Penderitaan kami nggak selesai sampai di situ saja, sampai malam tiba Pak Tae belum juga menampakkan batang hidungnya yang besar itu.
Ketimbang menyelesaikan tugas yang diberikannya, aku dan BN lebih memilih memasukan semua bahan ke dalam lemari karena hanya dengan melihatnya saja itu sudah cukup membuat kepala pusing 7 keliling.
Lagi-lagi demi ngeganjal perut yang lapar kami harus makan sealakadarnya saja. Bas merebus lagi spaghety yang hanya dikasih bumbu garam saja dan kami menkonsumsi makanan yang kadar enaknya jauh dari kata lezat ini dengan terpaksa sampai-sampai menelannya saja harus dengan bantuan air mata saking mualnya ini perut.
Setahuku teman satu orang yang paling manja satu sekolahanku adalah BN, tapi kenapa sekarang dia terlihat lebih tegar ketimbang aku. BN bisa dengan cepat menghabiskan makanan di piringnya sedangkan baru bisa menyantap 1/4 saja itu pun hampir kemuntahkan kembali.
"Lo makan ginian aja lelet banget," komentarnya. BN sudah selesai mencuci piring bekas makannya. "Enak ya? Saking enaknya lo makan sambil menghayati kelezatan spaghety-nya."
"Rusuh aja lo Ngek, gue gi males nghibur lo." Balasku. Kalau aku lanjut makan yang ada makanan yang sudah masuk ke perut dengan susah payah akan keluar lagi, maka aku tumpahkan saja 3/4 sisa spaghety dipiringku.
"Idih Kim, itu..." BN melotot sambil menunjuk tong sampah, "itu gue buatnya dengan susah payah, lo main buang gitu aja. Gak ngehargain jerih payah orang lo."
BN maju, lalu noyor kepalaku seenak jidatnya saja.
"Weii..." aku membalas toyorannya dengan muka piring yang masih kotor tepat ke wajah imutnya... eit, maksudku muka bakpawnya.
"Durhaka lo cungkring," jerit BN, dia merebut piring dari tanganku yang masih neplok di mukanya.
"Udah gue masakin lo masih ngelunjak juga, bukannya terimakasih kek ke gweee." Di melepar piring ke tempat cucian. Untung nggak pecah, kemudian ngacir ke kamar mandi, mungkin dia mau mencuci wajahnya.
"Taur rasa nanti," aku masih sempat mendengar dia mendumel, sebelum menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Aku cepat masuk kamar tidur dan mengunci pintu dari dalam, biar dia nggak bisa balas dendam.
Sebentar lagi dia pasti akan menggedor-gedor pintunya dan nggak akan aku bukain. Biarkan saja dia tidur di luar.
Pegangan pintu terlihat berputar ke arah bawah.
"Wey Kim, ngapain lo kunci pintunya. Dasar pengecut lo." Teriak BN disusul dengan suara daun pintu yang diketuk dengan keras dan lama-lama, karena belum aku buka juga berangsur jadi gedoran.
Sekitar 2 menitan BN terus memukul-mukul daun pintu nggak ketinggalan pula umpatan sumpah serapahnya dia ramalkan sampai bulu ketek aku pun dia sumpahin jadi rambut jagung 😂😂😂
Aku terus mendiamkannya hingga dia cape sendiri dan berhenti mengoceh. Tapi.... bentar...!
"Bas ada apa?"
Itu suara Pak Tae. Bahaya BN pasti ngadu dan bisa-bisa hukumanku akan bertambah berat, terus si Ngek terbebas dari hukuman karena saat ini dia seolah-olah ada dipihak yang teraniaya.
"Ah, gak ada apa-apa kok Pak. Ini kita lagi main petak umpet doang. Itu bapak bawa apaan ya?" Hmmm aku yakin ketika bertanya lehernya memanjang karena melongok barang yang dibawa Pak Tae.
"Ini saya bawain pizza buat kamu dan Kim, sekalian sambil mau mengecek hasil kerjaan kalian." Tuh kan apa lagi kalau Pak Tae bawain kita makanan enak, dia pasti ngembat duluan.
Tapi yang lebih penting.....
Obrolan BN dan Pak Tae di luar pintu seakan mengingatkan perbuatan aku dan BN hari ini. Celaka, semua bahan kerajinannya kan malah kami masukan ke dalam lemari.
Aku segera beranjak dari ranjang, berhambur ke arah pintu, membukanya dengan tergesa-gesa.
"Ah, Kim." Pak Tae Menoleh dan hal pertama yang aku perhatikan adalah kantong makanan di tangannya.
"Kamu belum makan?" Tanyanya seakan paham dengan gesturku.
Aku mengangguk.
"Ada banyak bahan makanan di dapur, kalian tidak memasaknya?"
"Aku gak bisa masak Pak," BN dan aku serempak menjawab.
"Sudah saya duga." Decaknya seraya menaruh barang yang dibawanya di atas meja.
"Mulai besok saya akan membimbing kalian. Saya tahu, kalian anak-anak manja yang pandainya hanya usil dan melakukan hal-hal yang kurang terpuji. Tanpa orang lain di samping kalian, kalian bukanlah apa-apa." Lontarnya dengan tangan sibuk membuka karton PIZZA HUT-nya
===>LANJUT....
KAMU SEDANG MEMBACA
AN INVISIBLE BOND (boy X boy)
Non-FictionMengusung cerita remaja dengan segala kenakalannya, serta awal perjalan cintanya di SMA AZ. Negara CSNT dimana hal-hal yang dianggap tabu menjadi layak bagi penghuninya. _BL_ 18+✔