Tentang hidup
Apakah hitam atau putih,
Baik atau buruk,
Berusaha atau menyerah,
Jangan sampai hilang arah
Untuk mencapai tempat yg kekal
Syurga atau neraka...♥️♥️♥️
Angin berhembus sangat dingin. Dinginnya sampai menancap pada tulang-tulang manusia yang berada diluar sepanjang brough Brooklyn. Setelah menyelesaikan tugasnya, mereka memilih menikmati suasana malam di New York City. Malam ini belum begitu larut, mereka berjalan mengitari jalanan yang terbentang luas sekedar untuk kembali ke apartemen. Mereka mendapati jajanan disepanjang jalan, ada kebab, pizza, dan beraneka makanan dari olahan keju. Hanif dan Azlan berjalan dengan sesekali melakukan sambung ayat hafalan yang mereka miliki. Dipersimpangan jalan, mereka mendapati seorang lelaki yang mereka simpulkan itu adalah penduduk asli Amerika atau imigran dari negara Eropa. Lelaki itu terduduk di samping jalanan dengan kedua tangan yang memeluk kakinya. Wajah nya ia sembunyikan dibalik kedua kakinya. Lelaki itu nampak frustasi dan terlihat memiliki masalah yang cukup berat. Azlan dan Hanif menghampirinya.
"Exuseme!" Ucap Hanif. Ia menepuk pelan pundak lelaki itu. Lelaki itu mendongakkan wajahnya.
"Are you fine?" Tanya Azlan merasa kasihan.
"Apa pedulimu?" Lelaki itu tersenyum sinis. Ternyata lelaki yang mereka temui bisa berbahasa Indonesia. Azlan berdecak kagum. Ini kali pertamanya ia menemukan seseorang yang bicaranya menggunakan bahasa Indonesia selain Hanif dan Ustadz Ramdhani.
"Bangun. Ketika kamu merasa kecewa pada dunia yakinlah akan selalu ada hikmah terbaik yang akan kamu dapat" Ucap Hanif berkata so bijak. Tunggu, Hanif memang pria berperangai bijak dan mudah mengambil keputusan, bertanggung jawab dan paling dewasa diantara teman-temannya yang lain. Setelah cukup lama mereka membujuk pemuda tadi, dengan beradu argumen, akhirnya pemuda itu berkenan untuk ikut ke Apartemen. Awalnya pemuda itu menolak tetapi ia bisa melihat wajah ketulusan dari kedua pemuda yang ia pikir tak jauh beda usianya , tetapi pada akhirnya lelaki itu menerima ajakannya.
***
Azlan menyeduh tiga teh hangat. Dan menyuguhkan beberapa makanan ringan. Disini mereka tidak berdua lagi, melainkan dengan lelaki yang baru saja mereka kenali. Mereka menikmati secangkir teh ditepi balkon apartemen dengan pemandangan kota yang cukup ramai.
"Jadi kamu orang Indonesia?" Hanif mulai membuka percakapan.
Merasa dirinya telah nyaman dengan kedua lelaki itu. Ia menceritakan bagaimana keadaannya.
"Nyokap asli Indonesia, bokap asli Amerika. Sebelumnya gue tinggal di Indo cukup lama dari Usia 6 tahun sampai 18 tahun sebelum akhirnya gue mutusin buat ngelanjutin sekolah disini. Tapi kenyataannya begitu pahit." Lelaki itu meneguk teh hangat yang disuguhkan. Hanif dan Azlan mendengarkan cerita lelaki itu dengan seksama. Mereka mencoba memahami kondisinya juga berusaha menjadi pendengar dan pemberi solusi yang baik.
"Sorry, tadi siapa nama kamu?" Tanya Hanif yang sempat melupakan namanya.
"David Giovanni. Panggil aja David" Jelasnya.
"Apa yang terjadi sehingga kamu mengatakan bahwa Hidup ini tak adil? Bahkan tadi kamu sempat bilang kamu juga membenci hidup ini? Hey Come on Brother! Kata-kata yang baru kamu ucapkan akan semakin membuatmu terpuruk dan kurang bersyukur kepada sang pemberi Hidup." Jelas Azlan menyemangatinya.
"Well, apa gunanya gue hidup?" David masih saja memandang kehidupan dari satu sisi. Ia merasa orang yang paling tidak diinginkan dimuka bumi ini.
"Kami siap mendengarkan cerita mu, ungkapan semuanya. Luapkan semuanya" Bijak Hanif lagi. Lelaki yang kini telah diketahui namanya itu menghela nafas kasar.
"Bagaimana rasanya ketika orang yang sangat kalian cintai pergi meninggalkan kalian, untuk selamanya?"
David mulai bercerita
"Ketika bokap mutusin buat ninggalin nyokap karena perempuan lain. Disana gue mulai membenci dia. Lalu apa gunanya gue sebagai anak? Mungkin mereka berfikir gue udah dewasa. Tapi yang namanya anak tetap membutuhkan kasih sayang kan?" Jelas David menuntut jawaban. Hanif Dan Azlan masih mendengarkan ceritanya Dan belum memberikan komentar apapun.
"Gue udah ngorbanin seseorang yang gue cintai, gue pergi ninggalin dia hanya karena suatu kewajiban seorang anak untuk menuruti permintaan ayahnya. Ayah? Gue rasa dia ga layak dilanggil ayah." David geram.
"Kalian tau? Selama 2 tahun gue hidup disini. Rasanya sia-sia. Prestasi yang gue raih tak ada nilainya sama sekali di mata dia. Gue udah berhasil ngeraih mimpi gue, tapi apa balasannya? Kehancuran keluarga. Lelaki biadab!!!!" Amarahnya mulai memuncak.
"Hentikan!" Potong Hanif.
"Ga seharusnya kamu bicara seperti itu!" Tukas Azlan.
"Lo ga tau apa yang gue rasain" Jawab David dengan nada suara yang tak kalah tinggi. Dengan memberikan penekanan pada setiap kata.
"Setelah dia pergi. Kalian tau apa yang terjadi? Seminggu setelah kita menjalani hidup hanya berdua, Bunda gue meninggal, pergi untuk selama-lamanya." David seorang lelaki yang jarang sekali mengeluarkan air Mata. Kini air matanya tumpah ia tak kuasa jika menyadari takdir yang harus ia jalani.
"Gue ngerasa hidup ini ga adil. Gue mulai kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidup ini satu persatu. Ketika gue meminta untuk diberi waktu lebih lama dengan Bunda, tuhan malah merenggutnya." Jelas David dengan deraian air mata.
Rasanya sedih sekali melihat keadaan lelaki bernama David itu. Ia sangat kacau. Bahkan ia sempat tidak mempercayai adanya tuhan karena ia fikir tuhan beralaku tak adil padanya. Ia kehilangan arah hidup nya.
"Astagfirullahal'adzim..." Hanif Dan Azlan mengucapkan istighfar. Mereka paham betul apa yang dirasakan lelaki itu. Saat ini membiarkan lelaki itu untuk menenangkan dirinya sejenak.
Suasana sudah cukup tenang, Azlan dan Hanif berniat untuk memberinya motivasi untuk memperbaiki dan menjalankan hidupnya.
"Kita mengerti itu..." Ucap Hanif tiba-tiba.
"Gue ngga mau kaya gini. Gue ngga mau jadi anak durhaka. Tapi apa yang ia lakukan sudah cukup merobohkan kepercayaan gue yang dulu selalu menganggungkan sosok ayah, mengubah rasa sayang menjadi benci" Nada bicaranya mulai meninggi lagi.
"Kamu boleh kecewa pada hidup ini. Tapi tidak untuk menyerah. Semua akan kembali baik-baik saja jika kamu berniat untuk merubah hidupmu ke arah Yang lebih baik. Aku yakin disetiap kejadian yang allah berikan pasti ada hikmahnya. Aku yakin, kamu lelaki baik. Hatimu tulus, jangan kamu korbankan hidupmu hanya karena masalah yang menimpamu saat ini. Kamu percaya takdir? Ini sudah Allah gariskan sebagai jalan hidupmu. Allah ingin menjadikan kamu lebih kuat. Please, wake up!" Azlan mencoba menasehstinya dengan halus. David masih terdiam mendengarkan kata demi kata yang diucapkan oleh pemuda Indonesia yang baru saja menjadi teman nya.
"Masalah orang tua. Seburuk apapun sikap beliau. Kita tidak berhak untuk membenci bahkan sampai tidak mau mengakuinya. Aku benar-benar mengerti apa yang kamu rasakan Dav. Tapi coba ingatlah kilas balik masa lalu. Saat kau kecil bahkan mungkin hingga dewasa, bukankah mereka yang menjadi bahagiamu? Bermain, belajar, dan tertawa bersama. Saat kau mulai belajar merangkak, saat kau mulai belajar mengucap kata, saat kau mencium tangan ayah dan Bunda ketika pergi ke sekolah. Ingatlah itu. Tanpa mereka, Kita tidak akan ada di dunia ini" Jelas Hanif.
"Jika perbuatan ayahmu sangat melukai hatimu. Ikhlaskan dan bersabarlah. Selalu berbuat baik kepada mereka itulah yang utama. Kamu mungkin belum tahu apa alasan ayahmu pergi" imbuhnya.
"Sudah jelas ia pergi bersama perempuan lain" David menegaskan kembali pendapatnya.
"Sudah cukup. Gue ngga mau mengingat kejadian yang akan membuat hati ini semakin perih. Gue akan melupakan semuanya dan memaafkan mereka. Gue ga mau hidup dengan rasa kebencian." David menyeka air matanya.
"Alhamdulillah. Kamu ngga sendiri. Kita siap menemanimu menuju titik bahagia lagi dalam hidupmu" Ucap Hanif. Mendengar kata itu membuat David merasa yakin bahwa kedua lelaki itu adalah orang-orang baik. David bersyukur telah dipertemukan dengan mereka. David merengkuh Azlan, seraya berkata "Terimakasih" dengan senyuman semangat yang terlukis kembali diwajah blasteran Amerika-indo nya itu. Disusul oleh Hanif yang menepuk pelan pundak David, dan berucap. "Ikhalskan semuanya. Dan hidupmu akan lebih baik"
Setelah cukup lama mereka menghabiskan waktu untuk berbincang. David memohon pamit mengingat waktu semakin sore. Kini lelaki itu kembali pulang ke tempat tinggalnya yang berada di Brought Brooklyn, New York City.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]
Spirituale[ Cerita sudah diterbitkan ] #Partlengkap Cinta Dan Sahabat. Kita tidak bisa memilih diantara keduanya. Hal inilah yang dirasakan Yasna si gadis kecil yang selalu merepotkan Azlan. Mereka sudah bersahabat sejak kecil hingga tumbuh dewasa bersama. Na...