Hujan di Bulan November
Cinta. Tiada yang dapat kukatakan selain rindu kepadamu. Tiada rindu sedikit pun yang tertelan waktu dariku. Tiada kata selain dirimu. Masih merekah seperti dulu.
Surabaya. Awal Oktober 2015. Malam itu udara di luar sedang dingin-dinginnya. Seorang lelaki dengan tubuh yang ringkih menggenggam erat ponselnya. Ketika suara-suara mulai hilang. Malam yang gelap telah berganti sunyi tanpa suara-suara. Hanya binatang yang mengecoh dirinya sendiri malam itu.
Sekilas suaranya bergelagar malam itu. Dina menghubungi Joel dengan alasan yang tidak pernah ia duga. Dina pergi meninggalkan duka untuk hati yang tidak mampu bicara.
"Aku harus kuliah. Jurusan hukum membuatku gelisah, pasrah melepaskanmu. Maaf ibu dan ayahku tidak sependapat dengan kita. Aku pergi. Mungkin akan kembali, entah! Jaga dirimu, jaga waktu-waktu tertentumu. Aku pun juga."
Joel hanya terdiam. Karena dia bisa apa. Membaringkan badan di atas kasur. Menatap sekeliling yang sunyi, harapannya terbunuh oleh pekatnya malam. Mungkin bukan saatnya, atau memang akhir dari cerita mereka beerdua. Ia harus bagaimana. Hanya terdiam dan pasrah, mungkin Tuhan telah menyiapkan yang lebih darinya. Atau mungkin Tuhan menulis skenario yang indah, dan memisahkah mereka. Atau memang bukan jodoh atau juga terlalu dini untuk mencintai seorang diri. Tanpa melibatkan-Nya. Karena sebaik-baiknya mencintai adalah kepada Allah Azza Wa Jalla. Tuhan semesta alam ini, pemegang semua hati.
Dalam pikiran Joel hanya tanda tanya yang menggunung tinggi. Kenapa jadi begini? Mungkin Tuhan menguji cinta mereka berdua. Memisahkan hati. Tapi kenapa, ketika bunga mulai mekar indah kemarau menggugurkannya. Meruntuhkan semua tanpa sisa. Hanya ranting kering yang mulai mati terkikis mentari.
Joel melewati hari-hari sepi yang menjadi teman sejati. Malam-malam yang kelam menjadi saksi. Seperti musim hujan, Joel mengganggap setiap tetesan hujan sebagai bencana. Serupa bencana karena dia harus teringat Dina di setiap tetesan hujan. Tanpa kompromi hujan telah membuatnya luka lama bersemi kembali. Joel teringat indahnya hujan bersama Dina ketika malam minggu tiba. Mereka menghabiskan malam duduk santai di sebuah kedai bercanda riang dan ketika pulang, hujan turun lalu kehujanan. Tertawa di bawah curah hujan yang deras. Bergembira walau basah menguasai baju dan tubuhnya. Joel teringat ketika Dina kedinginan walau telah ia beri jaket. Lalu Dina memeluknya yang membuat Joel hangat di saat kedinginan. Mereka saling menutupi kekurang masing-masing. Joel menjaga dan Dina menyemangatkannya.
Bodoh memang bila Joel mengingat tentang hujan. Kini ketika hujan turun Joel hanya bisa menatapi setiap tetesan hujan. Tersenyum di setiap tetesan lalu menundukkan kepala. Terdiam sunyi, sepi mencekik diri. Serupa patung tanpa pemahat. Hanya terdiam tidak ada perubahan.
Hujan di Bulan November ini memang berbeda, Joel harus mempunyai kesabaran lebih. Bahwa mengingat Dina adalah kekosongan yang sangat bodoh. Ia harus menepi dan bersembunyi. Teringat dengan kejadian menyakitkan itu. Ia harus membunuh dan menemukan mimpi yang terjebak di bawah hujan. Berlari secepat mungkin dari tetesan hujan. Tapi kenyataannya ia tidak bisa. Karena musim yang amat pedih telah tiba di bulan ini. Saat orang lain bahagia menatap hujan, Joel justru bersedih melihat keluar jendela.
Beberapa kali Joel menemukan seseorang yang sedang bergembira mirip dengannya dan juga Dina di bawah derasnya hujan. Walau pada akhirnya ia harus tersadar dari khayalannya yang paling menyakitkan itu. Memang benar. Cinta dan rindu sangat menyiksa bila terpisah oleh jarak dan kenyataan.
Maka ketila hujan turun Joel hanya terdiam. Ia harus menutup mata juga telinga. Walau pada akhirnya ia tak sanggup menahan kenangan yang masuk menyeruak ke dalam pikirannya.
•••
Beberapa tahun dan beberapa musim telah berganti. Joel pun tidak seperti dulu. Mungkin agak berubah karena waktu telah merubahnya menjadi lelaki yang kuat juga tangguh. Walau kadang ia rapuh selalu rindu ingin bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Bulan November
Short StoryJika sudah mencintai. Kau harus juga siap melepaskan hati.