Just as the stars shine in the dark,so do you
-Perry Poetry-
"By the way, thanks ya buat traktirannya," kata Savi
"Anytime, Sav."
Keduanya sudah berbalik badan dan siap-siap pulang ketika titik-titik air yang saling berkejaran dari atap hingga ke genangan di atas anak tangga restoran. "Shit!" Juna mengumpat cukup keras membuat Savi menoleh. "Kenapa? Lo bawa jas hujan kan?" tanya cewek itu.
"Bawa, sih. Tapi ada di motor gue" jelas cowok itu. Kini Savi tahu permasalahnnya, cewek itu lalu merogoh tas selempangnya untuk mencari payung lipat. Dapet!
Cewek itu membuka payung birunya. "Mau bareng gue ke sana?" Gerakan kepala Savi menunjuk ke payung yang sedang menaungi dirinya.
"Boleh?"
Savi tersenyum "Kenapa nggak?"
Motor Juna, seperti halnya motor-motor lain tampak basah karena air hujan. Melihat hal tersebut, Savi mengeluarkan tisu dari tas selempangnya dan membiarkan cowok itu memakai sebanyak yang dia mau. Sementara Juna membersihkan air dari permukaan kulit sintetis jok motornya, Savi hanya berdiri dan mengagumi cowok itu dari belakang.
"Sudah!" kata Juna tiba-tiba, sontak membuat Savi terkejut. "Thanks ya"
Savi mengangguk tanpa suara. Lidahnya masih terlalu kelu untuk diajak ngomong.
Cowok itu menyalakan mesin motornya. "Gue anterin lo pulang ya?" tanya cowok itu sambil mengenakan jas hujan miliknya.
"Nggak usah" ucap cewek itu setelah berhasil mengembalikan kendali atas dirinya. "Gue naik taksi aja"
"Sav, please!" Juna menahan tangan Savi yang sudah siap-siap kabur.
"...."
Kalau ditatap intens seperti ini, gimana cara nolaknya coba? Batin Savi.
Juna membantu cewek itu menyelipkan diri ke balik jas hujannya. Sejurus kemudian, dia merasakan panas tubuh Savi menempel di punggungnya, diikuti perasaan sedikit sesak karena dipeluk cewek itu dari belakang.
"Pegangan yang erat!" ujarnya, memegang stang motornya erat-erat.
Juna berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tenang sepanjang perjalanan ke rumah Savi, tapi gagal. Ditambah lagi dari celah jas hujannya, Juna bisa menghirup samar aroma parfum feminin Savi. Perasaan nggak biasa itu merayap menguasai perasaannya semenjak insiden senyuman manis Savi di restoran tadi. Perasaan yang nggak pantas sebenarnya, mengingat cewek yang sedang mendekapnya dari belakang ini adalah sahabat yang sangat dia hormati sekaligus kagumi. Jadi kenapa sekarang dia malah memikirkan hal selain itu semua?
Sial! Gara-gara Savi perjalanan lima belas menit ini jadi terasa dua kali lipat lebih lama.
*
Savi agak susah payah melakukannya, tapi cewek itu berhasil juga turun sendiri dari motor. "Euh, makasih ya, udah nganter pulang" ujar cewek itu malu-malu. Kinda cute, pikir Juna, sejurus kemudian menyesali pikiran itu.
"Anytime, Sav!"
"...."
Suasana berubah canggung. Juna nggak suka itu. Dia merasa harus mengambil inisiatif untuk menyelamatkan mereka berdua dari situasi awkward ini. "Berhubung lo udah nyampe rumah, gue cabut ya, Sav?"
"Nggak mau mampir dulu?" tawar Savi.
"Lain kali ya, Sav" Jawab cowok itu sambil tersenyum lalu mengenakan helmnya. Cowok itu memutar kunci untuk menyalakan motor ketika mendengar Savi berkata, "Take care. Jangan ngebut!"
"Sip!" cowok itu mengacungkan jempolnya sebelum mengendarai motornya meninggalkan kediaman Savi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Dream: Arjuna X Savina Short Story
ContoYou're a very special person. I'm glad that you're my friend, For when I need a little advice, You always have some to lend. You help me when I am troubled, Feeling down and out- I never have to say what's wrong. You seem to know what I'm all about...