14. Kelulusan (2)

1.4K 68 2
                                    


Kepada senja
Terimakasih kau pernah menjadi bahagiaku
Tapi kau harus tahu,
Ketika kau memilih pergi
Telah ada Fajar yang menanti

♥️♥️♥️

Kehadiran Azlan dalam Hari perpisahannya seakan menjadi pelengkap kebahagiaanya. Sungguh Allah maha Adil, ketika Hari bahagianya terusik dengan kesedihan mengingat kembali lelaki yang berhasil memiliki hatinya Allah datangkan Azlan kembali.
Gadis bergamis babyblue dengan lincah meninggalkan panggung. Ia berlari menuju kedua insan yang sangat ia sayangi. Mama dan papanya. Yasna menyambar tubuh sang mama yang kini menyambutnya dengan penuh tangis bangga. Ia memeluknya.

"Selamat sayang.." Ucap Kayla dengan membalas pelukan putri tersayangnya.
"Terimakasih Ma, maaf jika Yasna belum bisa jadi anak yang baik" Ucap Yasna terisak
"Jangan menangis shalihah" Bisik Kayla, lalu mengecup kening gadis itu. Gadis itu mengaminkan ucapan sang mama.
"Selamat adik ku" Ladya terkekeh sambil menyerahkan sebuah buket bunga untuk adiknya.
"Ah. Makasih kak" Yasna memeluk Ladya.
"Mas Jamal, Kesini juga?" ujar Yasna, menyadari Jamal yang berdiri disebelah kakaknya.
"Selamat ya. Ini awal yang baik. Semoga kamu bisa masuk ke universitas impian kamu" Ujar Jamal.
"Aamiin Mas semoga allah memberikan yang terbaik" Yasna mengaminkan do'a itu. Ia beralih menghampiri Ardi.
"Anak papa udah dewasa. Selamat dan semoga sukses dunia dan akhirat" Ucap Ardi lalu memeluk anak perempuannya itu.
"Papa" Yasna tak mampu membalas perkataan papa, hanya satu kata yang dapat terucap untuk mewakili perasaan bahagianya.
"Kayanya seru nih kalo teman-teman tau Siswa yang mendapat nilai terbaik adalah siswa yang cengeng sekali" Ardi terkekeh melihat tingkah anaknya yang masih saja menangis.
"Sudah sayang. Kamu ga Malu? Lihat tuh di samping papa ada siapa" canda Kayla dengan pandangan mata yang mengarah kepada Azlan.
Yasna melirik Azlan yang berada disamping papanya.
"Mamaaaa" Teriak Yasna dengan menutup wajah polosnya itu dengan kedua telapak tangannya.
Mereka hanya tertawa renyah melihat tingkah Yasna. Mereka tak percaya bahwa gadis yang berada dihadapannya ini telah resmi lulus SMA.
"Make up nya luntur tuh. Dasar cengeng" Ladya yang sedari tadi menyaksikan percakapan diantara mereka melakukan aksi untuk menggoda adiknya lagi.
"Huhh" Gadis itu menggembungkan pipi bakpao nya. Dan mengabaikan ocehan sang kakak. Kali ini ia sedang malas berdebat untuk hal yang sama sekali tidak ada faedahnya.
"Selamat Yasna" Kali ini Azlan berbicara, dengan suara bariton khas miliknya.
"Terimakasih" Gadis itu menjawab dengan tersipu malu.
"Azlan ko ga bilang-bilang mau kesini" Ucap Gadis itu dengan mengerucutkan bibirnya.
"Emangnya harus?" Ujar Azlan dengan menaikan sebelah alisnya. Nampaknya kini ia sedang menggoda Yasna.
"Ekhem"
Suara khas milik Ardi seakan menjadi pemberitahuan bahwa mereka tidak sedang bicara berdua.
"Azlan sengaja. Ingin memberikan kejutan untukmu dengan kedatanganya" Jelas Ardi sedikit melirik ke arah lelaki yang duduk disampingnya.
"Iya kan?" Lanjut Ardi
"Eum" Azlan gelagapan dibuatnya.
"Ooh" Yasna hanya membulatkan bibirnya.
Ekspresi yang tergambar dari raut wajahnya menandakan ia tidak sebahagia sebelumnya jika bertemu dengan lelaki yang telah lama menjadi sahabatnya. Ia hanya mencoba menghargai keberadaanya. Dan ia tak ingin merusak moment yang seharusnya menjadi hari bahagianya, hanya karna satu nama yang belum bisa ia lupakan, David.
"Kalian laper ga?" Ujar Kayla tiba-tiba.
"Belum" Yasna menggeleng pelan.
"Kode tuh Pa" Tiba-tiba Ladya menyahut.
Ardi nampak bingung. Sementara yang lain hanya tertawa.
"Oh. Mama laper?" Ucap Ardi setelah berhasil memaknai apa yang diucapkan istrinya.
"Setelah acara ini selesai, Kita makan di Luar yuk" Ujar Kayla bersemangat.
"Tapi Yasna belum lapar ma, baru aja tadi jajan sama temen-temen" Yasna menolak secara halus.
"Sebaiknya kita semua ikut. Kamu juga ikut Azlan" Ucap Ardi sebagai keputusan akhir yang artinya harus dilaksanakan.
"Baik" Azlan menyunggingkan senyum.
"Makan bersama-sama insyaallah lebih berkah" Ujar Azlan mengembangkan senyumnya.
"Maa syaa alloh, apa yang diucapkan Azlan benar" Ujar Ardi.
"Baiklah. Yasna ikut" Ucap gadis itu tersenyum.

***

Rentetan acara dihari keluluasan Putri bungsu Ardi dan Kayla telah selesai. Disinilah mereka sekarang, berada di tengah-tengah hiruk-piuk manusia yang berlalu lalang dengan aktifitasnya. Mulai dari yang berkendara sampai pedagang kaki lima. Ardi sengaja memilih tempat yang sangat sederhana, ia membawa keluarganya untuk makan di warteg kaki lima di persimpangan jalan dengan menu utama Sate ayam. Sederhana memang, namun sangat ramai pengunjung.
Mereka menikmati suasana sore menjelang malam dengan menikmati tusuk demi tusuk sate yang menjadi penghilang laparnya hari ini. Tak ada satupun yang bertanya tentang apa alasan Ardi membawa mereka makan ditempat yang sangat sederhana.
"Lihatlah" Matanya tertuju kepada  Lelaki tua yang berada di emperan toko. Dengan baju compang-camping, rambut beruban, tanpa alas kaki, dan lelaki tua itu sedang meringkuk, dengan mata terpejam hanya beralaskan koran bekas.

"Astagfirullah.." Lirih Yasna dan Azlan bersamaan.
Sementara itu, Kayla hanya diam menyaksikan pemandangan yang tersirat banyak makna tentang betapa harusnya kita bersyukur.
"Kasihan sekali bapak tua itu" Ucap Yasna lirih.
"Sudahkah kita bersyukur hari ini? Banyak orang yang mengeluh tentang hidup. Tetapi mereka sama sekali tidak melihat pada sisi ini, mereka hanya merasa beban mereka yang paling berat. Kita harus bersyukur atas nikmat yang selalu Allah beri." Jelas Ardi

"Masih banyak orang diluar sana yang mengingkan ada diposisi kita. Kuat melaksanakan ibadah, berkumpul bersama keluarga, tidur terlelap diatas kasur yang empuk dan tidak khawatir dengan deras hujan karena selimut tebal selalu melekat, makanan yang layak, lalu bagaimana dengan mereka?" Ardi melanjutkan ceritanya
"Kita do'akan untuk kebaikan mereka. Dan menolong sesuai kemampuan kita. Semoga, bagaimanapun keadaan mereka tidak menghalanginya untuk beribadah kepada Allahdan tidak mengurangi sedikitpun keimanan dihatinya" Ujar Azlan menanggapi apa yang diutarakan Ardi.
"Pa saya pesan sate lagi, tolong dibungkus ya" Ucap Ardi
"Ini Pak" Selang beberapa menit, penjual sate menyerahkan plastik yang berisi beberapa bungkus sate dan nasi.
"Terimakasih" Ujar Ardi sembari menyerahkan selembar uang kepada penjual sate.
Ardi Dan Kayla berjalan menuju lelaki tua itu. Sementara itu, Yasna dan Azlan mulai berbicara santai.
"Yasna, bagaimana kabarmu?" Ujar Azlan membuka percakapan.
"Seperti yang kamu lihat" Ucap gadis itu santai
"Alhamdulillah, semoga selalu baik-baik saja" Azlan tersenyum.
"Lalu bagaimana dengamu?" Yasna mulai merespon baik.
"Alhamdulillah. Ini langkah awal untuk menjalani kehidupan sesuai peta hidup yang telah ku buat." Ucap Azlan penuh keyakinan
"Wah. Benarkah?" Jawab Yasna penasaran
"Hm. Aku sebagai hambanya hanya bisa berencana. Karena yang menghendaki semuanya tetap takdir yang telah ditetapkan-Nya." Ujar Azlan sembari meneguk teh hangat.
"Aku percaya kok. Allah bakal ngasih yang terbaik sesuai ikhtiar hambanya" Ucap Gadis itu meyakinkan Azlan.
"Jazakillah khayran katsir" Ucap nya santai
"Yee, mentang-mentang jago bahasa Arab" Jawab Yasna dengan tawa
Suasana diantara mereka mulai mencair, sepertinya mereka telah kembali menemukan zona nyaman sebagai sepasang sahabat.
"Mau diajarin?" Tanya Azlan
"Maulah. Biar Yasna bisa sekalian meliput berita di Saudi Arabia, Cairo, Mesir, pokonya daerah Timur tengah yang pake Bahasa Arab" Cerocos Yasna
"Aamiin." Azlan hanya mengaminkan ocehan sahabatnya.
"Suatu saat nanti. Pasti aku ajarin." Ucap Azlan, matanya menengadah menatap langit yang mulai menjingga. Gadis itu mengangguk mengiyakan.
Ardi Dan Kayla kembali setelah selesai membagi sedikit rezeki kepada mereka yang membutuhkan.
"Kita akan merasakan kenikmatan dan kepuasan batin ketika bisa menolong mereka" Ucap Ardi sembari mengusap dada dengan tangan kanannya.
"Iya Pa, alhamdulillah" Jawab Kayla.
"Alloh azza wa jalla telah memerintahkan kita untuk tolong menolong dalam kebaikan, Karena itu Salah satu bentuk mensyukuri nikmat" Jelas Ardi. Mereka mengangguk paham.
"Pa udah sore nih, Yasna cape pengen tidur" Rengek Yasna polos. Wajar saja dari shubuh ia sudah disibukkan dengan persiapan untuk acara kelulusan hingga sore menjelang malam ini, wajar saja jika tubuh nya kelelahan.
"Iya sayang, ayo kita pulang" Ucap Kayla merangkul anak gadisnya.

Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang