Ruangan itu terdengar sangat sunyi, membuat orang-orang yang berada di luar gelisah. Jantung mereka berdegup kencang. Apalagi ketika mendengar
suara pintu yang terbuka.
"Gimana Lav?" tanya Cheysa penasaran, yang lain hanya terdiam menunggu jawaban dari Lavia.
"Gue... Gue..." ucap Lavia sengaja menggantungkan perkataannya.
"Apa?" ujar Vano sudah tidak sabar lagi menunggu jawaban dari Lavia.
"Skripsi gue diterima!" teriak Lavia heboh. "Ya ampun! Sumpah gue nggak nyangka banget,"lanjut Lavia. Cheysa, Ezra, dan Vano akhirnya bisa bernapas lega mendengar skripsi sahabatnya diterima. Gimana gak lega, soalnya mereka membantu Lavia mengerjakan skripsinya hampir sebulan lebih, karena skripsi Lavia sebelumnya gak pernah diterima oleh dosen killernya yang masang muka gak suka sama Lavia. "Karena skripsi gue diterima, sebagai rasa terima kasih gue, kalian gue traktir buat makan-makan di cafe gue, kalian bebas deh mau makan apa aja!" ucap Lavia.
"Ntaps banget! Makan gratis, gak sia-sia deh kita semua bantuin lo," ucap Vano yang sangat semangat karena bakal makan gratis.
"Boleh tuh! Sekarang aja kesana!" usul Cheysa kepada sahabat-sahabatnya. Semuanya mengangguk setuju, kecuali Ezra.
"Lo nggak bisa Zra?" tanya Lavia.
"Bisa, tapi nanti gue nyusul, soalnya masih ada jadwal kuliah," jawab Ezra datar dan dibalas dengan anggukan yang lain.***
Ezra tampak sangat fokus. Matanya yang tajam terus menatap ke Pak Hans - dosennya- yang sedang menjelaskan, tangannya terus saja mencatat materi yang dijelaskan.
"Baiklah, kelas sudah selesai! Kalian bisa keluar sekarang dari ruangan," ucap Pak Hans. Semua orang keluar dari ruangan begitu juga Ezra. Ezra segera menyusul ke Cafe Lavian Rosy a.k.a cafenya Lavia.Sementara itu di cafe, mereka bertiga sangat sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Vano! Pelan-pelan makannya nanti keselek," kata Lavia memperingatkan Vano yang makannya kayak orang kesurupan.
"Mumpung gratis, Lav!" ucap Vano dengan mulut penuh. "Uhukk... Uhukk..." Vano pun keselek.
"Tuh kan dibilangin," ucap Lavia sambil memberikan minumnya kepada Vano yang keselek.Cheysa hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu. Tak lama kemudian, terdengar suara lonceng dari pintu cafe, pertanda pintu cafe terbuka. Tetapi tidak ada yang peduli, kecuali Cheysa.
"Hi, Zra!" Cheysa melambaikan tanganya ke arah Ezra yang baru datang.
"Hmm," balas Ezra datar. Ezrapun segera duduk di samping Vano. Vano terlihat tidak tahu bahwa Ezra sudah datang dan mengambil posisi duduk di sampingnya.
"Astaga!!! Kapan lo dateng, Zra!" Tanya Vano kaget saat menyadari kehadiran Ezra.
"Baru."
"Sapa gitu coy!! Biar nggak ngagetin,."
"Hai," sapa Ezra datar ke Vano.
"Aduhh!! Nyokap lo makan apaan, Zra! Sampe punya anak kayak lo. Kalo gue nyokap lo, pasti lo bakalan gue buang jauh-jauh atau nggak gue anggep anak"
"Untung lo bukan nyokap gue," jawab Ezra.
"Sabarkan hamba-mu ini ya Allah," ucap Vano mengelus dada.
"Sabar, Van!" Ujar Ezra membantu meyabarkan.
"Heh! Diem lo!" kata Vano kesal.
"Ok."Cheysa dan Lavia tertawa geli melihat tingkah Ezra dan Vano. Tak terasa sudah jam 9 malam, karena keasyikan ngobrol, mereka jadi lupa waktu.
" Zra, gue pulang bareng lo ya, "pinta Cheysa.
" Hmm, " Ezra menunggu Cheysa naik ke motornya. Setelah Cheysa naik, Ezra segera melajukan motornya. Vano sudah pulang duluan karena nyokapnya nelpon terus, sedangkan Lavia sudah di jemput oleh bokapnya.
" Zra, menurut lo seru gak kal-" ucap Cheysa terpotong oleh Ezra.
"Nggak," jawab Ezra cepat.
"Dih! Gue belom selesai ngomong udah nyahut aja!" protes Cheysa lalu memukul bahu Ezra.
"Yaudah, lanjutin!" Ezra hanya tertawa kecil.
"Nggak jadi"
"Yaudah"
"Dih! Ngeselin banget sih!" Ezra hanya tertawa kecil karena berhasil membuat Cheysa kesal.***
"Cheysa, bangun!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
4JSVR
AdventureTerjebak dalam suatu permainan yang membahayakan keselamatan mereka, serta perjalanan yang membuktikan seberapa kuatnya persahabatan mereka, entah ini nyata atau tidak. Disana mereka harus memilih hal yang sangat sulit dipilih. Tantangan demi tantan...