bahkan adat istiadat turun temurun disalahkan.

"Sekarang semua terserah mas, tapi selama Kinan masih punya orang tua, selama itu juga Kinan bakal nurut apa kata mereka, itu juga wujud bakti Kinan sama orang tua. Soal adat istiadat, itu turun temurun jadi mas ndak bisa seenaknya bilang begitu. Ini jawa mas, ndeso ndak kota seperti Jakarta." Ucapku tegas. Aku pun melepaskan kalung pemberian mas Asmarandana.

"Simpan ini untuk mas, saat nanti mas siap. Kembalikan ini ke Kinan, semoga saat itu tiba Kinan belum jadi milik orang. "

Aku raih tangan mas Asmarandana dan mengembalikan kalung pemberiannya.

“Dek, kenapa mesti seperti ini. Beri mas waktu dek, mas janji bakal bicara sama bapak. Tapi untuk saat ini mas belum siap." pintanya memelas, tangannya yang besar menggenggam erat tanganku.

"Maafkan Kinan mas, besok Kinan berangkat. Jaga diri mas baik-baik selama Kinan nggak disini. Jangan nakal. Kinan tunggu kabar baik dari mas. Semua tergantung sama mas mau dibawa kemana hubungan kita."

Mas asmarandana hanya mengangguk lesu.

"Sudah malam, mas sebaiknya pulang. Kinanti ndak enak sama tetangga, besok Kinan berangkat sehabis subuh."

Mas Asmarandana diam tanpa kata, entah apa yang dia pikirkan. Semoga keputusanku tidak salah untuk meninggalkan dia.

Semua kan baik baik saja. Ucapku dalam hati.

End

Ndodok lawang adalah istilah di jawa dimana keluarga dari pihak laki-laki datang ke rumah si perempuan. Ini berbeda dengan tunangan karena hanya orang tua saja yang datang untuk  sekedar memastikan bahwa si wanita belum ada yang punya (bertunangan ).




CERITA SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang