Seketika semua sirna

77 13 95
                                    


"Lihat, Kak, betapa cantiknya Kak Diandra di foto ini. Kakak beruntung mendapatkannya ...." Kiara berceloteh girang sambil mengangkat majalah di tangannya menunjukkan gambar seorang wanita cantik yang menjadi model di salah satu halaman majalah yang sedang di bacanya.

Kevin memiringkan tubuhnya, menoleh ke bangku belakang, di mana kedua orangtua dan adiknya duduk dalam perjalanan mereka menuju kawasan puncak untuk merayakan pesta ulangtahun pernikahan kedua orangtuanya.

Kevin duduk di samping Pak Rahmat, sopir keluarga mereka yang sedang konsentrasi menyetir.

Suasana jalan tidak terlalu padat seperti biasa, sehingga membuat perjalanan mereka lancar.

Kevin menaikkan sedikit ujung bibirnya sambil memperhatikan sekilas majalah yang ditunjuk Kiara.

"Kenapa tidak kau ajak Diandra sekalian bersama kita, Nak?" tanya Teddy kepada Kevin dengan sedikit terkantuk.

"Dia sibuk, Yah," jawab Kevin datar.

Miranda mencolek paha suaminya, memberi isyarat untuk tidak bertanya lagi.

Diandra seorang model yang sedang naik daun, wajahnya banyak menghiasi majalah dan iklan di televisi, bahkan dia pernah bercerita sudah berapa kali mendapatkan tawaran untuk bermain sinetron dan film, cuma masih di pikirkannya.

Bagi Kevin, apa yang membuat Diandra bahagia dia setuju. Pertunangan mereka sudah berjalan satu tahun, Kevin sudah merencanakan akan segera melamar Diandra akhir tahun ini jika semua kontrak kerja yang terlanjur disepakati Diandra selesai. Diandra pun setuju, dengan syarat Kevin tetap mengijinkannya bekerja setelah mereka menikah nanti.

Semilir udara sejuk dari AC mobil dan suara musik yang lembut membuat Kevin ikut mengantuk, Ayahnya sudah tertidur sejak tadi, sementara Ibu terkantuk-kantuk di sebelahnya. Kiara masih asyik membolak-balik majalah.

Tiba-tiba suasana berubah menjadi kepanikan, decitan rem dan hentakan keras mengagetkan mereka.

"Pak Rahmat ada apa?" teriak Teddy kalut terjaga seketika sambil memeluk istri dan putrinya di bangku belakang.

"Sepertinya rem mobil kita blong, Pak ...," teriak Pak Rahmat tak kalah panik.

Miranda dan Kiara mulai menangis. Mobil meluncur cepat tanpa bisa dikendalikan. Kevin berusaha menenangkan Ibu dan adiknya.

Ketika dari arah depan sebuah truk yang berlawanan arah bergerak menuju mobil mereka. Sebuah tabrakan keras tak bisa dielakkan. Teriakan Kiara sayup-sayup masih terngiang di telinga Kevin. Sesaat tubuh mereka terasa terbang, melayang, mobil mereka berputar kencang, menabrak sesuatu berapa kali kemudian terhempas. Begitu cepat, seketika semua gelap ....

Kevin merasakan perih yang teramat sangat, terutama di kedua matanya. Dia tak sadarkan diri.

***

"Bagaimana kondisinya, Dok?" Diandra kalut, mata gadis cantik bertubuh semampai itu tampak sembap. Sejak perjalanan ke rumah sakit ini sampai akhirnya tiba, tak henti-hentinya dia menangis.

"Ini suatu keajaiban. Dia bisa selamat dari kecelakaan itu, tapi Pak Kevin masih belum sadarkan diri, Bu. Kondisinya kritis, beliau mengalami beberapa tulang retak dan ...,"

Dokter Andrian membasahi bibirnya, menatap Diandra sendu, sedikit ragu untuk menyampaikan berita mengenai Kevin. Meski akhirnya dokter itu menyampaikan juga tentang kondisi mata Kevin yang kemungkinan tidak bisa melihat lagi.

Tubuh Diandra oleng, tatapannya nanar, dia seolah tak bertenaga. Diandra tak mendengar lagi apa yang diucapkan Dokter Andrian selanjutnya. Resti, asisten yang selalu setia bersamanya memapahnya duduk mencoba menenangkan.

MATA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang