''Rifal... sebenarnya kita mau ke mana seeh?'' tanyaku sedikit penasaran karena Rifal membawa motornya masuk ke area perkampungan yang belum pernah aku datangi.
''Tidak usah khawatir, Bal... aku cuma mau ajak kamu wisata kuliner,'' jawab Rifal sambil gesit dan lincah mengendalikan motornya yang berjalan di jalanan yang becek, berkelok serta bergelombang dan banyak polisi tidurnya.
''Wisata kuliner ...?"
''Yups!''
''Kamu mau ngajak aku makan, neeh?"
''Tepat sekali...''
''Kamu mau traktir aku, Fal...?''
''Yess..."
''Wah... lagi banyak duit, neeh...''
''Mentraktir teman itu tidak perlu menunggu banyak duit dulu, Bal...''
''Hmmm...''
Rifal menghentikan motornya di depan sebuah warung tenda, dia mematikan mesinnya dan memintaku turun, lalu dia memarkirkan motorku di samping tenda. Di sana telah banyak motor dari berbagai macam tipe yang sudah terparkir rapi dan tertib.
Rifal mengajaku masuk ke ruangan di warung tenda ini yang ukurannya cukup luas. Ada banyak meja makan, tetapi sebagian telah terisi dengan pengunjung. Aku dan Rifal mencari tempat duduk yang kosong, kemudian mendudukinya. Setelah duduk manis, Rifal memanggil salah satu pelayan.
''Mas...!'' seru Rifal sambil melambaikan tangannya, lalu seorang dari pelayan itu datang menghampiri kami. Seorang cowok muda dengan wajah bersih dan berpenampilan menarik. Rambutnya klimis dengan setelan kaos polo dan celana jeans warna dongker dan bersepatu skate warna putih.
''Permisi, Kak, ada yang bisa saya bantu?'' ujar pelayan ini dengan ramah plus senyuman manisnya.
''Ada, Mas ... bisa mandiin teman saya ini, nggak?'' jawab Rifal sambil menyenggol pundakku, dan seketika itu pula aku jadi mengernyitkan dahiku. Sementara pelayan ganteng itu malah tertawa enteng, ''Tau neeh, temen saya belum mandi dari tadi...'' lanjut Rifal, lalu aku menyikut perutnya, dan si pelayan itu makin ngakak terbahak-bahak.
''Hehehe... bercanda ya, Mas... Saya mau pesen aja, Mas...'' guyon Rifal menjelaskan.
''Ya, Kak..., mau pesan apa?'' sahut Si Pelayan rupawan ini masih menampakan keramahannya.
''Dua tongseng kambing, dua nasi putih, dan dua es teh ...'' pesan Rifal langsung.
''Maaf, Kak... es tehnya, manis atau tawar?'' timpal Si Pelayan tampan itu.
''Tawar aja, Mas... soalnya kami udah manis-manis semua, Mas... takutnya malah diabetes nanti, '' balas Rifal gokil dan si pelayan ganteng ini pun jadi tersenyum geli.
''Baiklah... ditunggu pesanannya ya, Kak, permisi!'' ujar sang pelayan sambil sedikit membungkukan tubuhnya, lalu dia beerjalan menuju dapur untuk memproses pesanan kami berdua.
''Kamu udah sering kemari ya, Fal...?'' tanyaku penasaran.
''Tidak juga, cuma beberapa kali saja bareng Kinara...,'' jawab Rifal
''Tapi, kok.... kamu kelihatannya akrab banget sama pelayannya ....''
''Aahhh... biasa aja! Cuma buat mencairkan suasana aja."
''Oh... gitu."
Rifal tersenyum sambil menganggukan kepala, raut wajahnya tampak berseri penuh dengan humor. Hari ini cowok manis ini benar-benar memperlihatkan sisi dia yang berbeda. Sifat kocak dan pendewasaan pemikirannya sesekali dia tunjukan dengan tutur kata yang mengundang tawa, tetapi syarat makna.
Namun sisi inilah yang justru membuatku bertanya-tanya, sesungguhnya ada apa dengan Rifal?
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)
Cerita PendekUntuk 13++ Dia sahabatku, aku menyukainya. Dia normal, aku abnormal. Kasih ini hadir, tetapi tak sampai. Karena kasihku, kasih tak lurus.