Veritas, Ucul

558 40 7
                                    


"Ntar bintangnya aku yang pasang yah.." Ucap seorang gadis berambut pendek sambil menunjuk hiasan bintang. Ia membongkar kotak merah besar yang sedari tadi duduk manis dipangkuannya. Berantakan. Mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi ruang tamu mereka.

"Sayang, bisa bantu aku angkat pohon natal ini?" ucap gadis lain sambil tergopoh-gopoh mengangkat pohon natal yang lebih tinggi darinya. Gadis yang satunya langsung sigap membantu. Pohon natal ukuran besar, mungkin cukup berat bila diangkat seorang gadis.

"Gede banget yah.." Ucap gadis itu sambil mengangkat tangannya.

"Yah gede lah, kalau kecil namanya bonsai" Balas gadis yang baru saja menyempurnakan posisi berdirinya pohon itu.

"Idiih toge aja sekalian, cul!"

Gadis yang dipangggil 'cul' tadi tertawa. Tawanya manis. Pipinya jadi semakin berisi jika tertawa.

"Ayo kita hias, ketawa-ketawa mulu" tambahnya.

"Habis kamu lucu sih, masa iya toge di hias yang" senyum nya.

Gadis yang dipanggil 'sayang' tadi menoleh. Lalu berjalan perlahan sambil mengangkat tangannya. Membuat posisi ingin mencengkram seperti belalang.

Lalu spontan dia melompat memeluk gadis berpipi chubby tadi.

"Gak usah senyum-senyum, ketawa-ketawa, gemes aku tu!!" Ucapnya sambil mencubit pipi yang bervolume tadi. Siapa yang tidak suka mencubit pipi kenyal orang lain? Begitu pun dia. Veritas amare. Nama yang sulit untuk di sebutkan. Artinya kebenaran dan cinta. Entah apa yang dipikirkan orang tua nya kala itu. Yang jelas, Ve tumbuh menjadi gadis yang......

kurang lebih mencerminkan namanya? Mungkin.

"Jwaangan dcwubwiit" balasnya kewalahan.

Ve tertawa. Dia memeluk kekasihnya lembut.

"Pipi aku sakit.. sembuhin!"

"Halah, modus mau di cium"

"Umaaaah" katanya manyun. Tingkahnya menambah level ke lucuannya. Itu kenapa dia dipanggil ucul.

"Gak usah sok lucu, sini hayuk bantuin hiasin. Lebay deh ucul" Balas Ve sambil tertawa. Ucul cemberut. Tapi dia tetap membantu menghias pohon natal yang besar nya lebih gede dari badannya.

Lantunan lagu berbunyi.

Menambah keseruan kedua pasangan ini saat menghias pohon natal. Mungkin kalian berharap lagu yang diputar bernuansa natal, penuh dengan paduan suara, bel lonceng atau apalah itu ciri khas natal sendiri. Tapi sayangnya tidak. Mereka malah memutar lagu Blackpink duddududdu. Mereka memang Kedua Blink yang bahagia di malam natal kali ini.

Mereka tertawa sambil menghias pohon natal tadi. Kadang mereka juga menari atau bahkan menari. Yang paling lucu ketika lantunan lagu Jennie-solo diganti liriknya saat nada reff.

"Fix, aku JOM-BLO~ Ku Jomblo lolololo~~"

Teriak mereka bersama saat lagu berputar.

Tawa mereka pecah saat Ve menirukan gaya tarian Jennie dengan satu jari. Rasanya gerakan aslinya tidak seperti itu. Mungkin dia penari yang kurang baik.

30 Menit kemudian pohon natal sudah jadi tempat yang bagus untuk berfoto. Lumayan buat di posting on Instagram.

Ah,

Mereka lupa.

"Bintangnya gimana pasangnya?" Tanya Ve sambil duduk kelelahan di atas sofa. Aku yakin dia capek bukan karena menghias. Tapi karena menari tidak karuan.

"Aku bisa mengangkat mu di pundak ku."

"Yakin?"

"Dalam mimpi mungkin." Tawa nya pecah. Sementara Ve cemberut.

"Aku gak seberat kamu!"

"Kamu juga gak selucu aku"

"WEEEEK!"

"WEEEEK!"

Dua gadis tadi saling menjulurkan lidah. Mengejek. Tapi tidak ada yang memasukannya kedalam hati.

"sini duduk.." Ucap Ve.

Gadis itu menurut.

"Ini malam natal pertama yang menyenangkan dalam hidupku." Kata Ve pelan

"Yah jelas dong, karena ada aku kan?" balasnya sambil tersenyum. Ve mencubit hidungnya pelan. Lalu tertawa.

"Thank's to you.." gumam Ve.

"Thank's to us." Balasnya.

Ve menyandarkan kepalanya di bahu gadis disampingnya. Menghirup pelan aroma tubuh dari kekasih yang amat sangat dicintainya.

"Mungkin, kamu jawaban dari doa natal ku tahun lalu.."

"Terimakasih sudah berdoa untuk hadir ku.." Balasnya lembut sambil mengecup pucuk kepala gadis itu.

Sejenak mereka memandang pohon natal hasil karya mereka. Melihat hiasan sinterclauss yang berjejer rapi melingkar. Ada rusa yang tidak bisa di bedakan mana jantan mana betina. Ada bola boia kaca yang memancarkan warna indah saat terkena cahaya. Tapi kurang cantik tanpa bintang diujungnya. Bintang itu masih setia di genggam di jari jemari Ve.

"Jadi, apa kita harus memasang bintang itu sekarang?"

"Gak, Tahun depan." Jawab Ve.

Gadis itu lagi tertawa.

"Sini aku gendong, kamu gak berat kok sayang.."

"Gak mau. Aku udah posisi wenak di peluk kamu. Bintangnya pasang tahun depan aja."

"Ih, tahun depan kelamaan.."

"Aku mau pasang bintang ini tahun depan." Ucap Ve kekeh.

"Sure?"

"Sama kamu." Timpalnya.

Gadis berpipi chubby itu terdiam. Itu tandanya, tahun ini pun, Ve berdoa untuk hadirnya. Ve berdoa agar hari ini bisa terjadi lagi di tahun depan. Berdua.

"Promise me?" Ucap Ve sambil menatap gadis yang memeluknya. Ia menjulurkan kelingkingnya di depan gadis itu.

Ia tersenyum.

"promise."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

KLIK

Baru saja gadis itu mematikan komputernya. Ia lalu meraih segelas kopi panas lalu menyenderkan tubuhnya di sofa yang didudukinya sekarang. Ia baru saja menyelesaikan naskah novel pertaman nya. Ditutup dengan janji dimalam natal anatar kedua gadis yang saling jatuh hati.

Tepat seperti malam ini.

Tepat seperti sofa ini.

Tepat seperti pohon natal yang berdiri tegak di depannya.

Masih tanpa bintang yang dulu sempat dijanjikan dipasang bersama.

Ia lalu menyesap kopinya pelan.

Memandang pohon natal yang sama dengan yang ditulisnya. Duduk masih dengan perasaan yang sama dengan yang ditulisnya.

Nyatanya bintang itu tidak sempat dipajang.

Masih hanya dalam genggaman.

Menulis fakta ini membuat air matanya kembali jatuh melewati pipi chubby itu.

"Fix, aku jomblo..."nyanyi gadis yang dulu di panggil 'cul' dalam tangisnya.

END.

Girls At The Rainbow City (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang