Part 4 : Ngocok

17.4K 328 17
                                    

Hujan... Hujan... datang lagi....

Alunan lagu dangdut milik Tante Erie Susan mengalun dengan syahdunya mengiringi suasana hatiku yang sedang galau. Ditambah hujan yang tidak berhenti sejak sore tadi membuat cuaca udara malam hari ini bertambah dingin. Mataku memandang jauh ke arah rinai hujan yang masih rapat lewat jendela kaca yang berembun. Pikiranku entah ke mana, banyak sekali kenangan-kenangan masa silam yang berseliweran di benakku. Kisah sedih pada kejadian masa lalu itu satu per satu ter-replay seperti sebuah film di memori otakku... Hingga tanpa sadar aku pun meneteskan air mata.

Aku terperanjat sejenak ketika mendengar suara dengkuran Rifal sahabatku yang terdengar sangat keras. Aku mendongak ke arah lelaki berwajah manis itu. Dia tampak terlelap dengan mata terpejam di atas kasur. Aku memperhatikan dia dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Saat tidur seperti ini dia terlihat cute dan seksi di pandangan mataku. Rambutnya, alisnya, kumisnya... sangat menawan. Bentuk tubuhnya juga cukup menarik walaupun tidak sekekar binaragawan. Dan ada yang selalu membuat jantungku berdetak lebih kencang yaitu gundukan yang sangat menonjol di area selangkangannya, apalagi dia sekarang hanya mengenakan celana boxer saja. Uh ... aku jadi menelan ludah dan ingin sekali menyentuhnya. Akan tetapi... aku tidak punya keberanian untuk melakukan hal seperti itu. Aku lebih memilih berpikir jernih dan rasional. Karena aku tidak ingin menghancurkan persahabatanku dengan dirinya hanya karena aku memiliki rasa yang melenceng terhadapnya.

Aku menghampiri dirinya, lalu memandangi wajahnya dengan saksama.

''Aku sangat mencintaimu, Rifal... I LOVE YOU, BRO! Namun, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana, berada di dekatmu saja aku sudah senang, walaupun aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu... sebenarnya ini sangat sakit. Karena aku tidak bisa berterus terang dengan isi hatiku terhadapmu... Biarlah aku memendamnya sendiri, dan tentang perasaan ini cukuplah menjadi rahasia yang akan selalu terkubur dalam sanubariku.''

Aku terus memperhatikan setiap lekuk tubuh Rifal, bagian organ vitalnya membuat jakunku naik-turun, nafsu kehomoanku seketika melonjak kala mataku menatap paha Rifal yang putih dan mulus seperti susu, apalagi tonjolan selangkangan Rifal yang sangat ketat dan menampakan siluet bentuk kontolnya yang cukup besar dan menggairahkan. Aku tidak bisa mengontrol otakku untuk tidak membangkitkan senjata persenggamaanku, tanpa komando kontolku mendadak berereksi. Ngaceng tak terkendali. Aku menjadi horny, lalu tanpa segan aku melepaskan celanaku dan mulai mengocok-ngocok alat kelaminku sendiri. Sambil mengurut-urut organ pribadiku ini, aku memandangi wajah manis Rifal dan membayangkan aku sedang bercinta dengannya.

Ough ... ahh... ackkhhhh....

Aku masih meremas-remas batang dan biji kontolku yang sudah begitu tegangnya. Aku beronani sembari berfantasi bahwa aku dan Rifal melakukan adegan intim yang memacu adrenalin.

Achhh... aku menikmati setiap pijatan demi pijatan yang aku lakukan pada perkakas seksualku. Semakin lama aku semakin kuat mencengkram batang kontol ini dan semakin cepat pula aku mengurut dengan gerakan naik turun, hingga aku merasakan ada sesuatu yang akan memancar dari lubang organ vital kebanggaanku.... Tak lama kemudian, setelah aku memompa kontolku sendiri.... aliran hangat dan penuh kenikmatan itu menyembur dengan begitu dahsyatnya....

SERR ... CROOTT.... CROOTTT.... CROOOTTT.....

Lahar putih nan kental itu keluar dari alat vitalku dan membanjiri tangan dan lantai.

Ooughhhh... untuk terakhir kalinya aku mendesah merasakan sisa-sisa kenikmatan dalam kegiatan senam lima jari bin coli ini.

Aku mengambil selembar tisu, lalu mengelap kepala kontolku yang belepotan dengan air pejuh. Aku juga membersihkan bercak-bercak sperma itu yang berceceran di lantai. Huh ....

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang