Tidak. Vodka tidak membuat Adara lebih baik. Tubuhnya langsung seperti melayang-layang dalam beberapa menit setelah ia menenggak dua gelas vodka yang diberikan Deva.
"Sudah nggak usah diminum lagi, kamu sudah mabuk, Dar," kata Deva, sambil menahan tangan Adara untuk berhenti menenggak minuman yang ia sodorkan beberapa waktu lalu.
Adara menggeleng. "Nggak! Ini enak kok!"
Dara kembali meminum. Semakin banyak ia minum, semakin pula tubuhnya melayang-layang.
"Kita pulang aja ya." Deva memapah tubuh Dara untuk berjalan.
"Aku nggak mau pulang ke rumah. Aku mau lari dari masalahku sekali aja," ucap Adara, ketika sudah ada di mobil Deva.
Deva kebingungan. Lalu ke mana ia akan mengantar wanita ini? Ke apartemennya? Sangat tidak mungkin. Bisa-bisa Putra menginterogasi dirinya malam ini.
Ah, Deva mungkin bisa menitipkan Dara sebentar ke rumah Anyelir-pacar Putra. Tidak! Itu juga ide buruk. Bisa saja Anyelir mengadu pada Putra.
Deva tahu beban pikiran Adara sudah berhasil mengambil alih seluruh perhatian wanita itu. Kantung mata yang sudah ia samarkan dengan concealer pun masih dapat terlihat. Lagipula mana mungkin Deva membawa pulang Adara ke rumahnya dalam keadaan seperti ini.
Hotel!
Ya, Deva bisa menyewakan hotel untuk Adara.
"Aku ngantuk," lenguh Adara.
Kaum adam manapun akan tertarik mendengar lenguhan Adara barusan. Sangat mengundang hasrat.
Deva memajukan tubuhnya mendekati Dara untuk memakaikan wanita itu sabuk pengaman. Harum tubuh Deva membuat Adara membuka matanya kembali setelah terpejam tadi karena menahan pusing.
"Ganteng."
"Hah?"
"Kamu ganteng." Adara terkikik malu.
Deva menelan salivanya cepat-cepat. Melihat wajah secantik Adara malam-malam begini hanya akan meningkatkan imajinasi liarnya saja.
"Bentar, Dar, aku mau pakaikan kamu seat belt," kata Deva, saat tangan Dara justru bermain-main didadanya.
Adara tidak menjawab. Tangannya berpindah ke rahang Deva, membuat imajinasi pria itu semakin liar.
Sial! Umpat Deva.
"Bibir kamu lembut," ucap Adara, setengah serak. Ia mengusap bibir Deva dengan jari telunjuknya.
Tahan, Dev! Tahan! Batin pria itu.
Deva berusaha menahan nafsunya agar tidak terjadi tindak pelecehan seksual terhadap kliennya sendiri. Dia sangat ingin menjaga nama baiknya yang sudah ia bangun sejak masih muda. Tidak lucu bukan jika karirnya harus hancur karena ia tidak bisa menahan nafsu pada wanita yang sedang ma-
Cuphh!!
Adara menarik tengkuk Deva dan menempelkan bibirnya dibibir pria itu. Semua terjadi begitu saja. Walau awalnya terkejut, tapi Deva tidak menolak. Ia justru memperdalam ciuman itu, memaksa Dara membuka mulutnya. Adara sangat menikmati, sesekali ia mendesah.
Deva menahan tengkuk Adara. Kini Deva yang memimpin. Ciuman itu jatuh ke leher dan sebelum dikuasai setan, Deva buru-buru menarik kepalanya dari sana.
"Dev ..."
"Cukup, Dar. Sekarang kita pulang, okay?"
Adara menarik tengkuk Deva lagi dan menyembunyikan wajahnya disana. Deva merasakan sesuatu yang basah didaerah lehernya. Dia mencoba melepaskan Dara agar tidak semakin brutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...