Bab 2 = Pria Berambut Merah

541 127 10
                                    

This Red Headed Guy
Lee Jeno

Kami menunggu kedatangan Sangyeon kembali kehadapan kami. Tapi sejauh ini aku tidak melihatnya. Bahkan masih tidak ada gadis yang melewati kami. Aku benar benar berada di neraka sekarang.

Kemudian pria ini datang memperkenalkan dirinya dihadapan kami. Pria ini sepertinya sebaya denganku. Rambutnya hitam pekat dan mullet membuatnya menjadi orang teraneh yang pernah aku lihat.

"Aku Younghoon, dan kalian?" tanyanya. Memang sudah peraturan dari desa ini semua penduduknya menggunakan bahasa baku kurasa. Karena anak ini yang kelihatan jauh lebih keren dariku memakai bahasa baku.

"Gua Jeno, ini Jaemin, Renjun, sama Haechan." jelasku. Younghoon tidak menanggapi perkataanku. Akhirnya, salah satu temanya menerjemahkan dengan bahasa baku.

"Aahh, aku mengerti nama kalian. Terima kasih atas penerjemahnya Eric." Younghoon menepuk bahu Eric si pria yang mengecat rambutnya berwarna pirang. Eric hanya tersenyum kecut kepada Younghoon dan kami semua.

"Jika kalian ingin minum panggil saja aku. Tidak perlu memasangkan wajah sungkan seperti itu. Aku orangnya tidak jahat." jelas Younghoon.

Pria ini tampan dan dia sangat kuno. Tapi memang mimik wajahnya menandakan bahwa dia orang yang baik.

"Eric, temani mereka. Hanya kau yang mengerti mereka." ucap Younghoon. Dia kembali meninggalkan kami dengan si rambut pirang Eric.

"Hey," ucapnya sambil mengangkat tanganya setelinga kepada kami semua. Kami juga membalas sapaan itu kembali. Karena ibuku pernah bercerita bahwa jika kalian berada di daerah orang, jangan kacaukan kegiatan mereka atau mereka akan membencimu.

Ibu memang memberiku banyak tips yang berguna.

"Kok bisa kejebak disini?" karena anak ini terlihat santai, aku merasa aku dan yang lainya bisa berbahasa tidak formal denganya.

"Tiba tiba aja ban mobil Haechan bocor ke empat-empatnya terus kami jalan eh ternyata ketemu desa lu," jelas Renjun. Eric menganggukan kepalanya.

"Benar benar kesialan datang sama kalian." ucap Eric kemudian. Aku tersenyum miris mendengar jawabanya.

"Iya, untungnya Bang Sangyeon bantuin kami cari ban," lanjut Haechan. Eric tidak menanggapinya. Dia menatapku, dan tersenyum menyeringai kepadaku.

"Kalian percaya?"

"Maksudnya?" tanyaku. Hatiku berdegub kencang ketika Eric menanyakan hal itu. Apakah kami sedang membuat kesalahan untuk menetap disini.

"Well, gua selama disini ga ada dibantu sama Bang Sangyeon." jelasnya. Aku menaikan salah satu alis mataku. Mungkin Eric terlalu banyak melanggar peraturan jadi dia tidak dibantu oleh Sangyeon.

"Udah nasib lu men," kata Jaemin menepuk pundak Eric. Jaemin kemudian mengambil bukunya kembali sembari menunggu kedatangan Sangyeon.

"Vampires Soul, suka baca mahkluk yang ga pernah ada lu?" tanya Eric. Jaemin tidak menjawab pertanyaan Eric. Jika seperti ini, bisa jadi Eric kesal dan kami diusir tanpa tiga ban itu.

"Iya Ric, dia suka Zombie, Vampire, banyak lagi lah yang bentukanya kaya gitu." jelasku. Eric menatap Jaemin yang sedang membaca buku kembali.

"Lu percaya ga sama yang begituan?" Eric kemudian melihat kami semua. Aku menggelengkan kepalaku karena setan saja kulihat reaksiku masih santai. Berbeda dengan ketiga orang yang sedang bersamaku.

Haechan menepuk pundakku dan menggoyangkan bahuku seakan dia mengejeku dengan pertanyaan yng dilontarkan oleh Eric.

"Jeno mah, ga percaya yang begituan. Setan aja dia ga percaya,"

The Dreams Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang