rainbow veins

363 40 1
                                    

EXO dan Red Velvet adalah grup di bawah naungan SM. Tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata. Lagu-lagu pada karya ini adalah milik Owl City.

.

.

.

rainbow veins

.

We were the crashing whitecaps
On the ocean
And what lovely sea-side holiday, away
A palm tree in Christmas lights
My emotion
Struck a sparkling tone like a xylophone
As we spent the day alone

.

Juhyun bukannya tak lagi terbiasa pada kamera dan kilatan lampu kamera-tetapi mendapatinya seperti ini lagi seperti tahun-tahun yang lalu benar-benar membuatnya kaget;

sudah seberapa lama ia meninggalkan hal-hal seperti ini?

Seseorang membukakan pintu untuknya dan Junmyeon. Junmyeon keluar lebih dahulu, kemudian mengulurkan tangannya. Juhyun menyambut tangan Junmyeon sembari mengangkat gaun merahnya sebelum turun dari mobil. Matanya langsung bereaksi begitu mendapati banyaknya cahaya dari kamera-kamera yang menunggu mereka di sekeliling karpet merah. Gala dinner yang kali ini tidak main-main, rupanya. Desas-desus bahwa orang sekelas Sekretaris Jenderal PBB dan presiden organisasi-organisasi amal tingkat dunia juga diundang sepertinya benar.

Juhyun menggandeng tangan Junmyeon yang berjalan pelan-pelan di atas karpet merah. Lelaki itu berhenti sesekali untuk berpose dan menyapa beberapa orang. Juhyun mendapati orang-orang di balik penjaga dan pewarta di sisi lain karpet meneriakkan nama "Irene!" berkali-kali. Ia tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka, merasa cukup terharu karena meski sudah bertahun-tahun berlalu, masih ada yang memanggilnya dengan nama tersebut.

Perempuan itu diam-diam merasa bersyukur karena gelaran karpet merahnya tak terlalu panjang. Di ujung sana, ada tangga menuju gedung. Junmyeon membantu mengangkatkan gaunnya saat ia kelupaan harus melakukannya-ia begitu terburu-buru ingin tiba ke dalam gedung dan menjauhi sinar yang menyilaukan ini.

"Tuan Kim Junmyeon," seseorang menyapa mereka di pintu dan menyalami Junmyeon. Juhyun hanya pernah melihat wajah orang ini di foto dalam sebuah agenda kerja sama milik Junmyeon, itu pun jika ia tidak salah ingat. Pria blasteran itu pun beralih pada Juhyun, "Nyonya Kim?"

Juhyun tersenyum simpul sambil membalas jabatan tangan itu, "Bae Juhyun." Ia merasakan tatapan Junmyeon ke arahnya, tetapi ia pura-pura tak tahu.

Orang itu tampak merasa sedikit canggung, tetapi dia tak membiarkannya lama-lama. "Ah, baiklah. Mari. Kolega-kolega saya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Anda, Tuan Kim. Banyak hal yang harus kita bicarakan bersama."

Juhyun kira Junmyeon akan membiarkannya berjalan di belakang, tetapi ternyata lelaki itu meraih tangannya dan menggenggamnya sampai akhirnya mereka tiba di sebuah meja dan Junmyeon hanya melepaskannya ketika mereka harus menjabat tangan orang-orang yang baru.

. . .

Ketika musik jazz itu mulai dikumandangkan, Junmyeon pun berdiri.

"Mau berdansa bersamaku, Nona?"

Juhyun tertawa kecil sambil menepuk pelan punggung tangan Junmyeon yang diarahkan padanya. "Tanpa kautanyai seperti itu pun aku mau."

Junmyeon dengan mudah membawa Juhyun ke tengah lantai dansa, gerakannya lihai seperti bertahun-tahun dahulu, saat tari dan vokal masih jadi satu-satunya dunia mereka. Juhyun tersenyum penuh arti. "Masih seperti dulu, eh, Tuan Kim?"

ocean eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang