For The Rest Of My Twenty’s Journey
***
Hai kamu, sebuah perjalanan yang sangat panjang, maaf baru menulis surat untukmu. Bahkan untuk terakhir kalinya sebelum kamu tidur panjang, tersimpan dalam salah satu sudut memori nantinya. Aku minta maaf karna membuatmu telah mengalami ini semua.
Tapi, terimakasih telah menjadi sebuah catatan yang amat sangat panjang dalam sebuah revolusi hidup. Kamu pasti lelah ya? Ya, aku tahu. Kamu pasti sangat lelah dengan segala hal yang menyiksa batinmu sejak kamu hadir sebagai pelepasan angka belasan. Namun, bukankah akhirnya kamu bahagia?
Iya kan? Setelah sekali dua, hingga belasan kamu menangis, mengeluh “Ah kenapa aku begini?” “Kenapa takdirku buruk sekali?” “Aku ingin cepat-cepat pergi,”
Dulu, sepanjang perjalananmu, kamu hanya peduli kapan kamu bisa mengakhiri sesuatu. Kapan kamu bisa melepaskan diri dari belenggu. Kapan kamu bisa seperti orang lain. Lalu kamu akan menyesali sebuah keputusan yang kamu buat atas perintah hatimu. Kamu akan menyalahkan dirimu sendiri, “Kenapa aku tidak mengambil kesempatan yang itu saja?”
Dear, aku minta maaf jika separuh dari perjalananmu sangat tidak layak. Dalam kurun waktu satu kali revolusi aku tidak membuatmu menikmati waktu. Aku menyukai ketergesaan, aku menyukai kecepatan.
Aku minta maaf, dengan barisan diksi yang kurangkai sebagai surat terakhir kalinya, aku tidak akan membuat masa depan seperti dirimu lagi. Perjalananmu terasa begitu sulit dan sangat panjang. Melewati dua perpindahan papan yang aku tahu itu terasa berat untukmu.
Tapi, terimakasih banyak. Aku layak memberitahu, jika perjalananmu adalah yang terbaik dari sepanjang perjalanan setiap revolusi. Kamu hebat! Ya, kamu hebat bisa bertahan selama ini. Kamu hebat ketika kamu jatuh, kamu mampu untuk bangkit lagi. Kamu hebat bisa mewujudkan mimpi-mimpi serta ambisiku.
Kamu hebat karna telah membuktikan jika aku bisa.
Kamu adalah jutaan keberuntungan. Kamu telah melakukan yang terbaik. Kamu membuatku lebih berani, mengatasi ketakutanku, serta berhenti khawatir akan masa depan. Selamat, kamu memenangkan sebuah penghargaan ‘Perjalanan terbaik dari dua puluh revolusi sepanjang sejarah aku berjuang.’
Di perjalanan berikutnya, aku akan lebih mempercayai apa kata hatiku. Aku tidak lagi ragu akan keputusanku kenapa aku menolak sesuatu. Bukan karna aku ingin selalu miskin, bukan pula karna aku tidak ingin sukses. Tapi aku pasti bisa sukses dengan pilihanku sendiri.
Dengan personality INTJ, dengan kemampuan otak kiri, dan dengan sifat yang tidak mau dewasa namun ingin hidup berpola sebagai pemimpin serta public speaker, aku yakin aku pasti bisa membuat sebuah perjalanan yang amat memukau di berikutnya.
Ah, aku kehilangan kata-kata. Karna aku amat mencintai dirimu. Namun, meski aku mencintai dirimu, aku merasa lega karna aku bisa melepasmu dengan perasaan lapang dada. Aku bisa tersenyum menyambut perjalanan berikutnya.
Bukankah banyak orang bilang, jika kamu mengawali sebuah perjalanan baru dengan senyuman, maka nanti akan berakhir dengan senyuman. Kamu tidak perlu khawatir padaku, karna sungguh,
Kini aku bisa hidup. Benar-benar bisa hidup. Kebebesan yang dulu kita mimpikan kini menjadi kenyataan. Kamu senang kan? Ya, aku tahu. Walau untuk memperoleh kesenangan itu kamu harus mengorbankan airmatamu serta lelah yang tak disangka-sangka.
Aku tidak akan mengecewakanmu.
Dear, sekarang kamu bisa istirahat panjang dengan nyenyak.
Mungkin nanti akan merindukanmu, dan percayalah aku tidak akan melupakanmu.
Terimakasih karna telah bertahan dan kuat disaat kita berada dalam titik terendah, dan terimakasih karna telah memberiku banyak keberuntungan. Terimakasih karna telah mendewasakan diriku. Terimakasih telah membantu mewujudkan mimpi-mimpiku.
Hei, jangan sedih. Aku tidak menangis kok.
Sekarang aku punya banyak teman yang akan menemaniku serta membantuku mewujudkan mimpi-mimpiku. Aku pasti bisa kok.
Kamu jangan mengkhawatirkan diriku lagi. Aku akan melepasmu dengan ketulusan.
Hei! Aku bilang jangan sedih! Jangan menangis! Aku sungguh tidak apa-apa kok. Kamu terlalu mengkhawatirkanku ya? Jadi seperti ibuku. Hahaha
Aku akan membanggakan diriku sendiri. Aku berjanji.
Dear, tau tidak? Aku punya mimpi lagi. Bahkan lebih banyak karna aku semakin yakin aku bisa mewujudkannya. Aku punya kemampuan, aku punya teman, aku punya agama.
Aku pasti bisa kan?
Ya Tuhan. Ku bilang jangan menangis! Jangan membuat sesak. Aku akan melepasmu dengan lapang dada. Dengan sebuah senyuman seperti yang kita impikan selama ini. Aku akan bahagia. Ya, aku akan sangat bahagia.
Terima kasih banyak. Apa yang telah yang kamu berikan sudah lebih dari cukup. Kamu memberiku segalanya. Tapi aku justru membuatmu berada dalam sebuah perjalanan yang amat panjang.
Sudah terlalu malam, aku menulis ini dengan mata berkaca-kaca karna kamu terus mengkhawatirkan diriku. Aku mengantuk karna besok ada kuliah pagi, jadi aku harus tidur lebih awal.
Untuk yang terakhir kalinya.
Dear My twenty’s Journey, selamat tidur panjang. Istirahatlah dengan damai karna aku tahu kamu begitu lelah. Terimakasih banyak atas segalanya. Dan maaf aku tidak bisa memberikanmu sebuah perjalanan yang layak dalam kurun ini.
Aku akan menyambut perjalanan berikutnya dengan suka cita. Kamu tidak boleh memusuhinya, walau aku yakin seribu persen perjalanan berikutnya akan jauh lebih baik. Jangan iri. Aku mencintaimu dan kamu yang terbaik.
Dear, selamat tidur, aku mencintaimu.
Aku akan mewujudkan mimpi-mimpiku yang berikutnya. Aku percaya itu.
Tidurlah dengan damai, selamat tinggal My Twenty’s journey.
Nanti aku pasti akan menuliskan kaleideskop perjalananmu kok. Jangan khawatir. Kamu akan tetap tersimpan rapi dalam sejarahku dan tidak akan pernah hilang.
Daa daah.. Jangan menangis. Kamu hebat!
Selamat tidur :P
Ah Ra;22.00 (Wednesday, Nophember 28th, 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Rest Of My Twenty's Journey
General FictionUntuk terakhir kalinya aku mengirim surat untukmu, hai sebuah perjalanan panjang yang akhirnya harus dilepaskan.