Pada suatu malam, aku melihat Alam mengunci kamar dan mengurung dirinya sendiri. Aku mendengar Alam menangis tersedu-sedu di dalam. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Setelah Alam menangis ia hanya diam. Tidak mengeluarkan suara isak tangis lagi.
Tengah malam, Alam keluar dari kamarnya. Ia membawa senter dan pergi menuju gudang. Di gudang ia memindahkan kardus mencari sesuatu. Ia tidak menemukannya. Ia keluar dari gudang. Berjalan menuju kamar dan membuka lemari. Ia terdiam sejenak saat melihat isi lemari. Lalu ia melihatku dengan tatapan putus asa.
Ia mengambilku dari atas tumpukan sajadah. Membawaku ke tengah kamar. Membuat simpul. Mendobrak plafon dan menggantungku di kayu fondasi atap. Aku merasa heran dengan tingkah lakunya. Aku tidak pernah menyangka ia akan menggantungku seperti ini.
Saat ia berbalik badan aku dapat melihat sesuatu di menempel di punggungnya. Ternyata yang menempel di punggungnya adalah Setan yang terkutuk. Entah kenapa aku dapat melihatnya. Sebelumnya aku tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata. Tapi malam ini kepribadian Alam berubah. Ia terlihat seperti orang yang tidak mempunyai semangat untuk melanjutkan hidup.
Setan itu membisikan mantra-mantra ke telinga Alam. Setelah mendengar bisikan tersebut Alam menjadi semakin sedih. Ia mengambil sebuah kursi dekat meja komputernya. Meletakkan kursi itu tepat dibawahku. Akhirnya aku tahu apa yang akan ia lakukan dan apa yang ia cari di gudang tadi. Ia mencari tali tambang tapi ia tidak dapat menemukannya. Oleh sebab itu, ia menggunakanku sebagai pengganti tali.
Ia lalu menaiki kursi. Berdiri diatas kursi. Menggemgam kedua sisi simpul. Memasukkan kepalanya ke dalam lubang simpul. Lalu ia terdiam sejenak.
"Bapak, aku akan menyusul Bapak."
Lalu ia melompat sambil menendang kursi menjauhi tubuhnya. Tubuhnya bergelantungan di tengah kamar. Ia mencoba melepaskan ikatan dengan kedua tangannya. Tapi sudah terlambat. Tubuhnya mulai kejang karena tidak bisa bernafas. Semakin lama semakin lemas hingga tangannya menyerah. Seluruh tubuhnya menyerah untuk hidup.
Jika aku bisa memberontak aku akan melakukannya. Aku merasa bersalah karena akulah yang menahan tubuh Alam diatas lantai kamar. Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatanku. Aku mencoba berdoa kepada Tuhan.
"Ya Allah, tolonglah hambamu, mungkin ia membuat kesalahan besar hari ini tapi sesungguhnya Engkau-lah yang maha pemaaf lagi maha penyayang"
Sepertinya doaku langsung dikabulkan. Aku bisa merasakan ikatanku di kayu melonggar. Alam terjatuh ke lantai saat aku akhirnya bisa melepaskan ikatanku.