“Ah … aku mau minum satu gelas lagi, Oppa.” Chae Rin merengek sambil mencoba merebut gelasnya lagi dari Seokjin.
“Sudah biarkan saja dia, Oppa.” Hani menimpali.
Seokjin mendengus saat melihat yang lainnya sudah mabuk berat dan dia adalah satu-satunya orang yang memiliki toleransi paling tinggi, sepenuhnya masih sadar sementara yang lain sudah kacau dengan kepala yang tergeletak di meja.
“Ah, benar. Aku harus pulang Oppa …” Chae Rin bangkit dari duduknya sesaat kemudian jatuh lagi ke kursinya. “Aku ada PR.”
“Oppa, kau bisa mengantar Chae Rin?” tanya Hani.
Chae Rin mengangguk, “Aku ada PR yang harus di selesaikan untuk besok.”
“Jimin?” tanya Seokjin hati-hati.
“Jimin menyetir. Biar saja dia disini dulu. Lagi pula biarkan dia bersama Hani lebih lama. Benar ‘kan Hani?”
Hani terkekeh di sela mabuknya yang nyaris membuatnya pingsan. Kemudian melambaikan tangannya saat menyadari Seokjin sudah memapah tubuh Chae Rin.
Seokjin memasukkan tubuh Chae Rin kedalam mobil bersama dirinya. Membiarkan supir pengganti membawa mereka pulang, bukan ke rumah Chae Rin, tapi ke rumah Seokjin. Mobil itu berhenti tepatdi depan rumah Seokjin. Dengan segera ia mengangkat tubuh kurus itu ke dalam rumahnya. Semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Hari ini Seokjin memang sudah berniat untuk menghancurkan Chae Rin di atas ranjangnya, maka ia berterima kasih pada Yoobin –tunangan Jungkook yang bodoh karena sudah membuka jalan baginnya.
Seokjin meletakkan tubuh Chae Rin dengan hati-hati ke atas ranjangnya. Chae Rin menggeliat nyaman di atasnya. Matanya masih menutup. Seokjin dengan segera duduk di samping Chae Rin, matanya menatap tiap inchi tubuh Chae Rin, dadanya berdegup. Ini pertama kali dalam hidupnya untuk menyentuh seorang gadis.
“Chae Rin, maaf … Ini semua demi emerald dan karena kau bodoh,” Seokjin berbisik lembut di telinga gadisnya sambil satu persatu pakaian miliknya, ia tanggalkan –mulai dari jas hingga kemejanya ia campakkan kesembarang arah.
“Appa …” Chae Rin bergumam.
Tangan Seokjin sontak berhenti membelai rambut Chae Rin. Dadanya berdegup dan perih saat melihat wajah damai Chae Rin berubah –ia menangis.
“Appa …” gumamnya lagi.
Seokjin menjauhkan tubuhnya dari Chae Rin. Sungguh ia tak tahan melihat Chae Rin yang menangis di sela tak sadarnya.
“Hei, Seokjin? Apa yang kau lakukan sekarang? Kau bahkan tidak tega melihatnya? Bukan ‘kah kau berniat menghancurkannya hari ini? Hah … sial,” ucapnya sambil terkekeh tak percaya pada dirinya sendiri. “Bagaimana ini?” Seokjin mengacak helaian rambutnya frustasi.
----****----
“Apa? Chae Rin belum pulang?” tanya Jimin saat Eommanya memukulnya karena pulang sendirian.
“Kau ‘kan tadi bersamanya, kenapa kau pulang sendiri?”
“Iya. Tadi aku mabuk dan Chae Rin minta pulang duluan.” Jimin berdegup, takut sesuatu yang buruk terjadi pada Chae Rin. “Sebentar, aku telepon Hani.”Jimin menjauh dari Eommanya, menekan panggilan untuk menghubungi Hani. Langsung menggebu saat teleponnya sudah tersambung, “Hani, Chae Rin belum pulang.”
“APA?! Bagaimana bisa? Jim, bagaimana ini? Ah, sebentar. Aku akan telepon Seokjin Oppa.”
“Iya.”
Hani sama paniknya dengan Jimin. Tangannya dengan segera menekan nomor Seokjin yang pernah ia minta setelah Chae Rin resmi berhubungan dengan Seokjin, untuk jaga-jaga katanya. Untuk memaki jika sampai Seokjin menyakiti Chae Rin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heirs in the trap || Kim Seokjin [ON GOING]
FanfictionKarena menjadi kaya tidak menjamin kau akan bahagia!