I. The Beginning

30 2 0
                                    

Sligo, July 1998

Kian mengayuh sepedanya dengan santai. Semilir angin meniup poni pemuda itu hingga keningnya terlihat. Tumpukan koran yang belum diantarkan ke pemiliknya terikat dengan kuat di kursi belakang sepeda Kian. Pagi ini, seperti biasa Kian menjalankan tugasnya sebagai pengantar koran. Ini adalah pekerjaan sampingannya sebelum dia masuk kuliah.

Hari ini, Kian menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Masih dengan sepeda kesayanganya, Kian melewati kawasan pertokoan. Dia berhenti di depan sebuah toko kecil disudut jalan. Setelah memarkirkan sepedanya, Kian masuk kedalam toko yang  menjual barang antik itu.

“Hai…” sapa seorang pemuda berambut pirang.

“Hai, Bri…” Kian membalas panggilan Brian. Bryan adalah teman baru Kian. Dia baru pindah ke Sligo beberapa bulan yang lalu. Dan dia bekerja sambilan menjaga toko barang antik.

“Jam kerjaku belum selesai, Ki. Aku masih harus membersihkan debu – debu ini dulu.” Jelas Brian sambil membersihkan bagian atas lemari etalase dengan kemoceng. Dengan tubuhnya yang tinggi, Brian dapat melakukan itu tanpa bantuan tangga.

Kian berkeliling melihat isi toko itu. Dia berjalan memasuki toko seakan ada suatu getaran magis yng menariknya. Langkah Kian terhenti di depan sebuah lemari kaca yang menyimpan jam kuno. Dia langsung tertarik dengan sebuah jam saku kuno yang masih berfugsi dengan baik.

“Berapa harga jam ini??” tanya Kian.

“Hm… bos-ku bilang, jam itu tidak dijual.” Jawab Brian. “Tapi, kalau kamu tertarik aku akan menanyakannya nanti.”

“Thank’s, mate!”

***

The day after…

Matahari senja menerangi tubuh Kian. Dia sedang menunggu Brian di taman. Tadi siang, temannya itu bilang dia punya berita untuk Kian. Beberapa menit menunggu, Kian masih belum melihat Brian. Dari kejauhan, sesosok pemuda berbadan besar berlari mendekati Kian. Itu adalah Brian.

“Hi, Bri.” Sapa Kian begitu Brian sampai. “berita apa yang akan kau sampaikan??”

“aku punya berita buruk dan baik untukmu.” Jawab Brian sambil sesekali mengatur nafasnya.

“Oke, aku mau berita buruknya dulu.”

“Jam saku di  toko—ku, maksudku toko bos-ku, tidak akan pernah di jual.”

“Yah…” Kian langsung kecewa mendengar kata-kata Brian. “Lalu, apa kabar baiknya??”

“Bos-ku memberikan ini secara gratis padamu!!” teriak Brian sambil mengguncang-guncangkan tubuh Kian.

“Apa?? Bagaimana itu bisa terjadi?”

“Well, dia tahu aku baru di Sligo dan hanya kau temanku jadi dia memberikannya padamu sebagai tanda terimakasih telah menjai teman .” Jawab Brian sambil mengeluarkan jam saku dari dalam kantung celana jeans butut miliknya dan meberikannya pada Kian. “

“Hei, masa dia sebaik itu??” Tanya Kian curiga. “kamu tidak mencurinya kan??”

“Untuk apa aku mempertaruhkan reputasiku?? Baiklah, kalau kamu tidak menginginkannya aku akan mengambilnya lagi…” Brian mencoba merebut jam yang ada di  tangan Kian.

“Eh, jangan… jangan…! Kamu sudah memberikan ini padaku, mana bisa kamu mengambilnya lagi?!” kata Kian sambil mengamankan ham saku yang ini sudah menjadi miliknya.

“Hahaha… tenang, Ki. Aku hanya bercanda.” Kata Brian sambil tertawa. “ada satu halyang perlu kau tahu tentang jam itu.”

“Apa??” Tanya Kian penasaran.

“Kata bos-ku, jam itu bisa membawamu kembali ke masa lalu.”

“Hahahaha… apa kau beercanda??” Kian tertawa tebahak-bahak mendengar penjelasan dari Brian.

“Benar, kata dia, kau hanya perlu mengangkat jam itu dan bilang ‘The Time Controller Power’ lalu kau akan berada di masa lalu…”

“Memangnya aku anak kecil yang bisa percaya dengan hal semacam itu??” ujar Kian tak percaya.

“Kenapa tidak kau coba saja sekarang??” tantang Brian.

“Apa?? Aku harus melakukan hal memalukan itu didepan umum??” Brian menjawab pertanyaan Kian dengan anggukan.

Kian melihat keadaan disekitarnya. Taman adalah tempat yang paling ramai di sore hari. Khususnya di musim panas seperti sekarang. Akan sangat memalukan bila Kian melakuka hal yang diperintahkan oleh Brian di saat seperti sekarang.

“Ayo lah, Ki. Kalo tidak terjadi apa-apa, aku akan membelikan-mu makanan selama sebulan penuh.”

“Baiklah, aku pegang janjimu.” Kata Kian samba menggenggam jam saku miliknya. “kalau ini tak berhasil, kau harus membayar semuanya.”

“Jangan banyak bicara. Cepat lakukan.”

Sesaat dia ragu dengan apa yang akan dia lakukan. Kian menarik nafas panjang. “baiklah…” Kian mengangkat jam yang ada digenggamannya itu tinggi-tinggi. ‘The Time Controller Power…??’”

Kian menunggu beberapa saat. Tidak ada yang terjadi. Semenit. Dua menit. Bahkan lima menit berikutnya tidak ada yang terjadi.

“Sudah kubilang, tidak ada yang terjadi.” Kian kesal karena sudah masuk ke ‘perangkap’ Brian.

“Hm… mungkin kamu harus berteriak. Tadi kau kurang meyakinkan.”

“Maksudmu aku harus berteriak??” Kian lalu mengambil nafas panjang. “‘THE TIME CONTROLLER POWER’”

Blast…

Sebuah cahaya putih mengantikan keberadaan Kian yang kini menghilang…

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Magical Watch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang