Acha berjalan cepat mengitari koridor. wajahnya terlihat risau. sejak tadi acha sudah berusaha mencari ke berbagai tempat yang lumayan sepi di sekolah.
Dari mulai UKS, taman, perpustakaan,
toilet perempuan, toilet laki-laki,semuanya sudah ia cek. Tapi sosok gadis yang ia cari sedari tadi belum juga terlihat. Di kantin,ia juga sudah bertanya pada setiap penjual,tapi hasilnya nihil.Tidak ada yang tahu keberadaan vanessa."Duh,kemana sih tu anak!." Acha berhenti sejenak. Mengatur nafasnya yang tersengal. Ia sangat kesal,usahanya berbuah sia-sia.
"Bodo amat lah! Gue balik ke kelas."
Acha menyerah untuk mencari vanessa.ia sudah lelah mengelilingi koridor sekolah yang sangat panjang dari lantai 1 sampai 3.tadi acha memberi alasan ke pak amat untuk ke toilet sebentar,padahal sebenarnya ia ingin mencari vanessa yang menghilang entah kemana sejak istirahat pertama tadi. Niat acha baik kan? Nggak dosa kan?
Acha jadi merasa ini kesalahannya.ia berpikir,vanessa jadi bad mood,gara-gara ia terus memarahi vanessa karena temannya itu menolak kak matha. Ia tahu ini urusan pribadi temannya. Tapi niatnya hanya ingin memberikan kepedulian terhadap teman yang dia sayangi.
----
Disisi lain,vanessa sedang berdiri menikmati angin sore yang sejuk di rooftoop.lagu 'spring breeze' wannaone, menemaninya bersantai sambil bersenandung. Rambut coklatnya yang melebihi pundak,ia biarkan tertiup angin. Mata coklat indahnya menatap awan-awan cantik di langit senja.
Vanessa melepas earphone tidak berkabel ditelinganya dan menghela nafas panjang.
Gadis itu memikirkan kata demi kata yang dilontarkan acha mengenai kesalahannya menolak kak matha.
acha bilang
'kak matha terlalu sempurna buat lo tolak ness!'.
'Lo ngelakuin hal yang sangat merugikan nessa!'.
'Aturan lo terima tadi!' And bla bla bla bla...
Kepala vanessa dipenuhi celotehan acha yang tak henti-hentinya berputar. Terus saja terngiang-ngiang memenuhi memori otak nessa.
"Argh! Lo harus sadar ness! Dia itu playboy! Jangan liat dari fisiknya aja!tapi hatinya juga!" Bentaknya pada diri sendiri. kedua mata coklatnya menerawang ke bawah,tepat pada lapangan futsal SMA albert einstein.disana,ada kak matha bersama teman-teman se tim nya sedang latihan futsal.
"Gue salah ngga sih nolak kak matha?" Gumam vanessa lesu.
Krukkk~ kruuukk~
Refleks, Vanessa memegang perutnya.
"Ck! Kok gue bisa lupa? Gue kan belum makan dari pagi." Nessa menghela nafas malas.
Kaki vanessa mulai melangkah gontai menuju tangga.pikirannya ingin segera menuju kantin,tapi tubuhnya tidak.wajahnya memucat,bibirnya yang selalu terlihat fresh pun ikut memutih dan kering.
Langkah demi langkah vanessa menuruni tangga, ia memikirkan apakah perbuatannya menolak kak matha tadi kelewatan? Entahlah ia sulit untuk berpikir jernih.saat ini banyak yang mengganggu pikirannya.
---
Vanessa berjalan di sepanjang koridor menuju kelasnya dengan lesu.gadis itu heran kenapa sejak tadi tidak ada suara bising murid-murid layaknya pada jam istirahat.setelah melihat sekeliling,vanessa baru menyadari bahwa ini sudah waktunya masuk kelas. Bahkan sudah sedari tadi!
"Anjir!! Pelajaran pa amat!!" Vanessa segera berlari kencang.ia sudah melupakan rasa laparnya.bahkan tentang kak matha pun ia juga sudah lupa.
"Mampus." Umpat vanessa langsung menunduk setelah mengintip melalui jendela kelas Mipa 2.gadis cantik itu memejamkan matanya erat.tangannya terkepal.dalam hati,ia menyesal berlama-lama di rooftoop tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Zone
Novela Juvenil"Gue udah kebal sama yang kayak gitu" "buat apa baper Kalo ujung-ujung nya di PHP in?" "Berharap lebih cuma buat lo sakit." "Semua yang dia katakan ke lo, itu bohong." -- Apa kamu mau jatuh dan sakit untuk kedua kalinya dengan sebab yang sama? A...