Labirin dalam Cermin

18 4 2
                                    

“Ayo anak-anak cepat masuk ke bus” ujar salah seorang guru pembina pramuka.
Hari ini, tanggal 18 bulan November, tepatnya hari senin. Rombongan SMAN 1 Suka Kamu akan melakukan kemah di daerah Ranca Upas Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.
Hazel Bravian Dirgantara, panggil saja Hazel. Ia adalah salah satu siswa  kelas 3 dari SMAN 1 Suka Kamu. Dia adalah Ketua Ekstrakulikuler Basket di sekolahnya. Selain itu, dia adalah salah satu anggota band terkenal dibandung. Ia juga merupakan harta karun sekolah, karena kecerdasannya yang selalu menjadi juara kelas dan selalu mewakili sekolahnya untuk mengikutin olimpiade -olimpiade nasional, bahkan internasional. Siapa yang tak mengenal Hazel? Parasnya yang tampan, postur tubuhnya yang ideal, rahangnya yang kokoh, dan sorotan matanya yang tajam membuat hazel memiliki pesona yang dapat mengikat semua kaum wanita yang melihatnya. Hazel memiliki sahabat dari ia kecil sampai beranjak menuju dewasa yang bernama Kesya dan Ngatno. Kesya si cewek cantik dan sikapnya yang petakilan, serta Ngatno cowok yang tak teralu tampan tetapi humoris.
“Nngiiiikkkkkk, pssssss” Bus berhenti ditengah tengah hutan. Bus yang ditumpangi oleh rombongan dari sekolah SMAN 1 Suka Kamu mogok ketika dirasa mesin bus bermasalah.
“Etaah, ini teh kenapa bisnya berhenti?” Ujar Ngatno kebingungan
“Mungkin dia lelah” Jawab Hazel setengah bergurau
Pembina pramuka beranjak dari tempat duduknya, berniat mengambil microphone untuk memberi tahu kepada seluruh siswa-siswi SMAN 1 Suka Kamu bahwa bus yang mereka tumpangi sedang bermasalah.
“Anak-anak, bus yang kita tumpangi tidak bisa melanjutkan perjalanan ketempat perkemahan dikarenakan mesin sedang bermasalah. Diperkirakan Perbaikan mesin bus ini kurang lebih 30 menit. Dengan demikian, semua siswa diharapkan tetap berada di dalam bus, terimakasih.” Ujar pembina pramuka menjelaskan.
Seluruh siswa SMAN 1 Suka Kamu mengeluh dan mengumpat dalam hati setelah dikabarkan bahwa bus yang mereka tumpangi mogok. Setelahnya, para siswa SMAN 1 Suka Kamu sibuk dengan aktivitasnya masing – masing, begitu pun dengan Hazel, Kesya, dan Nganto.
“Deeeeuhh gimana ini tehhh bisa mogok kieu” ucap Nganto mengeluh.
“Hazel… Nganto… Kesya kebelet pipis nih. Kalian mau gak anterin Kesya ke toilet?” tanya Kesya.
“Emang di tengah hutan kayak gini ada toilet ya?” ujar Hazel.
“Ada kali. Ayo makanya temenin Kesya cari toiletnya ihhh!” jawab Kesya setengah berteriak.
“Pergi sendiri aja lah sana tanya pembina pramukanya.” Ujar Hazel
“Kenapa jahat banget sih? Yaudah ah, dasar nyebelin. Bye” ucap Kesya pergi diikuti dengan hentakan kakinya yang membuat kedua sahabatnya itu cengengesan.
Pada akhirnya, Hazel dan Nganto tetap ikut membuntuti Kesya dengan niat menemani Kesya mencari toilet. Bukan sahabat namanya kalau membiarkan salah satu sahabatnya kesulitan. Apalagi, mencari toilet di tengah hutan seperti ini.
“DORRRR! Sendirian aja neng” ucap Nganto mengagetkan Kesya
“Huh. Tadi katanya gamau nemenin tapi malah ngikutin.” Ucap kesya kesal
“Dih giliran ditemenin malah kaya gini. Balik yuk Ngat ke bus” ucap Hazel sambil berbalik badan hendak kembali ke bus.
“Heeuh hayu ah!” timpal Ngatno
Kesya menahan tangan kedua sahabatnya yang hendak melangkah kembali ke bus. “Ihhh jangan. Iya iya ayo temenin. Cepetan” ucap Kesya sambil menarik kedua lengan sahabatnya.
Hazel, Kesya, dan Ngatno berjalan melangkahkan kakinya menuju ke dalam hutan. Setelah hampir 15 menit, ketiga sahabat itu tak kunjung menemukan toilet. Mereka merasa semakin dalam menuju hutan, semakin jauh pula menjauhi bus yang mereka tumpangi.
“Eh eh eh. Itu ada rumah disana. Mungkin gak ya ada toilet di dalamnya?” tanya Hazel sambil menunjuk rumah tua di hadapannya.
“Ih gamau ah serem banget rumahnya, udah kaya ga diurus lagi dan udah lama banget kayaknya  ditinggalin sama penghuninya. Itu liat juga deh modelnya kuno banget kayak rumah pas Zaman Belanda gitu” Ucap Kesya ketakutan
“Heeuh bener banget kayak rumah di pilm horror yang ada palak palaknya tea” Timpal  ngatmo
“Kita kan dari tadi udah nyari-nyari toilet tapi ga ketemu – ketemu, kita juga di dalam hutan udah hampir 20 menit. Emangnya kalian mau ketinggalan bus? Emangnya lu mau ngompol disini, Kesyaaaaa?” jawab Hazel meyakinkan tapi dengan nada kesal
Pada akhirnya, Kesya dan Ngatno mengiyakan ajakan Hazel untuk memasuki rumah tua tersebut dengan rasa keterpaksaan karena Kesya yang tidak bisa menahan pipis serta ketakutan Ngatno yang akan ditinggalkan bus.
CEKLEEEK
Dibukanya pintu rumah tua tersebut yang terbuat dari kayu. Ketika sampai di dalam, dilihatnya dinding – dinding rumah yang sudah terlihat kumuh, lantainya terbuat dari kayu yang sudah mulai melapuk, ditambah langit – langit rumah yang dipenuhi oleh sarang laba – laba, serta debu yang bertebaran dimana – mana membuat mereka terbatuk – batuk.
“Cepetan cari toiletnya” ucap Hazel. Kesya pergi untuk mencari toilet yang berada di rumah tua itu. Sementara itu, Hazel dan Ngatno mencoba menyibukkan diri dengan berkeliling di sekitaran rumah tua tersebut.
Rumah tua tersebut bisa dibilang sangat luas. Membuat Kesya kesulitan menemukan toilet.
“Ah itu kayaknya toilet” gumam Kesya dalam hati ketika melihat toilet tepat di hadapannya sekarang. Kesya melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam toilet. Dilihatnya bathub besar yang telah berkarat, shower yang sudah menghitam, dan ada cermin kayu yang sudah mulai rapuh. Setelah itu,  Ia mulai mencoba memutar kran, tapi…
“Yah gak ada airnya, gimana dong ihhhhh” ucap Kesya menggerutu sambil menghentakkan kakinya kesal dan berjalan mendekati cermin yang sangat kotor dan tangan kananya dengan iseng menyentuh cermin tersebut.
AAAAAAAA TOLONGGGGG!!!!
Hazel dan Ngatno terkejut akan teriakan dari seseorang yang mereka kenali, itu Kesya.
“KESYA?!” teriak Hazel dan Ngatno bersamaan. Mereka langsung berlari menuju asal suara Kesya terdengar. Ketika sampai toilet, mereka tak menemukan Kesya berada disana. Hazel melihat gelang hitam milik Kesya yang tergeletak tepat di bawah cermin toilet tersebut dan diambilnya gelang tersebut.
“Ari si Kesya teh kamana atuh?Kunaon ngaleungit?” ucap Ngatno sambil tangannya menyentuh permukaan cermin tersebut dan,
WOSHHH AAAAAA!! Ngatno terhisap dan masuk ke dalam cermin tersebut.
“Hey Ngatno?! Apa jangan – jangan Kesya juga masuk ke dalam cermin ini? Aku akan menyusul mereka.”Hazel menyentuh permukaan cermin dengan niat menyusul Kesya dan Ngatno yang sudah masuk terlebih dahulu.

***
Di dalam cermin…
“Dimana aku?Hazel…Ngatno…Kesya dimana?” gumam Kesya sambil melangkahkan kakinya entah menuju apa dan kemana.
Di sisi lain, hal serupa terjadi pada Ngatno. “Saya teh ada dimana ya?Hazel kamu teh dimana?”
Begitupun dengan Hazel. Ia melangkahkan kakinya ke sembarang arah sambil bergumam, “Gua dimana? Kenapa gua gak nemuin jejak Ngatno dan Kesya?”.
Ketiga sahabat itu masuk ke dalam cermin yang sama, masuk ke tempat yang sama. Namun, muncul dari arah yang berbeda. Mereka ada di sebuah tempat seperti labirin. Setiap kanan dan kirinya ditutupi dan dibatasi oleh tembok tinggi dan besar yang terbuat dari rerumputan halus.
“Gua harus nemuin Kesya dan Ngatno. Kami bertiga harus bisa balik ke rumah tua itu.” Ucap Hazel meyakinkan diri sendiri bahwa ia akan kembali ke rumah tua itu dan kembali menyusul bus yang menuju tempat perkemahan mereka.
Ngatno terus berjalan untuk menemukan jalan keluar. Namun, sampai sekarang ia tak kunjung menemukan itu. Ia selalu menemukan jalan yang buntu dan terpaksa untuk berbalik arah kembali. Ngatno frustasi, ia terduduk termenung berdoa mengharapkan pertolongan dari Tuhan. Selain itu, Kesya sudah menangis mengeluarkan air mata yang kian membanjiri tangannya yang digunakan untuk menutup sebagian mukanya.
Labirin ini terasa sangat aneh. Meskipun Ngatno telah menjelajahi hampir semua sudut labirin, Kesya yang terus berteriak meminta tolong dan menangis sekencang – kencanganya, serta Hazel dengan kegigihannya mencari kedua sahabatnya itu, mereka sama sekali tak mendengar apapun. Baik tangisan, teriakan, atau bahkan hal lainnya. Yang mereka dengar hanya suara diri mereka sendiri saja. Yang benar saja, sebenarnya apa yang terjadi? Apa mereka bertiga tidak bisa kembali lagi?.

***
“Hazel bangun…kata pembina pramuka bus yang kita tumpangi mogok. Anterin Kesya cari toilet yuk?Kebelet pipis” ucap Kesya sambil menggoyang – goyangkan tubuh Hazel.
Jadi, itu semua hanya mimpi? Mimpi yang datang ketika Hazel tengah tertidur di bus menuju tempat perkemahan yang akan diikuti oleh seluruh siswa – siswi SMAN 1 Suka Kamu.
Hazel dan Ngatno menemani Kesya mencari toilet di tengah hutan. Sampai akhirnya, mereka menemukan rumah tua yang sama persis dengan bunga tidur yang dialami Hazel. “Apakah jalan ceritanya juga akan sama seperti mimpi Hazel?semoga saja tidak.” gumam Hazel dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Labirin dalam CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang