Part 1

146 74 68
                                    

Sebelumnya, hari hariku masih terasa biasa saja, aku bukan orang yang sedang patah hati ataupun orang yang sedang kasmaran. Semuanya berjalan baik baik saja. Aku masih punya kebahagiaan walaupun saat itu cinta belum pernah berpihak kepadaku.

Sampai pada akhirnya,

"Mel, ada yang mau kenalan tuh" seru Ara, teman sebangkuku yang sekarang berubah menjadi sahabat karibku seminggu terakhir ini. Mengingat aku adalah anak baru yang masih minim teman.

Aku hanya menoleh sesaat, menatap Ara yang didepanku sedang membaca novel kesukaannya.

"Gimana, mau gak? orangnya baik kok" tambahnya lagi.

"Boleh" jawabku. Entah darimana datangnya, tiba tiba satu kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.

"Tapi lo yakin kalo dia baik?" tanyaku masih tidak yakin dengan omongan Ara.

"Mel, gue tau lo cewek baik, jadi gak mungkin gue comblangin lo sama cowok gak bener, lo pernah bilang ke gue kan Mel, lo belum pernah jatuh cinta, nih ada kesempatan buat lo ngerasain apa itu jatuh cinta, percaya deh Mel" tekan Ara. Wajahnya seakan meyakinkanku.

Aku menghela nafas. Mengangguk.

"Yaudah deh Ra, semoga bener sama apa yang lo bilang" kataku.
Ara tersenyum padaku, dilanjutkan dengan balasan dari senyumku kepada Ara.

Lapangan utama terlihat ramai. Sepertinya, classmeet tahun ini sangat meriah. Euforia dari suporter dan para cheers menambah kehebohan. Di bawah terik matahari pagi, para peserta classmeet basket terlihat sedang berusaha untuk memenangkan tim mereka masing masing.

"Mel! tuh yang mau kenalan" seru Ara. Suaranya terdengar sangat bersemangat. Ara mengarahkan telunjuknya ke arah seorang pria yang sedang serius men-dribble bola dengan balutan kaus team basket bernomor 13. Di kausnya juga tertera namanya. Dior.

"Dior?" mataku perlahan mengamati lelaki itu, lelaki berwajah blasteran dengan rambut gondrongnya. Tubuhnya tinggi, begitupun badannya yang juga terlihat sangat proporsional. Menurutku, Dior merupakan tipe lelaki sempurna dimata kebanyakan perempuan begitu pun dimataku.

Peluit dibunyikan, bertanda bahwa sesi permainan sudah selesai. Ara yang berada tepat disampingku tiba-tiba bertingkah aneh. Senyum senyum sendiri dan sedikit gelisah. Sepertinya aku tahu penyebab Ara bertingkah begitu. Dari kejauhan,lelaki yang tadi aku deskripsikan berjalan mengarah kepadaku. Tidak tidak. Seorang Melisa Ravaela tidak boleh kepedean. Tatapan mata birunya seakan menyihirku. Benar sekali. Dia. Dior,maksudku. Sekarang berada di depanku. Dekat sekali.

"Mel?" sapanya. Senyumnya merekah.

"Oh hai" demi tuhan, mengapa aku gugup begini?

"Lo udah tau nama gue kan?" tebaknya, senyumnya masih terukir indah di wajahnya.

Aku yang masih gugup hanya bisa menaikkan sebelah alisku.

"Hmm, kayaknya gue lagi ngomong sama tembok deh" lanjutnya. Bisa aku perhatikan, parasnya tetap terlihat tampan meskipun dia menampakkan wajah konyolnya.

"Ra, kayaknya gue balik aja deh ya, abis gue didiemin masa Ra"
Pandangan Dior sekarang mengarah ke Ara. Berbicara dengan Ara tepatnya.

"Sabar ya Yor, temen gue emang gitu" kata Ara sembari melirik kearahku dengan cekikikan khasnya.

"Pelan pelan aja, pasti juga mau kok" bisik Ara kepada Dior walaupun masih bisa terdengar olehku. Dior tersenyum kembali, kali ini dengan seringaian gigi putihnya.

"Yaudah, gue mau ke kelas dulu, bye Mel, Ra"

"Bye" jawab kami berdua.

Aku akhirnya bisa menghela nafas lega. Dior sudah berjalan menuju kelasnya. Detak jantungku bisa kembali normal. Aku memang perempuan yang belum pernah untuk jatuh cinta. Jujur saja, aku belum pernah merasakan ini. Mungkin, sesuatu yang baru akan terjadi dalam hidupku akibat adanya perasaan ini, sesuatu yang tidak bisa aku prediksi akan berakhir bahagia atau tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BlessèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang