Tanpa mereka sadari seseorang dari seberang jalan sedang memerhatikan taksi yang dinaiki oleh Cheysa.
***
Sebuah taksi berhenti tepat di cafe milik Lavia. Cheysa segera masuk ke dalam cafe itu. Saat Cheysa memasuki cafe itu, ia melihat Lavia yang sedang termenung menatap ke arah jendela.
"Lavia!"sapa Cheysa yang sedang berjalan ke meja tempat dimana Lavia termenung.
"Hai, Chey!"balas Lavia dengan senyum hampanya.
"Ehh, Lav, pipi lo kenapa?"tanya Cheysa khawatir begitu ia melihat bekas merah yang tampak di pipi halus Lavia. Lavia tampak bingung harus berkata apa. "Bokap lo yah?" lanjut Cheysa.
"Ehh, bukan inii—"ucapan Lavia langsung terpotong oleh Cheysa.
"Nggak usah bohong deh."
Lavia hanya diam dan menundukan wajahnya kebawah. Matanya mulai memanas mengingat kejadian yang ditimpanya tadi.
"Huft, nggak ada yang luka lagi kan?"ujar Cheysa sambil menghembuskan nafas beratnya. Mata Lavia semakin memanas, hingga ia tidak bisa menahannya lagi. Butiran air mata itu turun membasahi pipinya dan terus mengalir. "Jangan nangis, Lav. Lo harus kuat, gue bakal nemenin lo buat bertahan kok!" ujar Cheysa sambil menenangkan Lavia.
"Gue.. Harus gimana... Lagi?..gue.. Capek, Chey,"ujar Lavia sambil terisak.
"Lav, sabar, cuma ada satu cara yaitu lo harus berani sama bokap lo dan itu semua demi nyokap lo," nasehat Cheysa. "Kayaknya lo butuh refreshing deh, Lav. Gimana kalo kita jalan-jalan ke pantai" usul Cheysa. "Lo mau kan?" lanjutnya. Lavia hanya tersenyum hambar.
Suasana pun menjadi hening, hanya terdengar suara dentingan alat-alat makan. Cheysa dan Lavia tidak mengeluarkan sepatah katapun, hingga suara handphone Cheysa memecahkan keheningan itu. Cheysa pun mengambil handphone dari sakunya dan mengangkat telepon yang diterimanya.
"Cheysa! Gak inget pulang!" ujar suara di seberang sana.
"Apaan sih kak! Ini masih sore juga! Berisik tau, nggak usah pake nge-gas segala!" ucap Cheysa kesal.
"Sore pala lo peang! Ini udah jam 10 malem, lo bilang masih sore!!"
"Sorry yah, pala gue mah nggak peang, emang eloo. Ehh...tunggu, lo tadi bilang sekarang jam berapa?" Cheysa langsung mengecek jam di handphonenya.
"Lo—"
"Iya, gue balik sekarang"
"Woi, sopan dik—"
Cheysa langsung mengakhiri teleponnya dengan Gera. Ia memasukan handphonenya kembali ke dalam saku."Lav, udah malem. Pulang yuk!"ajak Cheysa lembut. "Uhmm...mau pulang bareng gak?" lanjut Cheysa. Lavia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
"Oke gue pulang duluan yah! Si kak Gera nih udah ngomel-ngomel mulu" kata Cheysa. Lavia hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Bye, Lav!"
"Bye!"***
Disuatu tempat yang ramai dan dipenuhi oleh lautan manusia yang kelaparan dan salah satunya keempat sahabat itu. Sekarang mereka tengah berada di Warung Mbak Ijah tempat dimana mereka biasa berkumpul setelah kuliah. Kalau kata mereka berempat sih! Masakan Mbak Ijah itu wenakk buangett apalagi basrengnya...behh mantoll dehh!!. Mereka rela ngantri lama buat makan masakan Mbak Ijah yang super wenak. Di meja paling ujung mereka berempat sedang menikmati empat piring basreng dan empat gelas lemon tea.
"Uhukk.... Uhukk... " Vano keselek.
"Ngapa lo bang, keselek?" tanya Cheysa.
"Nggak, kesandung gue!"
"Oh sukurin.""Ingin ku teriakk...." Vano memulai nyanyian yang mencurahkan perasaanya.
"Sok teriak," Akhirnya Ezra membuka suara.
Semua pun tertawa melihat Vano yang menggerutu dan ngomel-ngomel sendiri sambil makan basreng.Cheysa melihat ke arah Lavia yang hanya terdiam sedari tadi.
"Guys, kita ke pantai yuk!"ajak Cheysa. "Besok kan weekend, kita juga udah lama gk ke pantai," lanjut Cheysa."Gue ikut-ikut aja" jawab Ezra.
"Gue juga," ujar Vano. "Lav, tumben amat lo diem. Biasanya kalo jalan-jalan lo yang paling semangat. Kenapa lo neng? Sakit?" lanjut Vano.
Mereka bertiga pun beralih melihat Lavia."Ehm, nggak kok. Gue.. Gue cuman males ngomong aja. Gue pasti ikut kok! " ujar Lavia dengan senyum terpaksa.
"Tumben amat lo males ngomong!" kata Vano.
"Jadi, besok siapa yang bawa mobil?" tanya Cheysa.
"Gue aja" jawab Ezra.
"Oke, besok lo jemput kita yah!" ujar Cheysa.
"Jemput gue dulu Vro!" Vano pun mengambil basreng yang tersisa di piring Ezra.
"Ogah ah," jawab Ezra datar.
"Yee, lo mah" kata Vano. "Lav, lo makan lama amat sih!"
"lo rempong amat elahh!" Ezra memarahi Vano.
"B aja ah"
"Ehh... Gue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
4JSVR
AdventureTerjebak dalam suatu permainan yang membahayakan keselamatan mereka, serta perjalanan yang membuktikan seberapa kuatnya persahabatan mereka, entah ini nyata atau tidak. Disana mereka harus memilih hal yang sangat sulit dipilih. Tantangan demi tantan...