Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sang mentari telah berganti dengan sang rembulan. Udara dingin diluar mulai menebar hawa dingin yang siap menusuk pori-pori kulit siapapun yang melewatinya. Berbeda dengan keadaan diluar yang begitu dingin, Didalam ruangan bernuasa putih justru memancarkan kehangatan berkat mesin kecil penghangat ruangan yang dinyalakan disana.
"Aunty..." Panggil Celine yang saat ini berada dalam dekapan Seulgi di atas ranjang rumah sakit.
"Gomawo, karena telah membuat Appa memperhatikan Celine..."
"Jangan bicara seperti itu sayang karena itu sudah menjadi tugas Aunty ketika menampakan kaki Aunty kebumi..." Senyum Seulgi semakin mendekap sayang tubuh Celine.
Celine tersenyum senang dalam dekapan Seulgi yang kini menjadi tempat favoritenya, entah mengapa Celine merasa benar-benar seperti dipeluk ibunya, "Tubuh aunty hangat. Celine merasa sedang dipeluk Eomma..," Ucap Celine menarik nafas, menghirup bau tubuh Seulgi yang wangi seperti bunga mawar.
Seulgi terdiam, tak menjawab apapun, ia malah semakin mengeratkan dekapannya, mengecup pucuk kepala Celine seakan tidak ingin melewatkan sedikitpun moment indahnya bersama Celine.
Diluar ruangan, Yuju mengintip keduanya. kecemburuan dan kesal terpancar jelas dimatanya ketika melihat Seulgi bersama Celine. Baginya sekarang, Seulgi adalah sebuah ancaman untuk mendapatkan Park Jimin. Tapi tunggu! Yuju memencingkan kecurigaan saat menatap wajah Seulgi cukup lama. Wajah gadis itu tidak asing.
----
Jimin memijit pelipisnya binggung. Mendengar perkataan bawahannya tentang pencarian mereka yang membuahkan duka dan sia-sia...
"Gadis itu sudah meninggal. ia sekarat setelah meninggalkan Celine didepan pintu rumah keluarga Park.."
Jimin melempar vas bunga dimejanya kearah dinding. Kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia merasa seperti seorang bajingan berstatus seorang pemerkosa yang telah membuat hidup seorang wanita hancur.
Lima tahun lalu Park Jimin seorang pemuda tampan yang suka bermain-main dengan para wanita hingga pada suatu malam ia pulang dalam keadaan mabuk dan memaksa seorang gadis yang kehujanan ditengah jalan melayani dirinya yang saat itu sedang mabuk dan terpengaruh oleh obat-obatan.
Teriakan gadis itu saat ia melakukannya terus mengusik kehidupan Jimin baik dalam mimpi maupun kehidupannya sehari-hari. Hal ini juga yang menyebabkan ia enggan memperhatikan Celine. Melihat Celine sama saja mengingatkannya pada kesalahan yang ia lakukan dulu kepada seorang gadis yang tidak ia ketahui sosok dan parasnya seperti apa...
Jimin mengerakkan tangannya membuka kenop pintu ruang Inap Celine. Senyumnya mengembang melihat Seulgi dan Celine terlelap diatas ranjang bersama dengan posisi saling berpelukan. Ada sebuah kebahagiaan melihat moment itu dengan kedua matanya.
Perlahan Jimin mendekat, mengecup sayang kedua pipi Celine kemudian menarik selimut untuk menutupi keduanya. Jimin bergerak menuju sofa dalam ruangan. Namja itu kelelahan tapi ia tidak ingin pulang kerumah. Rasanya lebih nyaman jika bersama keduanya disini.
