Judul : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Alih Bahasa : F. Wicakso
Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Cetakan : IX, September 2018
Tebal : 243 halaman
ISBN : 978-602-452-698-6
Harga : Rp67.000,00
Mungkin, sebagian orang akan merasa bingung ketika melihat judul buku ini. Pada dasarnya, kita mengetahui bahwa bersikap bodo amat merupakan suatu hal yang bertolak belakang dalam kehidupan bermasyarakat. Karena, dengan adanya sikap bodo amat akan membentuk kecenderung sifat yang apatis, masa bodoh, abai, serta tidak peduli terhadap fenomena yang ada di sekitar kita. Padahal, sudah sejak kecil kita diajari dan dituntut untuk perduli terhadap apa yang ada disekeliling kita. Oleh sebab itu, kepedulian adalah hal utama guna mewujudkan kehidupan yang nyaman. Semua orang berkewajiban untuk mempunyai kepedulian antar sesama karena manusia sebagai zoon politicon bukan makhluk individu.
Sekarang disinilah letak masalahnya: masyarakat kita saat ini, lewat keajaiban budaya konsumen dan media sosial dijadikan ajang pamer, telah melahirkan generasi manusia yang percaya bahwa memiliki pengalaman-pengalaman negatif ini-rasa cemas, takut, bersalah, dan lain-lain-sangat tidak baik.(halaman 7-8). Hal itulah yang menjadi acuan kita agar bersikap bodo amat. Inilah alasan yang akan menyelamatkan kita dalam kehidupan sehari-hari. Ya, dengan bersikap bodo amat, dengan tidak ambil pusing atas segala masalah yang membuat kita merasa buruk.
Sepertinya kita pernah memperhatikan seseorang yang dalam mengerjakan sesuatu kurang serius bahkan abai terhadap masalah yang dihadapi, justru menorehkan hasil yang memuaskan, dia dapat mengerjakannya dengan baik bukan? Mungkin kita juga pernah memperhatikan seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan fokus, malah menuai kekeliruan, hasil yang didapat buruk. Bukankah begitu? Ada hukum keterbalikan yang mengikuti fenomena ini.Menarik bukan, saat bersikap masa bodoh namun menghasilkan sesuatu yang baik? Semua hal yang bernilai positif dalam kehidupan dimenangkan lewat pengalaman yang berasosiasi negatif. Setiap usaha untuk melarikan diri dari hal negatif, justru akan menjadi bumerang pada diri kita. Dulunya, penulis sering tidak peduli dan masa bodo terhadap banyak hal, tapi penulis telah membuktikan bahwa hal-hal yang tidak dipedulikan justru menjadi pembeda dalam sendi-sendi kehidupannya.
Penulis menuturkan bahwa bersikap masa bodoh adalah memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan pun sulit dalam kehidupan, mau mengambil suatu tindakan. Sebagian dari kita, semasa hidupnya cenderung memberikan telalu banyak perhatian untuk situasi yang semestinya tidak layak diperdulikan.
Lalu, apa keterkaitan antara seni dengan bersikap bodo amat? Akankah penulis menyuruh kita untuk sepenuhnya bersikap bodo amat? Justru karena penulis peduli dengan kita akhirnya penulis membuat buku self improvement dengan pendekatan yang baik agar kita mampu memahaminya. Isi buku ini dikemas secara apik sehingga kita dapat dengan mudah untuk mengambil ibroh dari apa yang telah ditulis oleh penulis. Ada tiga macam seni dalam bersikap bodo amat.
Seni pertama, masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Sejatinya tidak ada yang namanya masa bodoh, kita pasti memperdulikan sesuatu. Hadapi dan nikmati segala proses untuk mengejar apa yang diimpikan, pasti ada rintangan yang muncul dan enggan menyisih.Seni kedua, untuk bisa mengatakan bodo amat pada kesukaran temukan hal-hal penting yang butuh diprioritaskan agar mudah untuk mengatakan masa bodo pada hal remeh. Adapun seni ketiga adalah mempertegas seni sebelumnya, ketika beranjak dewasa kita mulai memilih mana yang lebih penting, walaupun hal tersebut tampak sederhana namun kita bisa bahagia karena kesederhanaan itu.
Buku ini cocok digunakan bagi yang sedang mencari makna hidup karena bisa menyadarkan kita terhadap suatu hal yang seharusnya bukan masalah besar namun selalu kita besar-besarkan. Menghadirkan cerita asli kehidupan penulis, mengajak kita untuk berpikir positif dan bukan merupakan self improvement yang antimainstream. Namun, terlepas dari segala kebaikan buku tersebut, buku ini sedikit kurang konsisten karena pada bab awal penulis memaparkan bahwa segala hal negatif akan memberi langkah yang baik kedepannya. Tetapi, di akhir bab penulis lebih cenderung terlihat seperti motivator yang memberikan kiat-kiat hidup sukses, bahagia, dsb.
KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah resensi buku self improvement
Randombagaimana kita bersikap seharusnya? haruskah kita selalu menunjukkan kepedulian terhadap segala sesuatu? sebuah seni untuk bersikap bodo amat hadir ditengah-tengah kita untuk menyadarkan bahwa segala sesuatu tidak harus dilakukan dengan kepedulian...