Cought Up
Aku berada di jalan tanpa cahaya,
Aku dan raguku terpaksa mengikuti alur
Dan membuat aku mengorbankan perasaanku hancur,
Memaksaku tersenyum meski pada nyatanya hati aku menangis meraung,
Memerintahku bahagia meski aku terpuruk dalam kesedihan,
Memintaku hidup meski ragaku telah mati...
Harapan adalah sesuatu keinginan yang akan menjadi nyata. Bagaimana jika harapan itu malah membuat kecewa dan berakhir menyakiti diri sendiri? Haruskah melanjutkan harapan itu atau malah mengakhirinya? Begitulah perasaan Yooa saat ini. Dia kecewa dengan harapannya yang tidak nyata, jika boleh dikatakan, harapan itu jauh dari kata tersebut.
Yooa hanya menunduk, menggenggam air mineral yang diberikan Wonwoo beberapa saat yang lalu, kedua jempol tangannya saling bersentuhan mengelus air mineral itu.
"Wonwoo-yah!" panggil Yooa pelan saat Wonwoo kembali duduk di sampingnya.
Wonwoo menoleh kea rah Yooa yang masih tetap dalam posisi menunduk. Dia menunggu lanjutan dari kata yang akan disampaikan Yooa.
"Bagaimana jika sakitku bukan karena Jieun tidak memberitahuku masalah hubungan kalian?" setelah ia melontarkan pertanyaan yang sangat ia lakukan dulu, hatinya tiba-tiba semakin nyeri, ia takut jika jawaban Wonwoo malah membuat mereka semakin menjauh.
Sedangkan Wonwoo mengertnyit tidak mengerti dengan pertanyaan Yooa, ia mencoba mencerna pertanyaan Yooa yang sedikit ambigu menurutnya. Ia menatap Yooa.
"Apa maksudmu?" Tanya Wonwoo. Namun belum sempat Yooa menjelaskan pertanyaan itu, nama Wonwoo terpanggil keras sehingga membuat ia kembali mengatupkan mulutnya.
Wonwoo berdiri menyambut Jieun yang mengernyit bingung dengan apa yang terjadi pada Yooa, selama ia berteman dengan Yooa ini adalah hal baru bagi Jieun, melihat Yooa kehilangan tawa dan semangatnya, Yooa terlihat lemah dan terpuruk seperti ini.
"Bawalah Yooa ke apartementmu, kau bisa menyanyakan padanya saat dia lebih tenang, aku kerja dulu" ucap Wonwoo lalu mengelus puncak rambut Jieun.
Jieun mengangguk dan mengatakan hati-hati pada Wonwoo.
Kini hanya tinggal mereka berdua, Jieun duduk di samping Yooa, mengelus pundak Yooa dan memberikan rangkulan hangatnya kepada Yooa, mendapati itu Yooa semakin merasa bersalah karena malah tidak tahu diri menyimpan rasa pada lelaki itu.
Yooa meneteskan air matanya, ia menangis dalam diam, namun Jieun menyadarinya dan membawa Yooa dalam dekapannya. Membiarkan Yooa menangis dan menumpahkan sesak yang ia rasakan.
Yooa duduk di sofa apartement Jieun. Sesuai perintah Wonwoo, Jieun membawa Yooa pulang ke apartementnya, ia pun menahan dirinya untuk tidak bertanya apa yang terjadi padanya, meski sesungguhnya ia sangat penasaran apa yang terjadi padanya.
Jieun duduk di samping Yooa, menunggu Yooa bersuara dan bersedia bercerita padanya.
"Jieun-ah" Yooa mendongakkan kepalanya, menatap Jieun yang saat ini juga menatapnya. "maafkan aku" ucapnya tulus.
Jieun tersenyum dan menggeleng ramah, "tidak, kau tidak salah apa-apa Yooa-yah" ucap Jieun menenangkan Yooa.
Yooa menelan salivanya, perempuan di depannya begitu baik dan sangat tulus berteman dengannya, "aku salah Jieun-ah," ujar Yooa tulus.
"Aku yang salah Yooa-yah, seharusnya aku mengatakannya padamu sejak aku baru jadian dengan Wonwoo, aku merasa aku teman yang buruk untukmu" Jieun dengan semua perkataan tulusnya.
Bukan itu Jieun-ah, maafkan aku karena aku menyukai lelakimu. Yooa menggeleng tidak dapat mensuarakan apa yang dikatakan hatinya, sungguh semuanya tercekat dan dia memilih Jieun salah faham akan permintaan maafnya. Dia tidak ingin pertemanan mereka berakhir.
"Yooa-yah, emm kau taka pa kan?" tanya Jieun masih mencemaskannya. Yooa mengangguk mantap dan tersenyum.
Jieun mengambil pamflet yang ia selipkan di dalam majalah, ia meberikan kepada Yooa. "ige mwoya?" tanya Yooa mengambil pamphlet itu. (apa ini?)
"Lomba dut song" jawab Jieun cepat, Yooa menoleh kepada Jieun. "Untuk?" tanyanya kemudian.
"Aku ingin mengikuti lomba itu bersama Wonwoo, kau mau membantu memainkan piona untuk kami saat latihan?" tanya Jieun dengan senyumnya yang merekah.
Yooa tersenyum perih, ia menertawakan kebodohannya lagi. Namun karena Yooa tulus meminta maaf dan bersalah pada Jieun, Yooa pun mengangguk mengiyakan. Mendapati itu Jieun langsung memeluk Yooa erat, mengucapkan kata terimakasih terus menerus.
Sedangkan Yooa,hatinya mengatakan untuk tidak menyakiti sahabatnya, dan mengalah akanperasaanya. Meski sesungguhnya masih menangis dan terluka parah. Namun, iatidak ingin egois, biarkan saja ia bersama luka-lukanya yang suatu saat nantiitu akan berakhir. Yooa menyerahkan semuanya kepada sang waktu, biarkan waktuyang menjawab semuanya.
---
Gimana updatean di atas?
dan gimana teaser pertamanya?
teaser pertama lhoo, ada kemungkinan nanti ada teaser selanjutnya, tapi kemungkinan juga tidak hahaha...
udah pada nge follow akun kami di ig?
Yang udah makasih dan yang belum yuk di follow langsung!
Follback comment yaa..
Jangan lupa vote + commentnya yaa...
Untuk menghargai perjuangan kami...
Ngga nuntut sih, cuma yaa gimana yaa kesannya wkwk..
Terimakasih atas pengertiannya.
SELAMAT MENIKMATII
By: Moonbiieng
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Angel
FanficMalam mendengar kisahku, Malam melihat airmataku, Rasa sakit untuk kesekian kalinya, melihatnya dengan hangat berbincang dan tersenyum lembut pada seseorang selain aku. Aku ingin sekali membawa kakiku menjauh dari tawa hangat mereka, Sehingga mat...