1

35 1 0
                                    

Key melangkahkan kakinya bersama Wya. Mereka tidak sengaja bertemu di perempatan jalan menuju kediaman mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Langit mendung membuat sore ini lebih gelap dari biasanya.

"Tumben Key pulang cepat." Wya menggandeng tangan Key. Key adalah sahabatnya. Orang yang paling dekat dengannya di Bunga Seroja.

Bunga Seroja adalah sebuah yayasan tempat Key dan Wya tinggal. Bunga Seroja adalah sebuah yayasan yang dengan senang hati menerima anak-anak dan wanita-wanita yang menghadapi masalah dalam hidupnya. Dan Eyang adalah sumber dari segala keberanian, kepintaran, kecerdasan serta keterampilan yang dimiliki oleh wanita-wanita tersebut.

"Iya nih. Lagi engga ada kerjaan." Key menjawab apa adanya.

"Wah tumben loh. Memangnya Media Baca lagi kehabisan penulis? Lagi kehabisan ide? Lagi engga punya buku buat di release? Kalau gitu kamu aja yang jadi penulisnya. Tulisan kamu kan bagus-bagus." Wya menyarankan dengan penuh semangat. Begitulah Wya selalu dengan mudahnya menyampaikan apa yang terlintas di pikirannya.

Key tertawa sekilas. "Memangnya nulis semudah itu?"

"Loh kenapa emangnya? Kamu kan punya koleksi-koleksi tulisanmu. Kenapa engga di coba ajukan ke Media Baca? Siapa tau bisa jadi penulis."

Key menggeleng pelan. "Kamu tahu engga sih yang biasa aku tulis itu buku harianku. Mana ada yang mau tahu dengan ceritaku."

"Ada! Aku."

Key tertawa kemudian merangkul Wya. "Malu sama umur. Masa masih aja mimpi hal-hal yang tidak mungkin."

"Yeee kamu kan belom nyoba. Siapa tau langsung banyak penerbit yang tertarik."

Key mengangkat bahunya. Langkah kakinya terhenti tidak jauh dari Bunga Seroja. Ia tersenyum sekilas. "Wi, sini!"

Key menarik Wya untuk mendekat kemudian ia berbisik. "Ada cowok ganteng di warung Umi."

"Mana? Mana?" Wya dengan semangat mencari ke tempat yang ditunjuk Key. "Wah iya, Key. Mirip artis itu loh..... yang suka main ftv. Ben..... siapa itu namanya?"

Key mengerutkan keningnya. "Ben Joshua? Iya sih mirip. Jangan-jangan memang dia?"

"Wah kalo gitu kita harus samperin, Key. Kapan lagi ketemu artis. Yuk." Wya dengan segera berjalan menuju warung Umi. Tempat dimana mereka melihat pria tampan yang sedang duduk sambil memegang handphone dan botol air mineral di tangannya.

"Umi....." Sapa Wya sambil melirik pria tersebut.

"Umi, dia ganteng juga ya..... siapa namanya, Umi?" Tanya Wya sambil tersenyum malu.

"Yeee mana Umi tahu. Tanya sendiri atuh." Umi adalah salah satu wanita yang tinggal di Bunga Seroja. Eyang mengajaknya tinggal bersama saat ia pertama kali menemukan Umi yang sedang menggendong bayinya di tepi jalan. Umi dulunya hidup di jalanan karena ditelantarkan oleh suaminya. Ia diselingkuhi oleh suaminya dan diusir dari rumah bersama dengan seorang bayi berumur 2 bulan. Nama aslinya Nana. Namun semua orang memanggilnya Umi karena sifatnya yang selalu keibuan. "Kamu naksir ya?" Ledek Umi pada Wya.

Wya tersenyum malu.

Key menghampiri Wya dan Umi. "Umi, aku mau Thai Tea 1 ya."

"Siap, Mba Key." Umi menjawab sambil tersenyum senang.

"Key, ternyata dari dekat malah lebih ganteng ya." Wya yang masih menatap pria tersebut semakin tak karuan dengan ekspresinya.

"Udah jangan dilihatin terus. Ntar orangnya kegeeran." Key mengalihkan pandangannya dan sibuk menelaah makanan yang tersedia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ken dan KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang