"oh gitu ya..." ujar Rian memecahkan keheningan dimobil. Lalu ia tersenyum kecil.
Tata menaikkan kedua alisnya, "kenapa?" tanyanya.
"tadi, udah berani aja panggil aku pangeran?" kekeh Rian. Tata membuang wajahnya menatap jalanan. Rian merasa bangga membuat Tata tersipu malu. Kembali suasana menghening.
Kruyuk~
"lho, Ta? Handphone-mu bunyi tuh," goda Rian.
"terserah deh ah!" Tata merajuk sudah beberapa kali digoda oleh Rian Ardianto.
"ck. Ngemil apa ya yang enak?" decak Tata sembari melihat mesin pencarian di handphone-nya.
"ngapain buka Google coba?"
"gila urusan banget, kak."
Rian tertawa, "wah, ternyata ada yang merajuk pemirsa-pemirsa."
"ih ngeseliiiiin! Aku seriusan nih!"
"seriusin gak ya?"
"astagfirullah, Kak. Yang bener ish. Aku turun nih ah,"
"eeh jangan! Nanti kamu bisa hilang terus sakit gimana?"
"kakak kira perempuan selemah itu, huh?"
Rian mengalihkan pandangan ke arah Tata, "bukan begitu. Aku itu khawatir kamu kenapa-kenapa," kata Rian melembut dengan tatapan sayunya.
Tata tersenyum kecil mendengar perkataan manis Rian. "okay okay. Back to the topic. Enak ngemil apaan ya?"
"ngemil yang enak?" tanya Rian balik.
"iya,"
"ngemilikin kamu,"
"kak Riaaaan!"
"ya gila lo? Ngebunuh dia gak segampang lo ngomong ke gua,"
"gak usah repot-repot bunuh. Culik aja dulu dia. Atau kalo lo gak sempet nyulik, buat dia masuk rumah sakit dengan cara apapun," tiba-tiba pria ini mengeluarkan sekoper uang senilai dua puluh juta.
"bener-bener cemburu ya lo? Perasaan gua dulu lo itu benci banget sama tu cewe,"
"bacot. Kerjain tugasnya. Gua udah bayar lo full tunai," pria ini pergi keluar ruangan.
"ok siap bos!"
"wuih, pesennya banyak banget princess?"
Tata memutar bola matanya mendecik pelan. "aku yang bayar ini, kan?"
"jangan. Aku aja yang bayar. Simpan aja uang kamu buat bantu aku,"
"bantu apaan?"
"bantu aku nabung buat bangun pelaminan kita,"
Plak!
Tata menggeplak tangan Rian. "terus ya kak. Sekali lagi gitu, aku pergi." desisnya.
"hmm, dari tadi kamu ngancam aku. Tapi ancaman yg kamu buat gak dilaksanain. Bilang aja kamu gak bisa pergi dari aku,"
Sret.
Tata seketika langsung berdiri beranjak akan pergi. Rian panik melihat gerakan cepat Tata. Ternyata dia sudah dibuatnya kesal. "Ta, jangan pergi eh! Aku bercanda kok," Rian mengeluarkan peace sign dengan senyum polosnya.
"ih jadi gemes liatnya marah," batin Rian.
"Jangan pernah membuat keputusan saat marah, dan jangan pernah berjanji saat kau bahagia"
-Ali bin Abi Thalib
KAMU SEDANG MEMBACA
•SYNC• | Rian Ardianto
Fanfic[BOOK 2] "Ada yang bilang cinta itu jangan dipandang dari sebelah mata. Harus dipakai kedua mata. Tapi, gimana jika aku memandangmu sebelah mata aja? Biar aku tetap fokus memandang kamu. Karena jika aku pakai kedua mata, aku takut mata yang kedua me...