1. MOS

4.3K 348 248
                                    

Menyambut tahun pelajaran baru, SMA Royale Yogyakarta sudah siap untuk melakukan kegiatan awal masuk sekolah. MOS-Masa Orientasi Siswa atau disebut juga penyiksaan murid baru. Kebijakan Juna khusus tahun ini. Kembali ke era dulu dimana senior menindas junior.

Jelas, banyak anggota OSIS dan guru yang awalnya menentang konsep ini. Tapi, Juna berhasil meyakinkan semua orang. 'Hanya melatih mental. Nggak lebih.' katanya waktu itu. Akhirnya, usulan itu pun diterima meski dengan catatan; dibawah pengawasan guru.

Hari pertama lumayan lancar. Juna memberikan pidato selamat datang—membuat semua siswi baru menatapnya terpesona—lalu dilanjutkan dengan membagi anggota OSIS ke beberapa kelompok yang telah dibuat.

Seperti biasa, Kandi se-tim dengan Juna. Mereka membimbing kelompok satu yang berjumlah dua puluh delapan orang. Cuma kelompok satu yang mendapat dua pembimbing sementara yang lain punya empat. Alasananya, tentu karena aura intimidasi Juna yang bahkan bisa membuat kepala sekolah gemetaran. Selain itu, eksisensi Kandi disamping cowok itu juga mengimbangi kengerian yang Juna sebar dikelas itu.

"Kita perkenalan diri dulu. Nama saya Arjuna Risky, ketua OSIS satu tahun ke depan. Saya kelas 11.A. Kalian boleh becanda, tapi harus tau tempat dan waktu. Dan sayang nggak suka cewek gatel. So, nggak usah sok kecakepan didepan saya. Thanks." ucap cowok itu dengan nada datar. Kandi bisa mendengar jangkring berbunyi setelah itu.

"Nama saya Srikandi Ajeng. Panggil saja Kak Kandi. Saya wakil OSIS dan sekelas dengan Kak Juna. Kalau kalian butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan, ya?" kata Kandi, memperkenalkan diri dengan seulas senyum hangat dibibirnya.

"Iya, Kak." sahut murid-murid baru itu, menyahuti ucapan Kandi dengan bahu yang menurun rileks. Nggak seperti ketika Juna memperkenalkan diri.

"Oke. Sekarang, giliran kalian. Dari yang pojok kanan. Nama kamu siapa?" tanya Kandi, menunjuk seorang cewek berwajah oriental seperti Juna. Bisa dipastikan kalau cewek itu juga seorang blasteran seperti Si Juna. Rambutnya yang panjang juga hitam lurus, matanya bulat besar dengan senyum manis yang menggemaskan.

"Nama saya Laluna Ratusya, Kak. Panggilannya Luna. Salam kenal." katanya, memperkenalkan diri.

"Laluna Ratusya? Kamu anak akselerasi itu, ya? Kamu asal mana, dek?" sambut Kandi, ceria. Luna tampak salah tingkah sebelum menjawab.

"Sleman, Kak. Daerah Cangkringan." jawabnya, menundukkan wajah malu-malu.

"Cangkringan? Sama kayak Juna, dong? Wah, Jun. Jangan digebet, loh. Masih kecil." sahut Kandi lagi, mencoba melucu. Beberapa murid baru memang tertawa, tapi Juna sendiri menyipitkan mata. Dengan mudah, Kandi bisa mengartikan tatapan cowok itu.

I don't give shits. Fvck your tongue.

Kandi langsung merinding dan tersenyum meminta maaf. Suasana kelas kembali tegang karena menyadari raut nggak suka Juna. Kandi sendiri juga sempat kehilangan kata-kata karena terlalu tertekan oleh tatapan ketua OSISnya itu.

"Sebelahnya." ucap Juna kemudian, terdengar datar tapi penuh tekanan.

"Eh, Nama saya Santi Wijayanti. Saya asal SMP Bernadiktus. Rumah saya ada di jalan Wijilan." jawab siswi yang duduk disebelah Luna.

"Disini nggak ada SMP-SMPan, dek. Semua yang disini adalah murid SMA Royale. Kecuali kalau kamu mau balik ke almamatermu." sahut Juna, dingin. Santi langsung menunduk dengan bibir mengerucut murung. Melihat hal itu, Kandi langsung menegur Juna dengan tatapannya.

Don't you dare!

Juna tampak masa bodoh, tapi mengiyakan juga peringatan Kandi. Begitu cewek itu menoleh ke arah murid-murid baru, Kandi tersenyum ramah lagi.

Arjuna & Srikandi {√}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang