Waktu menunjukan pukul 23.00 WIB.
Habis mandi junub dan berpakaian alakadarnya aku keluar dari kamar. Aku melihat Rifal, Mas Dirno dan Gusti sedang duduk-duduk di teras. Sambil menikmati kopi dan rokok, mereka asik bermain kartu. Aku menghampiri mereka dan turut bermain. Permainan ini cukup seru, karena bagi siapa saja yang kalah akan mendapatkan hukuman. Dan hukumannya cukup sederhana yaitu kami harus rela dicoreng mukanya dengan menggunakan spidol. Sialnya aku yang selalu kalah saat bermain, alhasil mukaku jadi belepotan tinta spidol dengan aneka bentuk gambar. Sehingga wajahku yang hancur begini jadi bahan ledekan dan tawaan teman-temanku.
Malam semakin larut, kira-kira pukul 01.00 WIB. Dini hari, kami sepakat membubarkan diri. Mas Dirno dan Gusti masuk ke kamarnya, sedangkan aku dan Rifal juga masuk ke kamar kami.
Aku dan Rifal bebarengan ke kamar mandi. Aku mencuci mukaku sementara Rifal hendak membuang air kecil. Saat dia lagi kencing, aku sempat melirik ke arahnya. Namun, aku cuma bisa melihat kepala kontolnya yang tengah memancarkan air seninya saja. Sekilas seperti air mancur, banyak sekali.
‘’Kenapa, Bal... kok, kamu lihat-lihat punyaku. Kamu suka, ya?’’ tegur Rifal
‘’Lihat apaan, sih, Fal... Aku tidak lihat apa-apa, kok!’’ tukasku mengelak, padahal aku memang sedang memperhatikan benda bulat panjangnya itu.
‘’Ah... bohong kau!'’ timpal Rifal sembari membersihkan kontolnya dengan segayung air bersih, lalu memasukannya ke celana kolornya.
‘’Emang aku cowok apaan lihatin punya cowok!’’
‘’Ya, cowok apalah-apalah gitu.'’
‘’Maksudnya?’’ Aku mengkerutkan jidatku.
‘’Udahlah tak usah dibahas...’’
‘’Alemong....’’
Rifal tersenyum sinis, kemudian dia berjalan menuju kamar dan mulai berbaring di atas kasur. Aku sendiri masih membasuh mukaku dengan air sabun, setelah merasa Clear and Clean aku menyusul Rifal di kamar.
‘’Bal... Aku boleh tanya, gak?’’ ujar Rifal saat aku berbaring di sampingnya.
‘’Tanya apa?’’ sahutku.
‘’Kamu udah pernah ngocok belum, sih?”
‘’Ngocok?’’
“’Maksudku ... Coli atau onani."
‘’Kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu, Fal?’’
‘’Tidak apa-apa, Bal... Aku cuma tanya doang ...’’
‘’Oohh...’’
‘’Iya... Kamu udah pernah belum, Bal? Jujur aja, deh!’’
‘’Setiap laki-laki yang sudah akil baligh, aku rasa sih, pasti sudah pernah melakukan itu.’’
‘’Berarti kamu juga sudah pernah 'kan, Bal?"
‘’Mmm ... Iyaa... tentu saja aku sudah pernah, hehehe.”’
‘’Terus kapan terakhir kali kamu ngocok, Bal?’’
‘’Idiiihhh... kok, kamu jadi kepo gitu sih, Fal?"
“Aku penasaran, Bal.... Aku udah lama nih, tidak ngocok... aku lagi pengen ngocok, Bal...’’
‘’Gila! ... Kamu serius, Fal?"
‘’Beneran... Aku lagi horny...’’ Rifal memegang-megang alat kelaminnya yang masih terbungkus celana kolor. Siluetnya memang tampak menonjol.
‘’Stres kamu ya, Fal... udah, ah... Aku mau tidur!’’ Aku membalikkan badanku dan membelakangi tubuh Rifal. Aku memejamkan mataku dan berharap aku segera tertidur, meskipun sebenarnya pikiranku kalut dengan pengakuan Rifal yang terlalu polos dan kelewat konyol. Padahal setahuku dia adalah orang yang sangat tertutup dengan kehidupan seksualnya, tetapi mengapa dia sekarang jadi vulgar begitu? Aku rasa ada udang di balik rempeyek. Pasti ada maksud yang tersembunyi. Jangan-jangan dia memancing aku, karena dia sudah tahu kalau aku memiliki orientasi seksual yang menyimpang..
__Duuhhh, gawat! Pokoknya dia tidak boleh tahu. Aku harus kuat dan tidak boleh terpancing dengan jebakan batman-nya.1... 2... 3... merem... merem... merem... Ayolah mataku cepat tertidur!

KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)
Short StoryUntuk 13++ Dia sahabatku, aku menyukainya. Dia normal, aku abnormal. Kasih ini hadir, tetapi tak sampai. Karena kasihku, kasih tak lurus.