Saat

112 12 10
                                    


Author POV

****

Suatu pagi yang cerah, terlihat seorang wanita yang tengah berlari kecil keluar dari dalam rumahnya dengan satu lembar roti yang di genggamnya.

"Salsa pergi ya!!" Teriaknya tanpa menoleh.

Perempuan bernama salsa itu terus berlari kecil. hari ini hari pertamanya masuk SMA, ia tak ingin terlihat buruk di mata para senior. Apalagi ia pernah bermimpi ingin mendapatkan seorang kekasih yang menjabat menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Mimpi perawan SMA.

Ia berhenti di halte depan kompleks nya. Menunggu beberapa menit kemudian datanglah angkutan umum yang penuh.

'yah penuh, naik atau menunggu lagi yah?' pikirnya.

Melihat wajah bingung salsa yang menggemaskan, seorang pria turun dari dalam angkutan umum itu. Pria berseragam putih abu abu rapi itu tersenyum kepadanya.

"Kamu naik saja, biar saya naik angkutan lain" ujarnya lembut.

Salsa tersentak kecil."ah, apakah tidak menyusahkan?"

Pria itu menggeleng kecil kemudian membantu salsa untuk masuk ke dalam. Di genggam tangannya supaya salsa tidak jatuh di saat angkutan itu penuh dan sempit.

"Terima kas--" belum sempat salsa melanjutkan ujaran terimakasihnya, mobil itu sudah jalan dan meninggalkan pria itu sendirian.

'aneh, di zaman sekarang masih ada saja pria tampan yang baik seperti dia.' batinnya.

Dia melihat jam tangannya. Masih tiga puluh menit lagi bel masuk bunyi dan sekarang ia telah sampai di sekolah. Ada rasa lega sekaligus bosan, bagaimana tidak?ini hari pertamanya sekolah dan semasa waktu ospek dia di sibukkan dengan berbagai macam kegiatan membuatnya lupa untuk mencari teman. Dia sendirian.

Salsa mengedarkan pandangannya.
sekolah masih tampak sepi, hanya ada beberapa petugas kebersihan yang lewat. Dia sudah melihat Mading, mencari namanya akan di letakan di kelas berapa. X IPA 2 menjadi kelas yang akan di tempatkan ya nanti selama satu tahun.

Dia berfikir sejenak,'kekantin mungkin lebih baik'

Salsa mulai mengayunkan kakinya santai. Suasana sepi tak membuatnya canggung sedikitpun justru jika sudah banyak orang ia akan terlihat seperti patung, diam dan tak banyak bicara.

Sesampainya di kantin salsa memilih bangku di ujung kantin. Dia mengangkat tangannya dan menghadap ke arah kedai minuman.

"Mas, saya pesan teh pocinya satu ya!"teriaknya.

Dia mengetuk ngetuk meja dengan jarinya, memagut magutkan kepala layaknya seseorang yang sedang mendengarkan lagu. Bukan, bukan mendengarkan. Dia sedang bernyanyi.

"I believe, my heart--"

"I will leave" potong seseorang dari belakang.

Matanya seketika terbelalak akibat seorang pria tinggi berseragam serupa dengannya tengah berdiri tegap di belakangnya. Senyum ramah itu lagi lagi membuat salsa terpesona.

"Kamu.."gumam salsa.

Pria itu mengangguk lalu tersenyum."boleh aku duduk di sini?"

Tanpa sadar salsa mengangguk cepat dan sedikit menggeser tubuhnya memberi ruang untuk pria itu duduk.

"Kamu anak kelas sepuluh?" Tanya pria itu.

Repeatedly?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang