10.23 PM
Rintik-rintik hujan perlahan turun membasahi pusat Kota Jakarta. Perlahan namun pasti,rintik-rintik itu semakin menusuk dan menghujam rusuk setiap manusia yang disentuhnya. Tak ada tanda-tanda akan berhenti. Semakin lama, koran yang yang dipeluk Ade semakin lembab dan menjadi sedikit berair. Semakin ia erat memeluk Koran-koran itu, semakin deras pula hujan bertandang malam itu. Ia resah. Tak boleh jika Koran ini tidak habis, kalau dijual besok pasti tidak laku. Paling mentok korannya akan menjadi bungkus gorengan pedagang pinggir jalan. Untung saja tidak, apalagi untuk kembali modal. Begitu pikirnya. Ia menatap ruas jalan dari ujung halte tempatnya berteduh. Berharap akan ada bus singgah untuk mengangkutnya, dan berhasil menjual habis korannya dan segera pulang membawa sedikit uang untuk diberikan kepada ibunya.10 menit berlalu. 20 menit. Hingga jam dihalte menujukan angka 11.00 PM. Hujan belum juga berhenti. Dan tak ada tanda-tanda akan berhenti karena langit semakin memuntahkan kilatnya entah berapa kali sudah. Air sudah naik hingga ditangga halte. Badan Ade semakin letih. Ia belum makan dari siang tadi.Ia juga kurang tidur apalagi istirahat karena sebelum jam 5 subuh ia harus sudah harus bergegas menuju terminal dan menjajakan korannya. Itu rutinitas yang cukup menguras tenaga anak seumurannya. Tak perdulikan tusukan hawa dingin yang saat ini diam-diam menyusuk tulang rusuknya, perlahan mata sipitnya mulai tertutup.Namun sedetik kemudian, ia kembali berjaga. Takut akan keadan disekililingnya. Bagaimanpun halte bukanlah tempat yang aman dan nyaman untuk ia tiduri. Tak ada tanda-tanda bus akan datang. Mungkin ia masih bisa menunggu barang sebentar lagi pikirnya. Namun , tubuh mungilnya yang kurus tetap memberontak. Meminta waktu sejenak untuk dapat berisitirahat sebentar saja. Matanya kembali terpejam lagi. Namun ia semakin kehilangan kesadaranya ketika alam mimpinya mulai menghampirinya. Ia tak lagi merasa kedinginan.
YOU ARE READING
Jahitan Malaikat Lara
Teen FictionAde. Seorang bocah penjual koran keliling yang bercita-cita menjadi arsitek namun harus mengubur dalam - dalam impiannya tersebut karena ia tidak pernah mengenyam bangku Pendidikan formal. Hingga suatu hari,Malaikat yang buta dan kering hatinya jatu...