Chapter 25

262 59 2
                                    

Kamu terlalu abu abu dimataku.Terkadang terlihat sangat meyakinkan,kadang terlihat sangat meragukan

ShelaRen

Baru saja Rendi melangkah masuk ke dalam rumah. Papanya menyuruhnya untuk diam dan mengintrogasi putranya.

"Abis dari mana kamu?" Tanya Ferdi.

"Gak kemana mana kok pa," Jawab Rendi dengan tampang wajah malas.

"Jangan bohong kamu, Tadi papa di panggil sama kepala sekolah kamu dan katanya kamu itu bolos lagi," Ucap Ferdi dengan emosi yang sudah meluap luap. "Dan kamu juga cuman bisa malu-maluin papa," Sambungnya.

"Iya Rendi memang bolos pa," Jawabnya dengan enteng tanpa merasa bersalah dan menjeda ucapannya sebelum melanjutkan kalimatnya, "Tapi Rendi bolos karena Rendi males belajar, percuma aja Rendi kesekolah kalau Rendi tidak bisa fokus, Tubuh Rendi memang ada di sana tapi pikiran Rendi tidak," ucapnya dengan menatap Papanya.

"Beraninya kamu jawab pertanyaan papa dengan suara seperti itu," Ucap Ferdi dengan tangan yang sudah terangkat dan ingin di lambungkan ke pipi anaknya tapi niatnya Ia urungkan karena masih memiliki perasaan.

"Kenapa pa, tampar aja toh juga aku udah biasa," Jawab Rendi sambil meraih tangan papanya untuk melanjutkan aksi Ferdi tapi Ferdi menahannya.

"Kenapa pa? Tampar aja," Titah Rendi.

Ferdi menurunkan tangannya lalu pergi meninggalkan Rendi. Hal itulah yang sering dilakukan Ferdi pada Rendi, Setiap hari terjadi perdebatan antara papa dan anak. Mereka berdua memang tidak perna akur. Penyebab dari semua ini adalah sifat Egois yang ada pada diri Ferdi. Ferdi menginginkan Rendi seperti kemauannya, Ia ingin mengatur Rendi seseuai dengan peraturannya namun Rendi tidak setuju.

Akan ada saatnya dimana manusia bosan untuk mendengarkan, Sesekali mereka juga ingin di dengarkan.

Rendi hanya bisa mengacak acak rambutnya denga  frustasi, Entah mengapa hari ini Ia tidak bisa santai menghadapi masalahnya kali ini. Biasanya Ia masa bodoh saat menghadapi masalah. Biasanya ucapan dari orang yang kita sayang itu bisa mempengaruhi kita. Rendi pun menaiki tangga untuk menghantarkan kekamarnya. Rendi merebahkan tubuhnya dikasur dengan mata terpejam. Belum lama Rendi memejamkan matanya, ada orang yang mengetuk pintu kamarnya. Otomatis Rendi membuka kembali matanya dan beranjak untuk membuka pintu tersebut.

"Ada apa?" Tanya Rendi dengan tatapan datar

"Kamu pasti belum makan kan? Ayo makan dulu, mama udah siapin ko," Ucap Melly dengan suara lembutnya namun perlakuan manis Melly tak berhasil meluluhkan Rendi.

"Sejak kapan Mama peduli sama aku," Tanya Rendi dengan ekpresi datar dan nada suara yang dingin

"Kamu ngomong apa sih," Kata Melly yang tak mengerti ucapan anaknya barusan.

"Mama gak usah pura-pura gak ngerti, dari kecil aku cuman di urusin sama Bibi sedangkan Mama dan Papa sibuk dengan kerjaan sendiri," Cibir Rendi. "Dan jangan perna salahin aku kalau aku tumbuh menjadi anak seperti ini, salahin Diri Mama dan Papa sendiri," Sambung Rendi kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras.

Melly sontak saja kaget dengan perlakuan Rendi barusan. Memang benar sih kedua orang tua Rendi itu sibuknya minta ampun, Mereka berdua tidak mempunyai waktu untuk merawat dan menyayangi anaknya. Hingga mereka berdua menyuruh Bi Ijah untuk merawat putranya sampai sekarang. Melly sadar bahwa Setiap anak itu membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, mereka tidak butuh apa apa selain itu.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang