Bel sekolah berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar telah usai.
"Tempat tongkrongan yuk, habis maghrib, rokok dan minuman jangan sampai lupa." Seru Gara kepada 4 teman nya Niko, Bima, Abram, Irzan.
"skuyyyy berapa botol hari ini?" Tanya Irzan
"7 boleh lah bro." Seru Niko.
"Cocok tuh, pas lah." Sahut yang lainnya dengan bersemangat.
Mereka Gara, Niko, Irzan, Bima, Abram kumpulan orang-orang berantakan, nakal. Padahal mereka baru saja kelas XII SMA tapi mereka sudah melakukan banyak hal yang merugikan diri mereka sendiri, tak asing seperti, merokok dan mabuk-mabukan. Di sekolah pun mereka sudah dipandang sampah oleh teman-temannya. Terutama Gara, Gara adalah otak dari semua hal tercela. Dia adalah orang yang paling berani, bukan hanya ke teman-teman sebaya nya ke para guru pun ia menentang bahkan bermain tangan. Kecuali, kepada teman dan guru perempuan, tidak akan pernah ia kasari .
Orang tua Gara tidak mengetahui soal bagaimana sikap Gara di sekolah, karena semua permasalahannya selalu di tutupi oleh kepala sekolah yang merupakan pamannya Gara. Pamannya mengetahui apa yang telah terjadi di hidupnya Gara, semua hal duka yang telah Gara alami, sikap orang tua nya yang sangat buruk kepada Gara. Oleh sebab itu Pak Adam alias pamannya Gara selalu melindungi Gara ketika Gara harus di keluarkan dari sekolah karena Pak Adam tau bagaimana sifat dan sikap Gara yang sebenarnya.
Sesampainya Gara di rumah hendak mengganti pakaian sebelum pergi nongkrong tiba-tiba terdengar suara meringis seorang laki-laki seperti sedang tercekik.
"Pak ampun, pak." Teriak seseorang dengan nada sesak yang belum Gara ketahui siapa.
Bergegas Gara masuk dan melihat sosok ayah nya ternyata benar sedang mencekik seorang laki-laki berbadan kecil yang lemah, lesu tak berdaya. Sontak langsung membuat Gara berlari kencang dan menonjok ayahnya.
"Ayah ngapain, hati dan otak ayah kemana, sampai berani mencekik orang di dalam rumah yah, ini rumah tempat kita tinggal bukan tempat pembunuhan yah." Seru gara sambil mendorong badan ayahnya ke tembok dan memegang bahu ayahnya.
"Kamu ngapain atur-atur ayah, dia karyawan ayah yang tidak bisa diandalkan, dia korupsi uang ayah, Gara." Sahutnya dengan nada tinggi.
"Ga begitu caranya yah." Balas Gara dengan nada tinggi juga sambil membangunkan seorang laki-laki yang sudah lemas dan menuntun mengajak laki-laki itu keluar dari rumah.
Gara mengantarkan laki-laki itu menggunakan motornya pergi ke halte tempat angkutan umum berhenti.
"Bapak pulang saja, urusan tadi tolong diselesaikan pakai otak jangan pakai emosi, sikap ayah saya yang tadi tolong dimaafkan." Seru Gara dengan tegas dan langsung meninggalkan laki-laki itu, ia menaiki motor nya dan pergi dengan sangat kencang.
Sepanjang perjalanan Gara menangis, mata nya memerah, tenggorokkan nya terasa panas dan tercekik, isak tangisannya sangat menandakan bahwa dirinya sudah tidak kuat dengan semua keadaan di dunia ini, mengingat ayahnya pernah melakukan hal serupa kepada ibu nya, mencekik di dalam kamar sambil menggenggam pisau di tangannya. Gara melihat kejadian itu ketika umur 12 tahun, selagi ingin masuk ke dalam kamar orang tua nya karena mendengar suara teriakkan ibu nya, semenjak kejadian itu semuanya terasa gelap, hampa. Permasalahan berlangsung secara bersamaan, orang tua Gara berpisah, ibu Gara meninggal dan Gara harus ikut dengan ayahnya sementara ayahnya adalah seseorang yang sangat kejam.
"Mengapa semuanya sungguh berantakan, semuanya sungguh mengecewakan, apa salah saya, apa, saya hanya siswa SMA, saya tidak dituntun orang tua, saya tidak mengerti dengan semuanya, kembalikan hidup saya seperti dahulu ketika saya masih kecil tuhan, sekarang saya merasa gamang tidak ada tempat untuk merasakan hangat nya pelukan, suka duka tidak dapat saya ceritakan sambil menangis atau tertawa kepada orang tua, saya lelah, saya lelah." Teriak Gara dengan isak tangis yang sangat mendalam. Dan bertanya ke dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamang
Short Story"Jika kamu membahagiakan diri untuk lari dari permasalahan dunia dengan meminum alkohol dan merokok lantas sampai kapan pun tidak akan pernah kamu temukan kebahagiaan di dunia bahkan di akhirat kelak."~