16. Khitbah

1.6K 63 6
                                    

Sengaja kau dibuat sabar dalam penantian
Agar kau tahu dahsyatnya kekuatan do'a yang mampu mempersatukan
Dengan dia yang namanya selalu kau sebut dalam do'a

♥️♥️♥️

Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Debaran hatinya menjalar sampai pembulu darah gadis itu. Rasanya hari begitu cepat berganti, hingga tiba massanya dimana ia dihadapkan dengan pilihan besar yang akan menentukan masa depannya.  Hari ini keluarga Pa Ridwan akan menjalankan niat baik dengan melamar putri sahabatnya untuk putra satu satunya, Azlan Firdausy. Yasna tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya saat melihat seseorang yang kini berada tidak jauh dari nya. Sesorang yang dulu selalu bersamanya. Tinggal selangkah lagi, seseorang itu benar akan menjadi teman hidupnya. Sesorang itu, Azlan Firdausy. Lelaki itu tengah berjalan ke arahnya. Sebelum memilih duduk, ia meraih tangan Ardi lalu mencium punggung tangannya. Sesaat kemudian lelaki itu terlihat menangkupkan tangan di depan dadanya seraya tersenyum kepada Kayla. Yasna masih memperhatikan lelaki yang kini memilih duduk tepat dihadapannya. Tidak bisa dipungkiri, Malam ini Azlan terlihat sangat gagah dengan Kemeja putihnya, serta rambut yang ia tata kebelakang dengan sangat rapi.
Astagfirullah zina pandangan-batin Yasna.
Gadis itu kembali menundukan pandangannya.
Ia hanya berpakaian sederhana, dan tidak dandan berlebihan. Mengingat gadis itu anti sekali dengan Make up. Hanya seulas bedak bayi dan lipbalm agar wajahnya tidak terlalu pucat.

"Sesuai rencana yang telah kita bicarakan, jadi kedatangan saya kesini adalah untuk melamar Putrimu, untuk anak kami satu-satunya, Azlan Firdaus." Ucap Pak Ridwan sambil menepuk pundak Azlan yang saat ini duduk diantara ia dan Istrinya.
Kayla dan Ardi tersenyum mendengar apa yang Ridwan utarakan. Rasanya, keinginan terbesar mereka untuk melihat putrinya menikah akan segera terwujud.

"Jadi bagaimana? Apakah lamaran kami diterima?" Lanjutnya tanpa basa-basi.
"Insyaallah, jika kami tentu saja akan menerimanya. Malah kami bersyukur jika benar Putri kami berjodoh dengan Putramu. Tapi semua keputusan kami kembalikan kepada Yasna. Karena ia yang akan menjalaninya." Jawab Ardi sambil menatap putrinya.
Gadis itu mendongak menyadari papanya sedang berbicara kepadanya. Ia menangkap sorot mata yang bersinar setiap kali ia menatapnya. Tersimpan harapan besar dibalik bolamata yang sistemkerjanya mulai melemah itu, mengingat Ardi yang sudah tidak muda lagi. Yasna memberikan senyum terbaik untuk papa tercintanya. Perlahan, gadis itu membuka suara untuk menjawab pertanyaan dari perjodohan ini.
"Bismillah..." ucapnya lirih.
"Setelah Yasna shalat istikharah selama satu minggu, Yasna sudah punya jawabannya." Ucap gadis itu mantap. Mendengar jawaban gadis yang tak lain adalah sahabat kecilnya itu. Azlan hanya tertunduk. Ia berjanji dalam hatinya, apapun jawaban yang gadis itu berikan. Ia akan menerimanya dengan ridha.
"Insyaallah. Atas izin alloh Yasna bersedia menerima perjodohan ini" Kata demi kata yang diucapkannya sontak membuat setiap orang yang berada di ruangan ini tak henti-hentinya mengucap syukur.
"ALHAMDULILLAH" ucap semuanya serempak. Tidak terkecuali Azlan, ia pun mengucap syukur dan tak henti-hentinya memuji nama alloh. Bahkan ketika tak sengaja matanya bertemu dengan gadis yang berada dihadapannya itu. Terlihat senyum ketulusan diwajah cantiknya.
"Alhamdulilah. Terimakasih Yasna" Matanya berbinar tak percaya. Bahagia, itulah yang kini ia rasakan. Gadis itu hanya membalas dengan senyuman.
Pembicaraan diantara dua keluarga itu berlalu hingga malam kian larut. Keluarga Ridwan pamit pulang. Yasna menyalami Ridwan Dan Fatimah. Begitupun Azlan, sebelum pulang ia menyalami mama dan papa Yasna.

Malam ini adalah mimpi indah yang menjadi kenyataan untuk Azlan. Menjadikan Yasna sebagai pendamping hidupnya adalah do'a yang selalu ia panjatkan. Setelah sekian lama ia tak bersamanya kini ia kembali untuk menemani dan menjaganya, bahkan dalam ikatan halal.
"Akhirnya, kamu akan segera menikah" Ucap Fatimah.
"Semoga Yasna benar-benar Jodoh yang dipilihkan alloh untuk Azlan bu" Ucap Azlan.
"Aamiin. Ibu selalu mendo'akan mu nak" Fatimah tersenyum.
"Yasna adalah gadis yang selama ini namanya Azlan sebut dalam setiap sujud dan do'a. Azlan sudah menyimpan perasaan ini selama bertahun-tahun, tanpa ia tahu. Sejak pertama Azlan mengenal gadis itu, ketika alloh menakdirkan orang tua kita bersahabat baik, ketika kita hidup bertetangga, sampai pada akhirnya Yasna dan Azlan bersahabat." Jelas Azlan kepada ibunya. Beginilah sisi lain Azlan. Ia selalu menceritakan apapun kepada orangtuanya terutama ibunya. Termasuk tentang perasaan, dulu ia pernah mengatakan hal ini, namun orang tuanya masih mengabaikannya karena saat itu Azlan Masih berusia 10 tahun. Ternyata apa yang ia katakan dulu memanglah benar, ia telah membuktikannya dengan mengambil keputusan untuk mengkhitbah gadis itu.
"Ibu tau akan hal itu" Fatimah tersenyum mendengar kan Azlan yang sedang mengungkapkan perasaanya. Mendengar jawaban ibunya, Azlan terlihat salting. Fikirannya kembali mengulang masalalu, saat pertama ia mengenal gadis itu. Gadis kecil yang selalu merepotkannya. Ada saja hal yang dilakukan gadis itu untuk mengganggu dirinya. Berulang kali Yasna menjahilinya, tak pernah sedikitpun membuat Azlan marah. Memang dasarnya Azlan adalah lelaki penurut dan sering sekali mengalah untuk memberhentikan tangis gadis itu.
"Mengingat-ngingat gadis itu, rasanya Azlan ingin kembali ke masa kecil" Azlan tersenyum menatap langt-langit atap.
"Ibu akan sangat senang dan bersyukur jika kalian benar-benar berjodoh" Jawab Fatimah.
"Aamiin." Azlan mengaminkannya. Setelah percakapan ibu dan anak itu selesai. Azlan berjalan menuju kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Sebelum itu ia mengambil air wudhu, kemudian membaca Al-Qur'an sebelum pergi tidur.

Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang