Sinar matahari menyelinap masuk ke dalam kamarku melewati lubang-lubang kecil di antara tirai-tirai berwarna cream dengan ukuran besar yang masih tertutup. Sinar itu lurus menembus mataku yang masih tertutup rapat.
Aku membuka mataku secara perlahan, dan yang kulihat pertama kali adalah langit-langit kamar yang berwarna putih dan luas. Ku gerakkan kedua bola mataku menelusuri langit-langit kamarku yang berwarna putih itu, sampai akhirnya bola mataku berhenti pada sesuatu yang terbuat dari kaca berukuran besar, lampu gantung. Yang sangat indah. Entah berapa harganya, yang pasti lampunya elegan dan mewah. Seperti lampu gantung yang ada di kapal Titanic. Film yang telah aku lihat dan menjadi film favoritku.
Ah, sudahlah.
Waktunya untuk bangkit dari benda sialan yang sangat kuat gravitasinya ini, kasur.
Aku mengangkat tubuhku dengan malas. Rasanya sangat berat, dan kepalaku seperti mau pecah saja. Aku yakin, ini pasti karena semalam aku melakukan movie marathon. Lantas, apa ini salahku? Aku rasa tidak, siapa suruh film-film di TV kamarku bagus-bagus. Dan sepertinya sejak semalam film-film itu menjadi film favoritku, hehe. Aku mengangkat kakiku dari atas benda sialan ini lalu ku masukkan ke dalam benda yang menurutku sangat lucu dan imut ini, sandal hotel. Yang entah mengapa itu menjadi bagian favoritku saat aku berada di hotel.
Aku rasa sudah.
Ku langkahkan kedua kakiku menuju pintu besar yang terbuat dari kaca dan masih tertutup oleh tirai-tirai berwarna cream dengan ukuran yang sangat besar, atau mungkin seukuran dengan pintunya.
Entahlah, siapa peduli.
Aku membuka tirai-tirai itu dengan cepat hingga terdengar suaranya diantara keheningan kamarku. Sinar matahari langsung menerpa wajahku. Lalu, aku membuka pintu kamarku yang sangat besar itu secara perlahan.
Aku melangkahkan kaki keluar dari kamarku. Pemandangan yang aku lihat adalah birunya laut dibawah pancaran sinar matahari yang sudah mengeluarkan semua tubuhnya. Aku mulai menghirup udara di pagi hari yang sangat segar ini. Di tempat yang sangat terkenal karena keindahannya, Bali.Tenang.
Sangat tenang rasanya, hingga aku lupa bahwa hari ini adalah hari terakhirku memanjakan mata di Bali.
Ku lihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Oh, pukul 8. Ku langkahkan kakiku menuju kamar lagi. Aku memutuskan untuk membersihkan tubuhku dan bersiap-siap untuk keluar dari kamarku.
30 menit kemudian aku selesai dari kesibukanku.Oke. Siap.
Aku memilih untuk berjalan-jalan sembari menikmati pemandangan kota ini. Dan yang pastinya juga berburu oleh-oleh, lumayan untuk kenangan. Dan juga sebagai tanda bahwa aku pernah berkunjung ke kota ini, hehe. Oh, tidak. Sebentar lagi sunset akan terjadi. Oke, ini adalah bagian favoritku di Bali. entah mengapa sunset di Bali tidak ada yang bisa menyaingi, sangat indah sekali. Sungguh, ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan aku sangat bersyukur akan hal itu. Terima Kasih, Tuhan.
Aku memilih untuk duduk di atas hamparan pasir Pantai Kuta. Baiklah, sepertinya aku sudah siap untuk menyaksikan sunset dengan kamera di tanganku.
Oh! sunset akan segera dimulai
Ku gerakkan kameraku kearah sunset itu. Tapi, siapa sangka yang terjadi malah diluar dugaanku. Kejadian itu, kenangan itu, tiba-tiba terlintas di pikiranku dengan jelas saat aku sedang menikmati indahnya sunset di Pantai Kuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen
Teen FictionCerita ini dibuat becoz aku harus remidi PAS Bahasa Indonesia. Thanks!