1

28 9 4
                                    

Dentuman musik mendominasi bangunan bertingkat itu.Kumpulan manusia meliuk-liukkan badannya,seakan bangunan itu menjadi surga dunia dan begitu pula dengan Zai Pradana.

Malam ini adalah malam kenaikan kelasnya,Zai sudah menebak bahwa papanya,Amran Pradana akan memarahinya karena nilai merah mendominasi raportnya.
Ah..shit!

"Woi..Zai!",Rio menepuk pundak Zai yang sedang menari dilantai dansa

"Seneng-seneng gak ngajak gua,Lu"lanjutnya

"Hm..Lo yang salah bukan gua"

"Parah lu..Udah berapa gelas yang lu teguk?Ketauan bokap baru tau rasa juga lu",Rio memperingatkan.Namun sayang,Zai nampak tak acuh dengan hal itu.

"BODOK..haha"

Zai pun melanjutkan ritualnya.Menari sambil meneguk gelas per gelas vodka.
Tenggorokan yang terbakar sudah tak ia hiraukan.

Ingatannya seolah berputar bagai kaset rusak dan Zai selalu berpikir bahwa hidupnya tidaklah adil.

Bundanya pergi 5 tahun yang lalu.Meninggalkan luka yang tak kunjung hilang.

Andai saja papanya tidak egois,mungkin Bundanya tidak akan pergi secepat ini.Dan sekarang,Pria tua itu selalu memarahinya dan sikap sok peduli papanya lah yang membuat Zai semakin membencinya.

BRAKK

Seketika musik berhenti,semua pasang mata terfokus pada pintu utama bangunan itu dan disana tampaklah pria tua yang dibahas Zai dan Rio.Pria itu menghampiri Zai dan..

PLAK

Kejadian begitu cepat dan satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi kiri seorang Zai Pradana,

"Pulang!" titahnya

♡♡♡

PLAK!

Dan untuk kedua kalinya setelah Zai pulang.Tamparan itu seakan menjadi makanan baginya dan Zai biasa saja,

Biasa saja..

"Apa yang kau inginkan,Zai?",pria itu membuka suara tapi Zai masih tak bergeming ditempatnya.

"Apa kau tak puas membuat papamu ini malu? HA!"lanjutnya dengan nada dinaikkan satu oktaf.

"Heh..Zai pikir papa sudah tidak punya malu haha"senyum sinis terbit diujung bibirnya

PLAK!

"Dasar kurang ajar!"

"Tampar Zai sepuasnya,pa.Tampar!",tukas Zai

"Jika dengan menyakiti Zai bisa membuat papa bahagia.Bila perlu lenyapkan Zai sekalian seperti apa yang sudah papa lakukan dulu" lanjutnya dengan nada sinis

Sudah cukup Zai menahan emosinya.
Sungguh baginya ini tidak adil.Zai sangat kehilangan dan menderita sedangkan papanya bahagia dengan wanita barunya.

Heh..egois

"Bukan papa alasan Bundamu meninggal" lirih pria itu

"Benarkah?cuma orang bodoh yang percaya dengan alibi papa"

"Itu sudah takdir Allah swt.,Zai"

"Bullshit!"

Pria itu pun menarik napas panjang.Menetralkan emosi dalam dadanya.

Cukup sudah Ia bersabar dengan anak yang membencinya beberapa tahun ini.Bahkan bukan karena kesalahannya. Itu kecelakaan..
Sekarang,Ia sudah memutuskan

"Kau akan pergi,Zai.Tinggallah bersama bibimu didesa dan cobalah untuk menenangkan hatimu.Papa kira kau akan perlu banyak waktu untuk itu.Kemasi barang mu karena papa sudah tak sanggup lagi tinggal dengan mu" putusnya kemudian

Zai tersenyum sinis dan hal itu sukses memperkuat dugaannya.Ity benar!,papanya memang tak pernah menginginkan Ia dan Bundanya dulu.

"Baiklah!
Dengan senang hati"

Zai pun pergi dengan amarah yang meluap,menaiki undakan tangga dengan langkah besarnya.Ia Meninggalkan pria yang dipanggilnya dengan sebutan papa,masih mematung ditempatnya.

"Semoga bibi mu dapat mengembalikan putra papa yang dulu dan semoga saja begitu" batinnya lirih

           
♡♡♡

Jangan lupa Vote dan Comment😂
Btw,ini cerita pertama saya.semoga tidak bosan dan see you🙈

Ig:@sntia2391

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang